〇Kehidupan Sekolah Yang Telah Berubah
3
Di depan Keyaki mall tempat kami berjanji untuk bertemu pada jam 7 malam.
Aku menginjakan kaki lebih dulu dari yang lain, dan dalam diam menunggu teman-temanku.
Sebagai orang yang menyebabkan keributan, Aku menilai bahwa yang terbaik adalah tidak membuat yang lain menunggu terutama untuk hari ini.
“Sepertinya Aku datang terlalu cepat.”
Waktu baru lewat setengah enam.
Toh menunggu tidak terasa menyakitkan. Sebaliknya, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ini adalah salah satu dari beberapa keterampilan khusus.
Jadi, bukan masalah untuk kehilangan waktu tanpa berpikir.
Tapi, bukan hanya itu yang jadi pikiran, ada hal lain yang agak menyebalkan.
Itu adalah mendapatkan banyak perhatian dari kesendirian ku. Perhatian ini akan segera menyebar ke semua kelas karena hasil ujian diungkapkan bukan hanya kepada siswa tahun ketiga. Rasa penasaran dari para senpai dan kohai akan berlanjut untuk sementara waktu.
Aku berdiri di sana tidak melakukan apa-apa untuk sementara waktu, tapi ponselku bergetar dan Aku mengeluarkannya. Itu berasal dari kelompok Ayanokouji, Airi memberitahu bahwa dia akan meninggalkan asrama sekarang. Keempat orang lainnya menandainya sebagai suda dibaca.
Aku tidak memberi tahu mereka kalau Aku sudah sampai, tapi sebaliknya baca setiap situasi yang ada.
“Ayanokouji-kun, apa kau sedang menunggu seseorang?”
Aku tidak menyadarinya saat Ichinose memanggilku, karena Aku sedang menatap ponsel, Aku pun mengangkat kepala.
Ada juga sosok Kanzaki, teman sekelas Ichinose. Meskipun memiliki area yang luas, tempat-tempat yang biasanya digunakan oleh siswa sangat terbatas. Wajar bertemu seorang kenalan jika Aku berada di pintu masuk Keyaki mall tempat siswa keluar masuk.
“Setelah ini, Aku akan makan malam dengan teman-temanku. Kalau kalian?”
Karena itu bukan sesuatu yang perlu disembunyikan, Aku menjawab dengan jujur.
Di sisi lain, Ichinose dan Kanzaki tidak saling memandang dan berkata seolah-olah mereka bernapas bersama.
“Aku pikir kita sama. Kan?”
“Ya.”
Kanzaki menjawab singkat. Garis pandangnya diarahkan lebih ke arah Ichinose daripada Aku.
Hal yang serupa. Namun, itu berarti bahwa mereka tidak saling menyukai.
“Ngomong-ngomong, Aku sudah melihat hasil ujian. Sungguh menakjubkan mendapatkan nilai sempurna dalam matematika.”
“Sejauh yang Aku lihat pada OAA tahun lalu, kau tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan nilai sempurna.”
Kanzaki berbeda dengan Ichinose, yang tidak memiliki satu pun keraguan kalau Aku telah menyembunyikan kemampuanku, berbicara tanpa berusaha menyembunyikan keluhannya.
“Ada berbagai keadaan. Aku memutuskan untuk menyembunyikan fakta bahwa Aku pandai dalam matematika setelah berkonsultasi dengan teman-temanku.”
Ichinose dan Kanzaki akan memahaminya sampai batas tertentu hanya dengan menjelaskan ini.
Mereka akan membayangkannya dan melengkapi pernyataanku sendiri.
Biasanya itu sudah cukup, tapi ketajaman Kanzaki tidak pernah melonggar.
“Jadi kau mau mengatakan bahwa kau sudah menyembunyikannya selama ini. Sepertinya kau lebih merepotkan daripada yang kukira.”
“Kanzaki-kun, kurasa itu sedikit berlebihan. Setiap kelas punya pemikiran masing-masing, jadi wajar saja kalau mereka punya strategi semacam itu.”
Ichinose menggiring Kanzaki untuk menganggapnya sebagai hal yang biasa.
“Ya memang, dia tidak menggunakan cara pengecut seperti Ryuuen. Tapi ada beberapa hal yang Aku tidak suka. Ichinose sendiri tahu kan kalau tidak mudah untuk mendapatkan nilai sempurna. Dia bilang kalau dia sudah mengikuti instruksi teman-temannya, tapi——”
Ichinose menghentikan Kanzaki yang mencoba melanjutkan kata-katanya, dengan nada keras yang tidak biasa.
