〇Seorang Pria Bernama Tsukishiro
1
Tujuan kedua yang ditunjukkan kepadaku hari ini adalah I2. Itu adalah ujung timur laut dari pulau tak berpenghuni.
Syukurlah aku berhasil menghentikan penalti, jadi itu adalah tempat di mana aku bisa pergi dengan ketenangan pikiran untuk sementara waktu.
Setelah pukul 15:00 di akhir ujian, pada dasarnya kami berjalan kembali ke titik awal, tapi dalam beberapa kasus tampaknya ada rencana untuk menjemput siswa kapan saja dengan kapal patroli. Sepertinya kapal patroli akan datang ke J6 pada pukul 17:00 sore jika sudah dekat.
“Tahap terakhir juga tahap terakhir, dan mereka menempatkan area yang ditunjuk di tempat yang tidak masuk akal...”
Padahal lingkungan ujian di mana tugas terkonsentrasi di sisi selatan pulau tetap sama, kok bisa area yang ditunjuk ada di ujung timur laut.
Jelas ini membuatku berduka jika itu salah table, tapi mau bagaimana lagi.
Akan lebih mudah jika ini pembagian yang adil, tapi ketika aku datang ke sini, aku mulai merasa gelisah.
Hari ini, aku tidak berpapasan dengan siswa lain sejak pagi, aku bahkan tidak pernah melihatnya sejak awal. Meski pulau ini besar, ada banyak kesempatan untuk melihat dan mendengar suara orang lain jika aku melakukan pergerakan dasar.
Tentu saja, aku tidak dapat mencapai area yang ditunjuk terakhir kemarin, jadi aku yakin apakah aku tidak bisa bertemu dengan siswa di table yang sama denganku...
Dari sini terlihat bahwa banyak siswa yang sudah turun ke sisi selatan tempat tugas dikumpulkan.
Setelah menginjak I2, mungkin ada baiknya untuk mengabaikan area yang ditunjuk terakhir dan langsung menuju tugas.
Di H3 ada sebuah sungai sempit membelah area.
Sungai ini tidak bisa dijadikan jalan pintas, jadi ini adalah tempat yang merepotkan dimana aku terpaksa memutar.
Yang harus aku lakukan hanyalah berjalan di sepanjang sungai sehingga aku tidak perlu khawatir tersesat. Jangan terburu-buru, pergi ke barat daya di sepanjang sungai, mencapai titik di mana aku bisa menyeberang sungai, dan menuju timur laut. Aku bisa berjalan di sepanjang sungai sampai aku mencapai pegunungan. Lalu aku berada di seberang sungai, itu ketika aku pergi ke dekat tengah H3.
“Ayanokouji-kun———!”
Saat aku sedang berjalan sambil mendengarkan suara aliran sungai, aku mendengar suara memanggil namaku dari kejauhan. Di sisi utara sungai yang baru saja aku putari.
Di sana ada Ichinose berlumuran lumpur, terengah-engah dan menatapku.
“Ichinose... apa kau datang ke H3?”
Kalau tidak salah menurut Sakayanagi, Ichinose seharusnya ada di E3.
Karena waktunya baru lewat pukul 10:00, jika matahari mulai terbit sekitar pukul 05:30, Ichinose datang ke sini setelah berjalan sekitar 4 setengah jam. Itu juga kecepatan yang cukup cepat.
“Aku... aku, datang untuk menemui Ayanokouji-kun!”
Ichinose berteriak dari seberang sungai, meskipun dia kelelahan dan kalimatnya terputus-putus.
“Aku akan ke sana sekarang!”
Mengatakan itu, Ichinose mulai berlari di sepanjang sungai sambil sempoyongan.
Mungkin ranselnya yang berat mengganggu, dia melemparkannya di sana.
Kalau dilihat, cara berjalannya itu berbahaya. Dengan kekuatan fisik Ichinose yang kemungkinan akan mencapai batasnya, akan sulit untuk mencapai titik ini. Aku memutuskan untuk kembali lewat jalan saat aku datang dan bergegas untuk menemuinya.
Dia akan menyusuri sungai selama kurang lebih 5 menit dan sampai di titik dimana kami bisa bertemu.
Aku tidak bisa membiarkan Ichinose memaksakan diri, jadi aku menyeberangi sungai lebih dulu ke utara.
