BAB 2 :
Malam air mata dan jeritan festival
Pagi di musim gugur, aku mulai merasa bahwa waktu matahari terbit semakin larut.
Aku meninggalkan markas dan menuju [The Hostess of Fertility].
Untuk berbicara dengan Syr-san tentang surat yang aku terima kemarin.
“Meski begitu, aku tidak tahu harus berkata apa...”
Aku bergumam pada diriku sendiri sambil berjalan di jalan yang masih belum banyak orang.
Apa yang dimaksud dengan kencan?
Apakah itu berarti persis seperti yang tertulis, bukan main-main?
Apakah kau mencoba membuatku salah paham?
......Sungguh pertanyaan aneh, tidak mungkin aku akan menanyakan itu.
Lagipula, aku merasa tidak seharusnya aku menanyakan hal semacam itu.
Yah, jika itu kesalahpahaman, dia mungkin akan berkata, [Eeh, Bell-san, apa kau memiliki imajinasi liar seperti itu hanya karena kamu diajak berkencan? Aku minta maaf karena sudah membuatmu salah paham. Aku tidak menyangka Bell-san anak yang seperti itu. Bell-san memang sangat imut, ya!]
Akan lebih melegakan jika dia mengatakan itu. ......Tidak, bohong, itu masih sangat menyakitkan bagiku.
Sambil merasa kebingungan, aku melihat surat di tangan kananku.
Karena aku diundang melalui surat yang ambigu, aku tidak bisa tidak menyadarinya, dan anehnya itu membuatku gugup. Kalau itu memang tujuan Syr-san... sudah kuduga, aku tidak berpikir aku bisa bersaing dengan orang itu.
Kalau aku disuruh mampir di bar seperti biasa dan mengatakan hal ini kepadaku saat kami berbasa-basi, aku tidak akan pernah merasa seperti ini.
Aku mungkin akan bekata, itu licik, sambil tertawa saat menerimanya, seperti ketika aku pertama kali bertemu dengannya dan dia memaksaku untuk berjanji akan berkunjung ke bar.
“...Sejak saat itu, sudah sekitar enam bulan, ya...”
Aku berhenti di tengah jalan dan melihat ke atas ke langit dan menara raksasa yang menembus langit.
Pertama kali aku bertemu dengan Syr-san juga, di pagi hari seperti ini.
Pada saat itu, waktunya lebih awal, dan sinar matahari musim semi bersinar melalui dinding kota.
Sekarang, yang menyinariku adalah sinar matahari musim gugur yang terasa agak sejuk.
Dan sedikit dingin.
Sejak saat itu hingga sekarang.
Aku ingin tahu apakah kami sudah banyak berubah.
“...Pokoknya, aku akan temui Syr-san. Biarpun aku terus memikirkannya, itu tidak akan menghasilkan apapun!”
Setelah tenggelam dalam pikiran yang bukan seperti diriku, aku menggelengkan kepalaku dan mengepalkan tangan kiriku dengan kuat.
Itu benar, tidak ada gunanya menunda-nunda. Karena itu, ayo kita menjadi sedikit lebih seperti seorang petualang dan maju dengan berani. Aku seharusnya sudah tumbuh sedikit sejak saat itu.
Aku mengangguk dan berkata “Yosh”. Melupakan langkah berat yang ku ambil sebelumnya, aku berlari ke jalan.
Dan kemudian aku berlari ke jalan utama barat, di mana [The Hostess of Fertility] berdiri.
“Gah...!?”
Tepat sebelum itu.
Aku ditangkap oleh seseorang.
Satu tangan tiba-tiba terulur dari gang sempit, menutupi mulutku, dan yang mengejutkan, aku diseret ke dalamnya.
Terlebih lagi——aku tidak bisa melepaskannya!
Fakta bahwa bahkan dengan [Status] Lv. 4, aku masih ditahan oleh satu tangan ramping membuatku sangat bingung. Tanpa ada yang memperhatikan petualang yang menghilang tiba-tiba, aku dibawa jauh ke dalam gang yang remang-remang.
Pemandangan mengalir cepat di bidang penglihatanku, kakiku melayang di udara jauh dari tanah, dan wajahku dicengkeram——aduh, aduh, aduh!? Wajahku sakit dan leherku sakit sekali seperti mau lepas!!
Aku bahkan tidak bisa berteriak karena mulutku tertutup. Setelah menangis dalam hati puluhan kali, aku terlempar ke gang belakang di mana tidak ada seorang pun di sekitarnya.
“Haguu! A-apa yang kau.........!?”
Aku jatuh dari pantat dan melihat ke atas, sementara mataku berputar, dan tidak bisa berkata-kata.
Orang yang berdiri di depanku adalah pelaku yang menculikku (?).
Pakaian tempur hitam yang sama sekali tidak mengekspos kulitnya. Seolah menunjukan sifatnya yang cinta kebersihan, dia mengenakan rompi putih dan jubah putih, keduanya dibordir dengan emas. Penampilannya seperti seorang penyihir bukan petualang, tidak, itu mengingatkanku pada seorang pendeta yang membungkus dirinya dengan pakaian ritual.
Anggota tubuhnya sangat kurus sehingga sulit dipercaya dia telah menggendongku dengan satu tangan.
Mengintip dari rambut emasnya yang panjang dan menarik perhatian adalah telinga Elf murni yang ramping dan runcing.
Penampilan intelektual yang sangat tertata dengan baik, tidak salah lagi dia adalah Elf.
“Ka-kamu kan...!?”
Aku membuka dan menutup mulutku seperti orang bodoh.
Petualang itu mendorong kacamatanya dengan jarinya saat aku hendak berteriak.
“Jangan bersuara. Kalau kau berteriak, akan kuhancurkan tenggorokanmu.”
Tenggorokan!?
Aku menjadi pucat, karena aku tahu bahwa itu [bukan tidak mungkin] baginya untuk dilakukan.
Dia menatapku, gemetar seperti kelinci yang ketakutan, dan memberitahuku motifnya secara terus terang.
“Mulai sekarang aku akan membawamu. Kau tidak punya hak untuk menolak.”
Dihadapkan pada permintaan yang sangat tidak masuk akal itu, aku tidak bisa berkata apa-apa.
Itu wajar saja. Karena orang yang ada di hadapanku memiliki kemampuan sejati untuk memerintah di posisi tertinggi bahkan di seluruh kota.
Bahkan aku mengenal wajah itu.
“He-Hedin Selland...”
Nama aliasnya adalah [Hildrsleif].
Petualang kelas satu dari [Freya Familia]!
.
.
.
Bersambung