〇Pertarungan Melawan Kesendirian
Aku menyingkirkan jaring laba-laba yang terjalin di pakaian dan perlahan-lahan menurunkan ransel dari punggungku.
Ujian di pulau tak berpenghuni sudah memasuki hari ke-9, tetap menjadi hari yang panas dan lembab.
Ketika aku tiba di area yang ditunjuk ke-4 dengan selamat, aku mengembuskan napas besar.
Entah bagaimana, aku berhasil mencapai tujuan sesuai rencana.
Keringat yang muncul di dahiku perlahan mengalir ke hidungku, jadi aku menyekanya dengan tanganku.
Pergerakan dasar ke-4, yang diumumkan pukul 15.00, merupakan perpindahan jauh dari H9 ke D5. Mencapai tujuan tepat waktu adalah tugas yang berat.
Ada satu tugas yang munjul dalam perjalan, tapi aku mengabaikannya untuk mengurangi risiko penalti.
Meski memakan waktu hampir dua jam, beberapa grup tiba di area ini, termasuk siswa dari table lain, dan aku berhasil mendapatkan tempat ketiga dalam hadiah urutan kedatangan.
Biasanya aku tidak puas dengan hasilnya, tapi aku tidak bisa bertemu Sakayanagi karena aku tidak bisa pergi ke titik awal.
Aku sudah menggunakan terlalu banyak kekuatan fisik untuk memaksakan diri mulai sekarang, dan aku tidak ingin terlalu berlebihan. Aku melewati beberapa grup siswa kelas A tahun kedua dan memanggil mereka, tapi sayangnya tak satupun dari mereka yang membawa transceiver. Apa aku perlu memaksakan diri besok pagi? Tidak... itu dipertanyakan.
Aku akan menunda masalah Sakayanagi dulu dan melanjutkan ringkasan hari ini.
“Termasuk semua poin yang kudapat hari ini, total skor 112 poin———,ya.”
Grup Kuronaga, yang mempertahankan peringkat ke-10, memiliki total 123 poin, dengan selisih poin hanya 11 poin, dan aku sudah naik ke peringkat ke-13. Mengingat akan segera pukul 17:00, kemungkinan besar perbedaan ini akan berakhir hari ini.
Targetku ke-11, tapi jika ada selisih 11 poin itu dapat dianggap sebagai jarak yang dapat diterima. Meskipun terlambat dari rencana karena kasus Nanase dan cuaca buruk, aku sudah mencapai peringkat sempurna yang aku incar sejak awal.
Ya, aku berniat untuk mengincar peringkat ke-11 di awal ujian khusus di pulau tak berpenghuni ini. Meski saat ini sedikit lebih rendah di peringkat ke-13, yang terpenting bukan itu, tapi [pertahankan agar tidak naik ke peringkat ke-10].
Pekerjaan mengumpulkan poin untuk berdiri di podium tidak bisa dihindari, tapi entah itu grup satu orang atau grup yang terdiri dari 7 orang dengan kartu penambahan, itu akan terungkap jika berada di 10 grup teratas, jadi itu akan mencolok bahkan jika kau tidak menyukainya.
Jika mencolok, saingan akan mewaspadaimu, dan risiko diganggu akan meningkat sejak tahap awal.
Sambil menghindari itu, peringkat tertinggi ideal yang bisa diincar nanti adalah peringkat ke-11. Tapi, taktik ini memiliki beberapa kekurangan. Karena sifat dari strategi ini, manajemen skor menjadi berat, jadi jika penyesuaian skor gagal, ada kemungkinan namamu muncul di peringkat ke-10 atau lebih tinggi bahkan untuk sesaat. Itu akan menjadi kegagalan dari strategi ini.
