Bab 5
Game Berburu Harta Karun yang Dipenuhi Masalah Wanita
8
Siswa yang sudah memindai kode QR dalam perburuan harta karun tetap wajib melaporkannya ke pihak sekolah.
Aku dan Satō kembali ke titik awal dan menuju Horikita, yang sedang menunggu di meja penerimaan.
“Terima kasih atas kerja kerasnya, dengan ini prosedurnya sudah selesai.”
Setelah menerima laporan seperti itu, Satō juga mengungkapkan kegembiraannya dengan tulus.
“Kalau gitu, terima kasih untuk hari ini, Ayanokōji-kun. Ayo kita main bareng lain kali.”
Mengatakan itu, Satō melambai dan berjalan pergi dengan gembira.
Aku sudah dapat penghasilan tambahan, bukanlah ide yang buruk untuk menghabiskan waktu di lingkungan yang kurang lebih mewah.
“Total 180.000 poin untuk kalian berdua, tidak termasuk biaya partisipasi. Kerja bagus.”
“Kurasa.”
Di waktu ini, sebagian besar peserta tampaknya sudah mancapai tujuan, dan hanya sedikit yang datang.
“Kamu sepertinya sibuk sekali. Apa kamu sudah mengambil istirahat?”
“Ya, sekitar satu jam. Tapi aku tidak bisa mengeluh. Dari sudut pandang pencegahan penipuan, ini adalah ideku sendiri untuk mengajukan banding langsung ke pihak sekolah.”
“Banding langsung, ya? Itu hal kecil, tapi selangkah lebih dekat untuk menjadi ketua OSIS.”
Jika dia membuat kesan yang baik dengan hal-hal seperti ini, itu akan dihargai oleh OSIS dan sekolah.
“Bukan seperti itu. Tidak akan banyak kecurangan bahkan jika aku tidak menyarankannya. Hanya saja... yah, aku hanya berpikir untuk berguna sedikit.”
Aku tidak begitu mengerti, tapi Horikita mengalihkan pandangannya ke arah yang jauh.
“Jadi, siapa yang mendapat poin pribadi tertinggi di kelas?”
“Siapa menurutmu?”
Ketika aku bertanya, dia mengembalikannya dalam bentuk pertanyaan.
“Aku berharap itu bukan kami.”
“Bagus, kamu benar. Ada pasangan yang mendapat 500.000 poin pribadi. Mereka Wang-san dan Kōenji-kun.”
“Kōenji? Aku memang terkejut dia berpartisipasi dalam game itu sendiri, tapi aku juga tidak kalah terkejutnya bahwa dia berpasangan dengan seseorang.”
Begitu banyak orang berkumpul saat penjelasan, jadi aku tidak memperhatikan kehadiran Kōenji.
“Aku setuju denganmu. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa ikut atau berpasangan, tapi dia menghasilkan banyak uang dalam beberapa minggu terakhir.”
“Apa pun yang dia lakukan, itu di luar imajinasi, begitulah Kōenji.”
Tak kusangka dia memiliki keberuntungan selain kemampuan fisiknya yang luar biasa.
Atau mungkin itu adalah kode QR yang ditemukan pasangannya.
“Ini minus besar untuk kelas jika kita tidak bisa menggunakan Kōenji-kun itu di masa depan.”
“Sejak awal dia bukanlah pria yang mau bergerak, tidak bisakah kau puas dengan dia mendapat peringkat pertama kali ini?”
“Bagaimana mungkin aku bisa puas? Sayang sekali kalau tidak menggunakan kemampuannya untuk naik ke kelas A. Tidak bisakah kamu memikirkan sesuatu?”
Cara menggunakan Kōenji dengan baik? Memikirkannya sekarang hanya akan membuang-buang akal.
(Tln: entahlah, di raw nya nyebut resource = sumber dalam katakana)
“Itu mustahil.”
“Jawaban langsung, ya.”
