Bab 2Menjelang Keberangkatan
◇◇◇
Sementara itu, suatu hari setelah Rio mulai tinggal di Kastil Kerajaan Galarc. Sakata Hiroaki sering bergaul dengan Saiki Rei dan Murakumo Kōta akhir-akhir ini. Roanna juga bersamanya, dan mereka berempat sering berkumpul di kamar Hiroaki.
Ini karena Hiroaki kecanduan membuat cerita baru akhir-akhir ini. Dia mencoba membuat karya hit dengan memasukkan unsur-unsur novel hiburan yang populer di Jepang dan menetapkan penduduk dunia ini sebagai target pembacanya.
Dia meminta Rei memberikan kesannya dari sudut pandangnya sebagai seorang otaku, Roanna memberi saran tentang apakah ada kekurangan realitas dari sudut pandangnya sebagai seorang bangsawan yang hidup di dunia ini, dan sambil meminta Kōta memberikan kesannya juga, dia diperca untuk menerjemahkan plot Jepang yang ditulis oleh Hiroaki ke dalam bahasa dunia ini dan berbagi informasi dengan Roanna.
“Plot ini adalah yang terbaik, Hiroaki-san.”
Rei yang telah selesai membaca plot terbaru yang telah dia kerjakan, memberikan kesannya dengan penuh semangat.
“Iya, ‘kan? Aku juga berpikir kalau itu cerita yang bagus.”
“Aku masih berpikir itu adalah keputusan yang tepat untuk menjadikannya heroine ganda. Heroine yang menjadi wajah dari karya ini pasti Cecily, si nenek loli, tapi Mizari-chan, yang mencoba bersaing dengan nenek loli, juga moe. Kecemasan yang hanya bisa dirasakan oleh ras manusia yang menua secara normal, digambarkan dengan baik sebagai pesona sang heroine. Aku bisa merekomendasikan yang satu ini.”
“Perbandingan antara nenek loli dan loli biasa. Itulah tema karya ini. Mana yang lebih menarik, loli biasa atau nenek loli? Itulah pertanyaan untuk pembaca. Jika sepertinya potensi heroine Mizari meningkat karena simpati pada heroine yang lemah, itu seperti yang ku perhitungkan.”
Hiroaki dengan percaya diri mengangkat hidungnya dan membuat wajah sombong.
“Tapi, jika kamu tidak menulis dengan baik, Cecily bisa dimakan oleh Rosalie-chan?”
“Di situlah keterampilanku masuk. Aku juga tidak sabar untuk melihat keterampilan mengeditmu.”
“Serahkan padaku. Malah aku tidak sabar untuk membaca draf pertama. Dengan ini dipastikan plotnya sudah selesai, bukan?”
“Yah, jangan terburu-buru. Aku harus meminta pendapat Kōta dan Roanna tentang apakah tidak ada masalah dengan plot yang sudah selesai ini. Bagaimana menurut kalian berdua?”
Hiroaki mengangkat tangan kanannya untuk menenangkan Rei yang tidak sabar. Dia telah bekerja dengan Kōta dan Roanna untuk sampai saat ini, dan dia melihat mereka dengan suasana hati yang sangat baik untuk meminta pendapat mereka.
“Kupikir ini terlihat sangat menarik. Hanya saja, aku punya pendapat atau lebih tepatnya pertanyaan, apakah Ramuan Keabadian ada di dunia ini, Roanna-san?”
Kōta bertanya pada Roanna.
“Saya tidak tahu apakah itu benar-benar ada, tapi saya telah mendengar banyak contoh penelitian yang dilakukan untuk membuat ramuan seperti itu.”
“Jadi begitu. Maka tampaknya orang-orang di dunia ini akan tertarik dengan itu. Omong-omong, apakah ada alasan kenapa nama karakter utamanya adalah Kōmei? Seingatku itu nama yang sama dengan ahli strategi militer terkenal dari Sejarah Tiga Kerajaan...”
“Itu tentu saja, karena aku menyukai Kōmei.”
Hiroaki langsung menjawab.
“Ja-jadi begitu...”
“Kenapa, ada apa dengan itu, Kōta?
Rei bertanya pada Kōta.
“Tidak kok, kupikir itu adalah nama yang tidak ada di dunia ini, jadi aku sedikit penasaran untuk melihat bagaimana itu akan diterima.... Ketika harus menerjemahkan ke dalam bahasa dunia ini, aku tidak bisa hanya menulis namanya dalam kanji.”
Kōta mengajukan pertanyaan dengan agak jujur dan dari perspektif akal sehat.
“Yah, nama yang ditulis dalam huruf kanji akan menjadi apa yang disebut pengaturan tidak berguna. Tapi, nama karakter utama adalah Kōmei. Aku telah memutuskan bahwa karakter utama dari setiap karyaku semuanya adalah Kōmei. Selain itu, karakter utama adalah seorang pahlawan yang dipanggil dari dunia lain. Nama-nama yang umum di dunia ini akan kehilangan rasa dunia lainnya.”
“Jadi begitu, memang sih.... Benar juga, ya.”
“Iya, ‘kan?”
Kōta mendengus kagum, dan Hiroaki mengangguk puas.
“Kalau begitu, dengan ini plotnya selesai. Sekarang yang harus kamu lakukan hanyalah menulis naskahnya, Hiroaki-san.”
Kata Rei bersemangat.
“Ya. Kalau aku bisa minta lebih, memiliki ilustrasi moe tentang heroine sebagai bahan pengaturan, image-ku tentang dia akan lebih jelas. Dan ketika tiba saatnya untuk benar-benar menjual buku tersebut, ilustrasinya akan membuatnya lebih terlihat seperti novel ringan, dan membuatnya lebih mudah dipahami yang menarik bagi pembaca.”