Kelemahan yang lebih besar adalah bahwa itu sangat bergantung pada hasil dari grup peringkat ke-10. Semakin dekat pertarungan dari peringkat 10 ke 1, semakin mudah untuk membalikkan keadaan nanti, tapi sebaliknya, semakin jauh perbedaan skor, semakin sulit untuk membalikkan keadaan karena dibuthkan banyak poin untuk mengejar ketinggalan.
Itulah kenapa penting untuk menghambat grup atas...
Gerakan seperti itu lebih lambat dari yang diharapkan, dan sekarang beberapa grup dibiarkan berjalan sendiri.
Ini bukan pengganti dari itu, tapi alasan kenapa seluruh siswa tahun kedua bertarung dengan relatif lebih baik adalah karena mereka tidak didorong dari bawah atau ditekan dari atas. Dapat dikatakan kalau mengganggu adalah tindakan mengorbankan diri sendiri, sehingga sulit dilakukan jika tidak ada ruang untuk mencetak skor.
Yang mengkhawatirkan adalah pergerakan Nagumo. Tampaknya ada sesuatu yang akan mereka lakukan terhadap lawannya Kouenji yang bersaing untuk peringkat pertama, tapi sejauh yang bisa dilihat pergerakannya dengan GPS, sejauh ini tampaknya tidak ada tanda-tanda akan mengganggu. Ini mungkin karena mereka fokus untuk mendapatkan skor daripada menendang lawan mereka...
“Bahkan jika aku tidak bisa menang, aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan jika Kouenji akan menempati entah itu peringkat pertama atau kedua seperti sekarang.”
Jika aku bertahan di sekitar peringkat 11, aku tidak akan menonjol, dan bahkan jika aku kehilangan waktu karena siasat mengganggu oleh Amasawa atau siswa tahun pertama, aku tidak akan jatuh ke bawah.
Yang harus aku lakukan adalah terus bersembunyi dalam peringkat tinggi sampai akhir hari ke-12.
Ketika aku beristirahat perlahan di bawah rindang pohon dan berkeringat, aku meletakan kembali ransel di punggungku dan pindah sedikit dari area terakhir yang aku capai dan berbalik ke area sebelahnya.
Ini karena aku ingin mencari tempat terbuka sedikit di luar garis batas.
Ketika matahari terbenam dan aku harus memutuskan perkemahan malam hari ini, aku bisa melihat tenda untuk satu orang, mungkin sudah ada pengunjung sebelumnya. Aku bertanya-tanya apakah pemiliknya sedang keluar karena pintu masuk ditutup dalam cuaca yang panas ini. Bisa jadi orangnya sedang mengintai lingkungan atau pergi ke toilet.
“Ini tempat yang bagus, ya.”
Sepertinya tidak banyak tempat terbuka dan datar di sekitar sini.
Bahkan akan jauh lebih mudah jika aku bisa mencirikan tenda di sekitar sini.
Tapi, berbeda dengan saat Nanase menemaniku, kali ini aku hanya sendirian.
Jika pemilik tenda adalah perempuan, kontak ceroboh bisa menjadi sumber masalah.
Yang jauh lebih penting, apa artinya mendirikan tenda sendirian?
Apakah dia bertindak secara terpisah dari grupnya, atau apakah dia sendirian sejak awal?
Jika yang terakhir, dia hampir pasti seseorang yang aku kenal.
Apakah aku akan mendirikan tenda di sini atau tidak, aku ingin memastikan pemiliknya.
Aku memutuskan untuk berdiri di tempat ini sebentar dan melihat situasinya.
Jika dia keluar untuk jalan-jalan, dia akan kembali sebelum matahari terbenam sepenuhnya, dan jika dia mendengar suara dari dalam tenda, dia bertanya pada saat itu.
Aku tahu akan lebih efisien untuk memanggilnya sekarang, tapi... tebaklah yang ada di sana.
Setelah itu, aku menunggu sekitar 10 menit, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang kembali atau suara apa pun.
Apakah bisa menambahkan kemungkinan kalau dia sudah tidur lebih awal?