“A, akhirnya aku menyusulmu... tunggu, aku akan pergi ke sana.”
Apa dia merasa bertanggung jawab karena aku sudah mengejarnya sampai sejauh ini dengan menghentikanku?
Dia mendorong kakinya dengan penuh kekuatan dan semakin dekat denganku selangkah demi selangkah.
Ichinose kehabisan nafas dan tiba di depanku, tapi dia tidak bisa berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke depan.
“Tto.”
Aku memeluk Ichinose yang akan jatuh.
“A-Aku minta maaf! L-Loh? Kenapa? Kakiku... tidak bisa kugerakan...”
Dia mencoba untuk menjauh dengan panik, tapi lututnya gemetar dan dia tidak dapat berdiri dengan benar.
“Sebenarnya apa yang terjadi, Ichinose?”
Menatapku, Ichinose membuka mulutnya sambil memilah-milah situasinya dengan putus asa.
“A-Ada sesuatu yang harus kuberitahukan pada Ayanokouji-kun...!”
“Yang harus kau beritahukan?”
“Aku cemas, cemas, aku selalu cemas... temanku, aku harus melindungi teman sekelasku...”
Apa sebenarnya yang ingin dia katakan? Aku tidak tahu apa itu, tapi dari perjuangannya itu nyata.
“Tapi, aku masih mengkhawatirkan Ayanokouji-kun... bagaimanapun.”
Selama ujian khusus ini, aku tidak memiliki kontak khusus dengan Ichinose.
Artinya ada sesuatu yang tidak terduga.
Dia sudah mati-matian berjalan sampai sejauh ini lebih dari empat jam untuk menyampaikan hal itu.
“A-Aku... jam tanganku rusak, jadi, aku berpikir untuk kembali ke titik awal dan menggantinya... Saat itu, ada dua orang, Direktur Pengganti Tsukishiro dan Shiba-sensei...!”
Ichinose berbicara dengan tergagap saat dia sangat lelah sehingga napasnya masih belum stabil.
Aku tidak tahu itu terjadi kapan, tapi aku rasa dia sudah cemas selama beberapa hari.
“J-Jika Ayanokouji-kun aman sampai hari terakhir, kau akan dipanggil ke I2 dan dikubur———”
Kata-kata [I2] dan [dikubur]. Memang, hanya dengan mendengar itu, orang akan mengira itu kata-kata yang cukup berbahaya. Alasan kenapa pembicaraan Tsukishiro dan Shiba didengar oleh Ichinose secara tidak sengaja adalah karena jam tangannya rusak dan respon GPS-nya tidak terdeteksi.
“Melindungi teman sekelas... apa itu berarti kau diancam oleh Tsukishiro?”
Sepertinya Ichinose terkejut sesaat karena aku bisa menebaknya, tapi dia mengangguk berulang kali.
“Jika aku memberitahu Ayanokouji-kun tentang ini... katanya teman sekelasku akan dikeluarkan... tapi, tapi aku tidak bisa meninggalkan Ayanokouji-kun sendirian apapun yang terjadi...!”
“Kau harus meninggalkanku tanpa perlu mengkhawatirkanku. Karena aku adalah musuhmu.”
Jika berjalan lancar siswa bernama Ayanokouji akan dikeluarkan dari sekolah, akan lebih bagus untuknya berpikir seperti itu.
Ichinose menggelengkan kepalanya dengan kuat dan intens untuk menolak setelah mendengar kata-kata seperti itu.
“Itu mustahil! Ayanokouji-kun, Ayanokouji-kun... bukanlah musuhku!”
Ichinose mencengkram kaosku di dekat dadaku.
“Aku pikir kita musuh.”
“Karena... karena bagiku, Ayanokouji-kun———”
Tangan yang mencengkram kaosku dengan kuat, dicengkram lebih erat lagi.
“Karena aku, karena aku menyukai Ayanokouji-kun...!”
Kata-kata itu mungkin adalah sesuatu yang tidak diharapkan oleh Ichinose sendiri untuk diucapkan.
Setelah kata-kata itu keluar, dia mengalihkan pandangannya seolah untuk menutup mulutnya.
“Bu-bukan begitu! Barusan itu, eh, kenapa aku, eh, eeeh!?”