“Ayanokouji-kun itu bukan musuh.”
Ichinose mengungkapkan ketidaksenangannya dengan sikap permusuhan itu. Tentu saja itu adalah sikap Kanzaki yang langka, tapi jika ditanya mana yang benar dalam situasi ini, Aku akan memilik Kanzaki yang menunjukan kewaspadaannya.
“Aliansi kita sudah dibubarkan. Kelas D tahun kedua tidak diragukan lagi adalah musuh kita.”
“Itu... Tapi, kita tidak perlu berselisih tanpa tujuan.”
“Ini bukan sedang berselisih. Tapi kita harus tahu kekuatan yang sebenarnya dari musuh kita.”
“Ayanokouji-kun menyembunyikan fakta bahwa dia pandai dalam matematika, itulah yang dia sembunyikan.”
Kanzaki mengambil satu langkah dan membuat jarak dariku lebih dekat daripada jaraknya dengan Ichinose.
“Lalu selain itu apa lagi? Hanya matematika? Tidak, tidak mungkin hanya itu. Kemampuan apa lagi yang kau sembunyikan. Apakah kau menyembunyikan kekuatan kaki kebanggaan yang kau perlihatkan dalam festival olahraga tahun lalu juga instruksi dari teman-temanmu? Kami kelas B... Tidak, hal terburuk untuk kami Kelas C adalah bahwa kau masih memiliki kemampuan tersembunyi lainnya.”
“Bagaimanpun ada batasan untuk nilai pada ujian. Tidak peduli seberapa pintar dia dalam belajar, dia hanya akan mendapat nilai 100 per mata pelajaran, dan penilaian terbatas pada A+. Bahkan jika semua nilainya sempurna, perbedaannya dengan Sakayanagi-san, yang berada di peringkat kedua di sekolah, mungkin hanya kecil.”
Kenyataannya, antara Aku dan Sakayanagi hanya memiliki sembilan poin perbedaan dalam matematika.
Bahkan jika perbedaan terjadi pada lima mata pelajaran, totalnya adalah 45. Ichinose menegaskan bahwa itu bukan ancaman besar.
“Nilai keseluruhan kita kelas C masih jauh di atas itu. Hanya nilai ujian yang Ayanokouji-kun dapat dengan seriuslah, yang perlu dibahas di dalam kelas.”
“Itu mungkin benar jika hanya ujian tertulis... tapi—”
“Mari kita hentikan ini, Kanzaki-kun. Kau tahu ini bukan sesuatu yang bisa dibicarakan dengan panas di sini sekarang, bukan?”
Ichinose, yang selalu cinta damai, khawatir jika kami terus mengadakan perdebatan panas di depan Keyaki mall yang populer, kami akhirnya akan memicu keributan.
“Benar juga, Aku tampaknya sudah kehilangan ketenangan ku.”
Kanzaki berpikir bahwa tidak mungkin untuk menyelesaikan masalah bahkan jika kami terus berdebat pada kesempatan ini, jadi dia menutup mulutnya dan memalingkan muka seolah dia sudah menyerah.
“Aku pergi duluan.”
Setelah meninggalkan sepatah kata itu untuk Ichinose, Kanzaki dengan cepat menghilang di dalam Keyaki mall.
Kami dalam diam melihat punggungnya itu.
“Maaf ya. Mengingat situasinya seperti ini, hingga Kanzaki-kun tidak mampu mengendalikan dirinya.”
Penurunan dari Kelas B yang telah dipertahankan, ke Kelas C.
Tidak mengherankan bahwa dia dipaksa untuk mengubah tindakannya karena ketidak mampuannya dalam bertarung sampai sekarang.
Sebaliknya, Ichinose, yang menunjukkan kelembutan bahkan dalam situasi ini, dapat dikatakan berbeda.
Bukan suatu kesalahan kalau Kanzaki mulai berpikir bahwa mereka harus membuang kenaifan mereka.
“Apakah Aku salah...?”
Ichinose juga tidak mengerti sama sekali apa yang dipikirkan Kanzaki.
Bahkan jika dia mengerti, dia mencoba untuk tetap teguh pada pendiriannya.
Ada perbedaan antara langit dan bumi, dibandingkan dengan terus tanpa pemahaman.
“Kau ingat apa yang ku katakan sebelumnya?”
“Ya. Kau bilang padaku agar Aku terus bergerak maju bersama teman sekelasku sampai mana pun.”