Karena tidak ada tanda-tanda temannya yang lain akan bergabung, aku memutuskan untuk membuat keputusan di sini.
“Apa ada seseorang di dalam?”
Aku bertanya begitu dari dekat tenda.
Aku melihat reaksinya tanpa bernapas selama beberapa detik, tapi aku tidak mendengar satu pun suara.
“Maaf, tapi aku ingin mendirikan tenda di dekat sini. Tolong beri tahu aku jika kamu merasa tidak nyaman.”
Dengan asumsi tidak ada orang anggap saja tidak ada penolakan, aku menurunkan ranselku ke tanah.
Tentu saja, aku menjaga jarak yang sesuai dari tenda orang itu.
Aku sedikit kepikiran tentang siapa itu, tapi tak lama kemudian aku selesai mendirikan tenda. Aku terkesan sekali lagi bahwa ini jauh lebih mudah daripada tenda yang dirakit di pulau tak berpenghuni tahun lalu.
Tidak hanya itu, aku juga menyukai tenda untuk satu orang karena aku tidak perlu mengkhawatirkan siapa pun.
Yah, mungkin aku punya sedikit teman karena aku memiliki pemikiran seperti itu.
Sebaliknya orang yang ceria akan mengatakan bahwa tenda yang tidak muat untuk banyak orang itu membosankan.
Mungkinkah akan tiba saatnya ketika aku berpikir demikian?
“...Aku tidak bisa membayangkannya.”
Itu adalah masa depan yang tidak akan pernah terjadi.
“Saat kupikir ada orang aneh yang datang, ternyata itu kamu.”
Aku mendengar suara dari belakang ketika aku sedang bersiap untuk berganti pakaian.
Rupanya, pemilik tenda sepi di sebelah itu adalah milik Ibuki.
“Apa aku terlalu berisik?”
“Gak juga.”
Setelah menjawab singkat, Ibuki langsung memelototiku.
Aku bertanya-tanya apakah dia akan mengatakan sesuatu, tapi segera dia kembali ke dalam tenda.
Aku merasa sedikit tidak nyaman dengan penampilannya, jadi aku memutuskan untuk melihat ke dalam tenda Ibuki.
“Bisa bicara sebentar?”
Ibuki tidak merespon meskipun sudah kupanggil. Tapi, aku mendengar suara samar.
“Ada yang ingin kutanyakan.”
Aku memanggilnya dengan keras kali ini, tapi aku masih belum mendapat tanggapan.
Sederhananya kupikir dia hanya mengabaikanku, tapi sepertinya dia sedang melakukan sesuatu secara diam-diam.
“Aku buka, ya? Boleh, ‘kan?”
Setelah menunggu sekitar 30 detik untuk berjaga-jaga, aku membuka pintu masuk tenda.
“......Apa.”
Saat aku melihat ke dalam, aku melihat Ibuki sedang duduk dan mengatakan sesuatu.
“Tak kusangka——tidak, apa yang kamu makan?”
“Daging kering.”
“Daging kering?......Itu tidak ada dalam manual pulau tak berpenghuni yang dibagikan.”
Dengan kata lain, sepertinya dia mendapatkannya dengan membeli daging mentah sendiri untuk dan memasaknya dari sana.
Tapi perlu banyak waktu dan tenaga untuk membuat daging kering sendiri. Terlebih lagi, di awal, Ibuki meninggalkan kata yang menantang untuk Horikita dan segera menuju ke area yang ditunjuk.
Jika dia membawa daging mentah, jelas itu akan busuk dalam waktu kurang dari beberapa jam di musim panas seperti ini.
Jika demikian, haruskah aku mempertimbangkan bahwa ada antrean untuk membuat daging kering untuk seluruh kelas B tahun kedua?
Ada sebuah grup yang mengambil alih untuk membuat daging kering.