Mungkin dia sendiri tidak bisa memahaminya, dia panik dan berulang kali menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri.
“Apa, yang, baru saja kukatakan!?”
Dia panik ketika dia tidak bisa memahaminya, seolah-olah ingatan tentang apa yang dia katakan telah hilang.
“Bolehkah aku mengatakannya? Tentang apa yang Ichinose katakan padaku?”
“U-un... ah, tidak, jangan! Me-mending tidak usah, aku sudah ingat kok!!”
“———Terima kasih Ichinose.”
“Eh, eh, eeh!?”
Aku mengucapkan rasa terima kasih ku kepada Ichinose sekali lagi.
Dia sudah memprioritaskanku daripada teman sekelasnya dan grup ujian yang dibentuk untuk tujuan menang.
Aku tidak akan meremehkan perasaannya itu.
“Jika Ichinose tidak memperingatkanku, aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi.”
Mungkin ini adalah titik balik yang besar bagiku.
Jika aku tidak bertemu Ichinose di sini, aku tidak akan berasumsi kalau Tsukishiro akan pergi ke I2. Memang Tsukishiro sudah mengancam dan menyegel Ichinose. Tapi pada akhirnya, Ichinose ada di hadapanku.
Dan dia memberitahukan semuanya padaku tanpa mempedulikan bahayanya.
“Kata-kata yang barusan kamu ucapkan, apa itu sungguhan?”
“I-itu, sudah kubilang, etto, bukan begitu, ini, ini tu?”
“Kalau bukan, sangkal saja sekarang. Atau nanti bisa jadi salah paham.”
“...etto... salah paham... ini bukan salah paham...”
Ichinose berusaha menyangkalnya, tapi dia merasa sudah tidak bisa lari lagi.
“...aku... memang suka...” (...suki...desu...)
Dia mengakuinya dengan suara kecil dan samar yang sepertinya akan menghilang.
“Aku, kurasa aku mungkin baru saja menyadari perasaan itu... ma-maaf.”
Dia tidak perlu meminta maaf untuk apa pun.
“Sejujurnya, aku sedikit terkejut karena ternyata Ichinose berpikir begitu.”
“M-maaf, ya... kau membencinya, ‘kan?”
“Tidak ada hal semacam itu. Tapi, aku tidak bisa menjawab perasaan Ichinose sekarang.”
“U... un, aku, karena aku tidak pantas untuk Ayanokouji-kun...”
“Bukan begitu. Masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan, dan kupikir aku tidak bisa menjawab ya atau tidak dalam situasi seperti itu.”
Selain itu, aku harus mencegah keberadaan Kei diketahui di tempat ini.
Bahkan jika dia nantinya akan lebih terluka dan kesal setelah mengetahuinya, kami berada di tengah ujian di pulau tak berpenghuni sekarang.
Selama masih ada waktu tersisa, dia tidak boleh menghilangkan energinya untuk bertarung.
“Ini mungkin tidak bisa diterima, tapi itulah jawaban terbaik yang bisa kuberikan sekarang.”
“Ya... aku mengerti.”
Ichinose mengangguk untuk menanggapi tanpa rasa tidak suka atau ketidakpuasan.
“Aku mau pergi ke I2 setelah ini. Ada yang harus kulakukan di sana.”
“Ja-jangan! Itu berbahaya!”
“Jika aku tidak melakukan itu, aku tidak akan bisa melindungi Ichinose dan teman sekelasmu yang berharga, ‘kan?”
Dia pasti mengerti karena dia sendiri bermasalah dengan itu.
Jika dia menghubungiku dan berbicara denganku, tidak sulit membayangkan Tsukishiro mengetahui hal itu.
Tapi, aku rasa penting bagiku untuk memberi tahu Tsukishiro bahwa ini bukanlah keadaan sulit tapi kelahiran kembali.
“Beristirahatlah sebentar, lalu pergilah temui grupmu. Oke?”
Setelah membelai kepala Ichinose yang patuh sekali, aku memutuskan untuk pergi ke I2.
Ichinose!!!
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSetelah nyatain cinta bawahnya ada iklan Smartfren, feelnya gk dapet banget
ReplyDeleteanjay ichinose
ReplyDelete