“Di masa depan, beberapa siswa seperti Kanzaki mungkin mulai mengubah kelas. Atau mungkin ada siswa yang tidak puas dengan Ichinose dan menympannya di hati mereka. Mungkin juga beberapa siswa akan mengkhianati kelas. Tidak peduli bagaimana situasinya berubah. Kelas B tahun pertama, yang dilindungi dan aman oleh Ichinose, sudah tidak ada lagi.”
Kata itu terdengar lebih jelas oleh Ichinose daripada siswa mana pun di Kelas C tahun kedua.
“Aku ingin kau mempercayai teman-temanmu, apa pun yang terjadi di masa depan, dan terus berjuang untuk mereka, untuk melindungi mereka.”
“Tenang saja, Aku pasti akan melindungi teman-teman sekelasku. Jika sudah waktunya seseorang di kelas akan menghilang, kupikir Akulah yang akan menghilang lebih dulu.”
Ichinose pasti akan melakukannya, itu bukan hanya sekedar gertakan.
Bertanggung jawab atas kemerosotan kelas dan memilih untuk meninggalkan sekolah sebelum orang lain.
“Aku lega mendengar kebulatan tekadmu itu, tapi Aku punya satu keluhan.”
“Keluhan...?”
Dia bertanya-tanya tentang apa itu, dan Ichinose memiringkan kepalanya.
“Aku tidak akan membiarkanmu dikeluarkan dari sekolah,”
Ichinose perlu mengingat hal yang paling penting.
Sangat penting bagi Ichinose untuk terus berjalan selama setahun ini tanpa berhenti.
Aku menatap matanya, dan menanamkan api yang menyala dengan kemauan di dalam pupil mata Ichinose.
(Tln: Menyemangati)
Bukan kegelapan yang ku berikan padanya.
Itu adalah cahaya yang tidak akan pernah hilang.
Jika ada kemungkinan bahwa cahaya itu akan menyala ke arah yang salah, Aku akan mengangkatnya sendiri.
“It, itu... Ya, ya... Tentu saja... Aku akan tetap tinggal.”
Sambil menatapku, Ichinose bergumam dengan sedikit malu.
“Kau... Ayanokouji-kun itu benar-benar luar biasa ya... bisa mendapatkan nilai sempurna pada ujian matematika yang sulit.”
Memalingkan muka seolah ingin mengganti topik pembicaraan, Ichinose mengatakan itu.
“Mungkin saja Aku hanya ahli dalam matematika.”
“Meski begitu itu tetap hal yang luar biasa. Karena kau memiliki setidaknya satu senjata yang tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun.”
“Ichinose juga sama. Kau jelas memiliki senjata yang tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun.”
“Aku berharap begitu...”
Hanya ada sedikit orang disekitarnya yang bisa mengendalikannya dengan baik.
Tapi bukan karena dia tidak diberkati dengan teman sekelasnya.
Hal itu disebabkan oleh kelemahan dari senjatanya.
Itu karena kemampuan Ichinose untuk membunuh individualitas teman-teman sekelasnya.
Ketergantungan pada kebaikan orang lain, akibatnya telah menjadi lingkaran setan yang menghilangkan individualitas.
“...Aku akan pergi sekarang. Tempat ini sangat mencolok, dan selain itu juga tidak baik untuk membuat Kanzaki-kun menunggu.”
Aku mengangguk kecil, dan melihat punggung Ichinose pergi.
Aku akan memeriksa ponselku lagi karena ku pikir sudah waktu yang dijanji untuk bertemu.
“Apa yang kau bicarakan? Dengan Ichinose-san”
Aku mendengar suara Haruka dari kejauhan.
Aku melihat Akito, Keisei, dan Airi semuanya datang menuju ke arah ku.
Tampaknya, ketika Aku berbicara dengan Ichinose, anggota lain sudah bergabung.
“Tentang nilai matematika ku yang sempurna,”
“Tidak mengherankan. Semakin dia pandai dalam belajar, semakin dia peduli tentang hal itu.”
Begitu Keisei menjelaskannya dengan alasan yang bagus, Keisei tampak memakluminya.
Namun, Haruka sepertinya sedikit berbeda.
Aku tidak mengejar ini secara mendalam dan segera kembali ke ekspresi ku yang seperti biasa.
Besok, mulai 2 Mei, kami akan memasuki Golden Week.
Para siswa akan dapat dengan santai menghabiskan liburan mereka karena mereka telah berhasil lulus dari ujian khusus tanpa masalah.
Credit
You-Zitsu LN 2nd Year Vol 2 Chapter 1 terjemahan Indonesia oleh Luckser Rayne