Karena dengan cara ini bisa jauh lebih murah dan lebih hemat. Tentu saja, ini sangat efektif sebagai makanan portabel, tapi makanan yang dimasak seperti daging BBC yang dapat disimpan dalam waktu lama memiliki kinerja biaya yang buruk karena poin yang dibutuhkan tinggi. Bahkan jika ingin menyiapkan dalam jumlah yang sama, lebih murah untuk membuatnya dalam jumlah banyak jika meluangkan waktu dan tenaga untuk membuatnya dari daging mentah.
Aku belum melihat makanan Ryuuen dan yang lain, tapi bisa diperkirakan kalau mereka juga memiliki makanan darurat yang berpusat pada daging BBC dengan cara yang sama. Bahkan jika mereka hanya bisa menyimpan beberapa makanan, mereka bisa melewati masalah terkait makanan yang pasti meningkatkan tingkat persaingan.
“Tidak masalah aku dapat dari mana, ini tidak ada hubungannya denganmu.”
Meskipun aku memperluas imajinasiku seenaknya, sepertinya aku tidak bisa mendengar kebenaran dari Ibuki.
Meski begitu———. Ibuki, yang berpartisipasi dalam ujian ini sendirian, tidak termasuk dalam 10 grup terbawah sejauh yang aku tahu. Sepertinya dia terus mengumpulkan skor dengan memaksakan diri.
Dalam kasus Ibuki, tidak ada harapan untuk mendapatkan peringkat tinggi dalam tugas-tugas yang melibatkan kemampuan akademik.
Dalam hal ini, sumber utama pendapatan skornya adalah bonus kedatangan dan hadiah urutan kedatangan di area yang ditunjuk.
Atau fokus pada tugas-tugas yang paling membutuhkan saraf motorik.
Tentu saja, tidak bisa dipungkiri kalau kelelahan yang terakumulasi akan lebih besar daripada siswa lain.
Akibatnya, siapapun yang melihatnya pasti tahu, tampaknya sudah banyak kerusakan mental.
Tidak, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa batas tersebut telah terlampaui.
“Sejak ujian dimulai, berapa banyak orang yang sudah kamu ajak bicara?”
“Ha...?”
Mungkin dia tidak cukup tidur, ada sedikit warna hitam di kantung matanya.
“...Dengan Horikita. Kau juga dengar kalau aku tidak akan kalah darinya, ‘kan?”
“Dengan kata lain, artinya kau belum pernah berbicara dengan orang lain sejak di titik awal itu, ya.”
Paling banter, kupikir dia hanya akan menjawab ya dan tidak di penerimaan tugas.
“Kamu sebaiknya berbicara sedikit dengan orang lain.”
“Aku tidak akan pernah berbicara dengan musuh”
“Kalau begitu bisa dengan teman sekelas. Jika kamu berkeliaran, kamu mungkin bertemu mereka.”
“Siapa juga yang nganggep teman sekelas itu temanku.”
Begitulah cara dia menutup diri hingga kondisinya jadi seperti saat ini. Yang jelas, dia sudah dalam kondisi ini selama 9 hari. Tapi masih ada 5 hari tersisa untuk ujian.
Jika benang yang tegangan itu putus sesaat di suatu tempat, dia mungkin akan roboh sekaligus.
Tentu saja, jika Ibuki yang sendirian mundur, pengusiran sudah dipastikan pada saat itu.
Tapi, sudah menjadi pemahaman umum bahwa ujian khusus ini tidak ingin sebisa mungkin terjadi pengusiran dari tahun ajaran yang sama. Taruhan terbaik adalah menghabiskan sepanjang hari dengan beristirahat, kecuali pembatalan di hari ke-7. Jika dia bisa menghabiskan hari dengan tenang tanpa melakukan apa pun, Iiu saja akan sangat memulihkan kekuatan fisiknya dengan pesat. Bukan tidak mungkin Ibuki bisa bertahan empat hari tersisa dengan kekuatan fisik yang sudah pulih.