Aku yakin bahwa aku bisa mengontrol siapapun itu sampai batas tertentu. Tapi, satu-satunya pengecualian untuk itu adalah Kōenji.
Aku sudah menjalankan beberapa simulasi kontrol pada semua teman sekelasku. Kōenji adalah satu-satunya yang tidak bisa kukendalikan, tidak peduli berapa kali aku mencobanya.
“Bahkan jika kamu menyerah, aku tidak akan menyerah. Kekuatannya sangat diperlukan.”
Mencoba mengendalikan sesuatu yang tidak terkendali. Itu hanya sebuah kontradiksi.
“Bahkan jika itu membuang-buang waktu, ya?”
“Apa kamu tidak membutuhkan Kōenji-kun?”
“Jika itu tidak merugikan, kupikir yang terbaik adalah membiarkannya sendiri. Karena sekarang poin perlindungan juga sudah mendarat di Kōenji, kita bisa lebih membiarkannya sendiri.”
“Aku yakin itu pemikiran yang rasional, bukan?”
“Kalau kelas tidak bisa menang tanpa Kōenji, aku bisa mengerti kenapa kamu sangat berhasrat. Tapi kelas Horikita sudah tumbuh menjadi cukup kuat untuk bersaing dengan kelas lain. Dan itu akan terus tubuh.”
“Ya, memang benar mereka jauh lebih bisa diandalkan daripada setahun yang lalu.”
Tapi———Horikita melanjutkan.
“Sementara mengincar kelas A adalah prioritas utama dan tujuan terakhirku, aku ingin menyatukan kelas. Aku ingin memimpin mereka agar kita semua bisa bekerja sama.”
Jadi dia tidak ingin kehilangan siapapun bahkan Kōenji?
Mata Horikita menatapku begitu lurus sehingga aku mau tak mau tersedak oleh kata-kataku.
Jika Horikita bisa membawa pria bernama Kōenji ini menjadi temannya, dia akan menjadi sekutu yang tak tergantikan dan bisa diandalkan.
Tetapi rintangan itu mungkin lebih sulit daripada mengincar kelas A.
Di masa lalu, aku tidak akan menanggapi pernyataan ini dengan serius.
Omong kosong, pernyataan di luar kemampuan. Itu seharusnya selesai dengan itu.
Pertumbuhan Horikita berjalan lambat, tetapi selangkah demi selangkah.
Yah... tetap saja, aku tidak bisa mengatakan bahwa suatu hari nanti Horikita mungkin bisa menggerakan Kōenji.
Karena sungguh, pria bernama Kōenji ini adalah satu-satunya yang sepertinya tidak bisa diperhitungkan.
“Ada apa?”
“Apanya?”
“Karena kamu sepertinya sedang berpikir.”
“Tidak, aku bingung untuk memutuskan apa yang harus kulakukan dengan poin pribadi yang kudapatkan.”
“...Oh. Kamu sudah memberi Kushida-san setengah dari uangmu, jadi kamu harus menjaga baik-baik poin pribadi yang kamu peroleh hari ini dan sebaiknya kamu berhenti membuang-buang uang.”
“Ya, kamu benar. Aku akan melakukannya.”
Tinggal lebih lama hanya akan mengganggu pekerjaannya, jadi aku memutuskan untuk menyelinap pergi.
Mantap min selalu ditunggu
ReplyDeleteBener-bener satu2nya orang yg ngk bisa dikendaliin kiyo dikelas cuman koenji wkwkwk,penasaran kedepannya koenji bakal gimana
ReplyDeleteGua curiga kalau si koenji ini dari whiteroom anjir. Ayano aja bilang lw koenji seperti manusia super saat adu tarik tambang di ujian pulau
Deletekagak bro keknya, emang pure berbakat dia
DeleteApa cuman gua yg kesel sama horikita ? naik bener lu wkwkkww
ReplyDelete