Tapi, kenyataannya tidak semanis itu. Tampaknya mudah, tapi menghabiskan waktu seharian untuk istirahat itu sangat sulit.
Bahkan jika kau terpaksa beristirahat, itu masalah lain apakah semangatnya akan pulih atau tidak.
Selagi dirimu beristirahat, para pesaing mengumpulkan skor.
Sementara itu, kamu akan berada di bawah tekanan akan disalip dan tenggelam ke dasar.
Tidak mungkin bagi kebanyakan manusia untuk menghabiskan waktu mereka dengan mengosongkan pikiran mereka.
Selain itu, mengabaikan area yang ditunjuk juga menyebabkan hilangnya skor.
Jika menambahkan lebih banyak penalti, kau akan menderita keesokan harinya dan seterusnya.
“Sudah keluar sana.”
“...Baiklah.”
Meskipun pihak lain adalah Ibuki, perempuan adalah perempuan.
Tindakan melihat tenda lawan jenis saat hari mulai gelap bukanlah tindakan yang tepat.
Bahwa jika ada Ryuuen di sini sekarang, aku ragu ini akan mengarah pada solusi yang mendasar.
Setelah meninggalkan tenda Ibuki, aku melanjutkan untuk memeriksa terkait pakaian untuk perjalanan.
Hari ini relatif berangin, jadi sepertinya aku bisa menghabiskan malam yang relatif sejuk.
“Hei.”
Ibuki keluar dari tenda setelah aku menyelesaikan apa yang harus kulakukan paling pertama.
Dia muncul dengan langkah goyah, tapi segera mulai berjalan lurus.
Kemudian dia masukkan tangannya ke dalam saku dan mendekatiku.
“Sekarang, berapa banyak skor yang kamu punya?”
Ketika kupikir dia akhirnya keluar juga, eh dia menanyakan sesuatu yang cukup berani.
“Bukannya kita adalah musuh?”
“Jadi kamu tidak bisa memberitahuku, ya.”
Aku mendengar bisikan dasar pelit setelah dia tahu aku tidak akan memberitahunya.
Tidak ada seorang pun di pulau tak berpenghuni ini yang akan diuntungkan dengan mengatakan bahwa aku berada di peringkat ke-13.
“Begitulah.”
“Kalau begitu, beri tahu saja apakah itu di atas atau di bawahku. Skorku———”
Ibuki yang mencoba mengekspos skornya sendiri, aku hentikan dengan tanganku.
“Maaf, tapi aku tidak bisa menjawab dengan cara apa pun.”
Hanya dengan menjawab di atas atau di bawahnya masih akan memberinya petunjuk.
Tak peduli apakah dia berbohong atau tidak.
Tampaknya aman untuk mengatakan bahwa skornya di bawahku, tapi jika dia tahu bahwa aku sedang berjuang untuk mengamankan skor, ada kemungkinan bahwa beberapa kekuatan akan mencoba mendorong ku naik-turun. Tidak dapat dipungkiri bahwa informasi akan berjalan dengan sendirinya.
Ibuki mendecikkan lidahnya dengan tangan masih di sakunya.
“...Oh gitu, lupakan saja. Hanya membuang-buang waktu berurusan denganmu.”
“Begitulah. Selain itu, favoritmu adalah Horikita, bukan?”
Begitu nama Horikita kuucapkan, kehadiran Ibuki yang serasa sangat bosan berubah total.
Ketika dia mengeluarkan tangannya dari saku, dia mengangkat jari tengah dan memelototiku.
“Jika kau bertemu dengannya, katakan padanya kalau aku tidak akan kalah.”
“Aku sih mau saja, tapi kalau mau mengangkat jari tengah jangan padaku.”
“Kamu juga sama saja. Karena kamu sudah berhubungan baik dengan Horikita.”
Tidak, itu salah.
Aku tidak berhubungan baik dengannya, tapi Ibuki akan memperlakukannya dengan cara yang sama.
Mungkin dia keluar hanya untuk mendengar tentang skor, Ibuki mencoba kembali ke tenda lagi.
“Tunggu sebentar.”
Saat dia berhenti, aku berjalan menuju Ibuki, yang melihat ke belakang dengan punggung menghadap ke belakang.
Aku meraih tangan Ibuki, yang jelas waspada, dia segera memaksimalkan kewaspadaannya dan menghindarinya.
“Ha? Kau ngajak berantem?”
Mungkin dia menilai kalau aku akan memulai perkelahian sendiri, mengatakaan itu dan dia mengepalkan tangannya.
“Aku sama sekali tidak berniat begitu, tapi———”
Aku dengan cepat meraih tangan Ibuki lagi dan meraih pergelangan tangannya tanpa memberinya kesempatan untuk melarikan diri.
“Apa yang kau lakukan!”
Dia mulai menendang dengan buru-buru, jadi aku menggunakan tanganku yang lain untuk menahannya. Aku bertanya-tanya apakah dia akan mencobanya lagi, tapi dia menghembuskan napas seolah-olah telah terbebas dari racun dan mengalihkan pandangan ke arah lusa.
(Tln: “?” Kanjinya emang myōgonichi=lusa)
“Aku akui aku tidak bisa mengalahkanmu, tapi suatu hari nanti aku pasti akan menendangmu dengan telak.”
Jangan menetapkan tujuan yang berbahaya itu seenaknya.
“Jadi? Apakah Horikita memintamu untuk menggangguku?”
Jauh dari tidak bisa menyampaikan niaku yang sebenarnya, ini berakhir dengan munculnya kecurigaan yang aneh.
Aku mungkin tidak bisa menyampaikannya dengan kata-kataku yang merupakan teman sekelas Horikita.
Jika dipikirkan dengan normal, Ibuki tidak bisa menerima istirahat dengan mudah, dan dia memiliki sedikit harapan.
“Denyut nadimu cepat sekali.”
“Ha!?”
“Selain itu mulutmu juga terlihat kering. Bibirmu juga sangat kering. Kamu jelas sedang dehidrasi.”
Tapi jika terus begini, tidak aneh untuk mendengar peringatan bahaya dalam waktu yang tidak lama lagi.
Tidak, mungkin peringatan bahaya sudah berbunyi sekali.
Dia duduk diam di dalam tenda mungkin karena dia sudah sangat kelelahan, tapi mungkin juga untuk menekan peringatan karena denyut nadi yang tidak normal.
“Tenggorokanku... sudah tidak kering lagi kok.”
“Katamu sudah, itu berarti memang kering, ‘kan?”
Saat aku melepaskan pergelangan tanganya, Ibuki mengambil jarak, menunjukkan wajah yang menggigit secara terang-terangan.
“Itu bukan urusanmu. Aku tidak ada masalah dengan ini.”
Setelah Ibuki mengatakan itu dan berbalik, aku langsung berjalan menyalipnya.
“Hei, apa———apa yang kamu lakukan!”
Bahkan jika aku mengatakannya dengan kata-kata dia bukanlah orang yang akan mendengarkan, jadi aku masuk ke dalam tenda Ibuki dan mengeluarkan ranselnya.
“Tolong tunjukkan isinya.”
“Hah? Aku tidak bisa menunjukkannya pada seorang pria. Tidak, aku tidak akan menunjukannya pada seorang wanita sekalipun.”
“Tentu saja.”
Dia tidak mau memberiku izin, jadi aku membuka ranselnya sendiri.
“Jangan membukanya tanpa izin!”
Yang ada di dalam ranselnya adalah pakaian, perlengkapan kebersihan, dan makanan dalam jumlah kecil seperti daging kering.
Dan hanya ada satu botol PET 500ml kosong di dalamnya.
Karena sampah bisa dikumpulkan di lokasi penempatan seperti tugas, mungkin dia sudah membuang barang-barang tidak penting. Tidak ada tetesan air pada botol PET, dan terlihat itu sudah lama diminum.
Selain itu, aku tidak menemukan transceiver untuk melakukan kontak.
“Kapan kamu terakhir kali minum?”
“Aku tidak perlu menjawabmu———”
“Kapan kamu tidak minum?”
Kali ini, aku juga menatapnya dengan tajam dan bertanya lagi dengan nada yang kuat.
“...Sepanjang hari, sebentar saja.”
“Apa kau berjalan ke sana kemari dalam keadaan seperti itu?”
“Aku tidak berjalan ke sana kemari. Aku istirahat di sini sepanjang waktu hari ini.”
“Itu kebohongan yang murahan. Tidak ada respon GPS di lokasi ini di pagi hari.”
“Jadi kamu melakukan pencarian?”
Tentu saja tidak. Singkatnya, itu umpan, tapi tampaknya tepat sasaran.
Aku hanya tidak berpikir akan mudah bagi Ibuki, yang sangat ingin mengalahkan Horikita, untuk beristirahat.
“Apa peringatan bahaya sudah berbunyi?”
“...Sekitar satu jam yang lalu. Jadi aku tidak punya pilihan selain istirahat lebih awal.”
Peringatan bahaya jam tangan adalah sistem yang akan berhenti berdering kecuali ada kelainan terus menerus.
Dan setelah beberapa saat, itu akan kembali ke peringatan bahaya lagi bukan beralih ke peringatan darurat.
“Jika kau tidak bisa minum seperti ini, itu akan terus berdering bahkan jika kau beristirahat.”
Denyut nadi cepat tidak dapat ditekan, dan akan beralih ke peringatan darurat.
Pada saat itu dehidrasi masih berlanjut, dan jika dia menjalani pemeriksaan kesehatan, dia akan dijatuhi hukuman mundur.
“Aku akan melakukan sesuatu besok, dan aku akan pergi ke titik awal jika terjadi keadaan darurat, jadi tinggalkan aku sendiri.”
“Ada jarak lebih dari dua km dari sini ke titik awal. Kau akan berakhir jika jatuh di tengah jalan.”
“Kalau begitu, aku hanya perlu menyelesaikan tugas atau apa pun itu.”
“Kau tidak bisa melakukan itu, makanya sekarang kau kesulitan.”
Tidak ada pilihan lain selain menabrakan saran positif terhadap niat negatifnya untuk menenangkan Ibuki.
Aku membawa ransel dari tendaku. Dan aku mengeluarkan dua botol PET 500ml yang baru saja aku dapatkan setelah menyelesaikan tugas hari ini.
“Tukeran.”
“Ha?”
“Aku sedang dalam masalah karena kekurangan makanan. Sebaliknya, sedikit kelebihan pasokan air dan kebanyakan. Jika pertukaran yang setara dibuat dengan Ibuki saat ini, aku akan setuju dan meminta negosiasi.”
Sudah tidak dingin lagi, tapi Ibuki mendengus begitu melihat botol PET berisi air.
“Gimana? Sekali lagi, ini pertukaran yang setara. Aku akan memintamu untuk membagikan makanan.”
“Siapa juga yang mau...”
“Kamu boleh menolaknya, tapi aku tidak akan bernegosiasi dua kali.”
Jika aku tidak mematahkan sikap bullish, kata-kata Ibuki akan berhenti.
“Jika kau mundur karena dehidrasi seperti ini, sudah dipastikan bahwa kau kalah dari Horikita. Aku bertemu Horikita beberapa waktu yang lalu, tapi dia terlihat baik-baik saja dan sepertinya tidak punya masalah dengan makanan atau air.”
Itu tadi, kata kunci terpenting untuk menggerakan Ibuki.
Bukan tentang mengancam dia akan dikeluarkan dari sekolah, tapi tentang memberi nama Horikita.
“Baiklah... aku terima pertukaran itu. Tapi berapa yang harus aku berikan?”
Makanan Ibuki akan habis dalam waktu kurang dari dua hari.
Tapi, jika aku hanya menerima dalam jumlah kecil, itu tidak bisa disebut sebagai pertukaran yang setara.
“Setengah dari sisa makananmu. Aku akan tukar dengan itu.”
“Apa segitu saja cukup?”
“Itu jauh lebih baik daripada makan rumput liar karena kesulitan mencari makan.”
Dengan begitu, aku dan Ibuki saling bertukar barang masing-masing yaitu air, dan makanan.
Bersamaan dengan selesainya pertukaran barang, Ibuki langsung menuangkan air dari botol PET ke tenggorokannya dan meminum sekitar setengahnya. Biasanya, dia harus menjaganya dengan baik, tapi mengingat dehidrasi sudah mulai muncul, dia harus segera mengisi kembali cairan tubuh.
Mungkin dia tidak suka aku melihatnya sedang minum, dan mata tajamnya hidup kembali.
Meskipun dehidrasi sedikit membaik, kondisi mentalnya jelas tidak biasa. Ibuki harus terus menghadapi dirinya sendiri, dengan tekanan intens yang tidak mampu dia tanggung.
Berapa lama dia bisa menjaga pikiran dan tubuhnya?
Beberapa jam atau hari? Aku harap dia masih memilikinya sampai dia melewati hari terakhir.
Jika aku berpisah di sini dengan Ibuki yang memiliki table berbeda, aku tidak akan bertemu lagi dengannya selama ujian.
Haruskah aku mengatakan sepatah dua patah kata lagi di sini?
“Aku tidak akan mengucapkan terima kasih. Ini pertukaran yang setara, bukan?”
“Aku tidak meminta ucapan terima kasih kok.”
“Lalu ada apa?”
Dia mungkin sensitif untuk berhubungan dengan orang lain karena sudah mempertajam sarafnya sepanjang hari. Kemampuan yang berguna dalam pertempuran jangka pendek kini terus mencekik dirinya sendiri.
“Jika kamu belum tenggelam ke dasar pada saat ini, bukankah tidak buruk untuk menghabiskan sekitar satu hari besok dengan fokus pada pemulihan kekuatan fisik? Atau beralih ke strategi yang hanya menargetkan makanan dan air.”
“Maksudmu membuang skor? Ha, jangan bercanda.”
Ibuki mengambil nafas dan marah pada usulanku.
“Aku berjuang keras bukan karena aku tidak mau dikeluarkan dari sekolah. Satu-satunya tujuanku adalah untuk mengalahkan si Horikita itu.”
Aku tahu itu.
Karena aku tahu, makanya aku memberikan saran untuk meningkatkan peluang kemenangan...
Ibuki sangat membenciku sejak dia tahu bahwa aku adalah X.
Karena adanya filter yang tidak penting itu, bahkan niatku yang sebenarnya tidak tersampaikan.
“Aku tidak akan berbicara denganmu lagi.”
Mengatakan itu, Ibuki kembali ke dalam tenda.
Aku pikir bujukan itu tidak berguna, tapi itu akan tersampaikan sebagai peringatan.
Untuk saat ini, kondisi fisik Ibuki akan baik-baik saja hari ini dan besok.
Yang harus dia lakukan sisanya adalah pulih dan mengamankan makanan dan air.
Selama dia sendiri, aku sedikit khawatir dengan skornya, tapi ketika aku melihat dia menantang pertarungan dengan percaya diri, aku tidak berpikir dia tenggelam ke peringkat dasar.
Aku masih punya banyak waktu, tapi aku sudah menggunakan kekuatan fisikku hari ini jadi mari kita istirahat.
Aku memutuskan untuk menenangkan pikiran dan menghabiskan malam saat waktu yang panas dan lembab terus berlanjut.