“Ah, kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Kōta bisa menggambar ilustrasinya.”
Ketika Rei memberitahunya tentang bakat Kōta——,
“Apa!? Serius!?”
Hiroaki mengangkat suaranya untuk menunjukkan minatnya yang kuat. Roanna juga membelalakan mata.
“Ni orang, Ibunya adalah guru kelas menggambar. Makanya dia telah belajar menggambar sejak kecil, dan dia bisa menggambar segala macam gambar. Dia juga bisa menggambar ilustrasi moe.”
“Oioi. Ya ampun, kalau kau punya bakat seperti itu, kau seharusnya mengatakannya lebih cepat.”
Hiroaki menyeringai sangat senang.
“Aku tidak sehebat itu, kok.”
Kōta, di sisi lain, bereaksi seolah-olah dia tidak begitu percaya diri——,
“Hei, Kōta. Kamu ingat ilustrasi moe yang kuminta kamu gambarkan untukku sebelum kita datang ke dunia ini, ‘kan? Coba kamu sekarang gambar itu?”
“...Yah, aku bisa saja sih. Tapi sulit menggambar dengan pena dan kertas ini, jadi kurasa aku tidak bisa menggambar seperti yang waktu itu.”
Kōta diminta Rei untuk mengambil pena dan kertas. Dengan tangannya yang terlatih, dia dengan cepat dan tanpa ragu mengoreskan pena.
Semua orang memperhatikan tangan Kōta dengan penasaran.
“Hei, bukankah kau menggambarnya terlalu cepat?”
Hiroaki bertanya dengan heran.
“Itu karena ada aslinya dan aku telah menyalinnya sekali. Aku tidak perlu memikirkan kerangkanya, dan tanganku sudah mengingatnya. Sulit untuk menggambar karena alatnya seperti ini, tapi.”
Kōta menjawab sambil menggerakkan tangannya.
“...Jadi itu alasannya, ya?”
Hiroaki dengan tanda tanya ragu di wajahnya——,
(Ni orang, jangan-jangan dia cukup berbakat dalam menggambar?)
Pikirnya.
Dan kemudian, hanya dalam beberapa menit atau lebih——,
“Ini konsep kasar, tapi sudah selesai.”
Kōta berhenti menggerakan tangannya memegang pena.
“Serius? Ini Hiyori.... Kualitasnya tinggi, oi.”
Mata Hiroaki berbinar saat dia melihat ilustrasi yang sudah selesai digambar dan bergumam. Ada gambar karakter anime yang Hiroaki sangat kenal.
“Seperti yang diharapkan, jadi kamu mengetahuinya, Hiroaki-san?”
“Aku adalah fans pengisi usaranya. Dia memiliki suara yang sangat bagus.”
“Uwa, benarkah? Aku juga. Aku punya semua album, semua Blu-ray live-nya, dan aku adalah anggota dari klub penggemarnya.”
“Ya ampun, kau seharusnya mengatakannya lebih cepat juga. Aku juga anggotanya.”
“Tidak, kita hanya berbicara tentang plot akhir-akhir ini sih soalnya.”
“Itu benar juga sih...”
Hiroaki melihat ilustrasi lagi di sini——,
“Bagus,’kan, Hiyori.”
Dan dia bergumam.
“Bagus, ya.”
Hiroaki dan Rei mengobrol layaknya otaku.
Dan tentu saja——,
“...Apa yang mereka berdua bicarakan?”
“Aku juga tidak tahu, dan kurasa kita tidak perlu tahu...”
Roanna dan Kōta benar-benar diabaikan.
“Sudah diputuskan. Kamu adalah ilustrator untuk karya yang kutulis, Kōta.”
Hiroaki menunjuk ke arah Kōta.
“Aku tidak keberatan menjadi ilustrator, tapi berapa lama waktu yang kamu rencanakan untuk membuat novelnya?”
“Itu akan ditulis tangan, dan aku tidak akan tahu sampai aku menulisnya, tapi aku ingin setidaknya satu bulan untuk menulis setidaknya satu buku.”
“Ilustrasi seperti apa yang kamu butuhkan?”
“Aku ingin beberapa desain karakter untuk pemeran utama dan heroine, dan beberapa ilustrasi untuk adegan yang telah kutentukan.”
“Itu berarti, mungkin diperluakan waktu yang sama untuk menggambarnya. Bahkan jika kita bekerja secara paralel, waktu tercepat yang dibutuhkan untuk membuat sebuah buku mungkin sekitar satu setengah bulan hingga dua bulan.”
“Yah, mungkin akan memakan waktu selama itu. Oh, omong-omong, apa rencana kalian?”
Hiroaki bertanya tentang rencana mereka, mungkin karena tiba-tiba penasaran.
“Secara garis besar, kami datang ke sini dengan tujuan untuk perjalanan sementara...”
“Entah nantinya? Kupikir mungkin kami akan pulang bersama Putri Christina atau Duke Huguenot ketika mereka kembali ke Restorasi...”
“Saya pikir tidak ada yang salah tentang itu.”
Kōta menjawab sambil saling memandang dengan Rei. Kemudian, Roanna menegaskan, mungkin karena sudah bertukar informasi dengan Christina.
“Jadi begitu.... Ngomong-ngomong, posisi apa yang kalian tempati dalam Restorasi?”
“Aku seorang Baronet, dan Kōta adalah seorang tamu. Putri Christina dengan murah hati mengizinkan kami berdua untuk menghadiri akademi di Rodania, tempat kami belajar bagaimana hidup di dunia ini di masa depan.”
“Fuun, dengan kata lain kalian seorang siswa, ya. Tapi, kenapa Kōta tidak memiliki gelar sementara Rei menjadi Baronet? Meski mungkin sudah terlambat untuk menanyakannya...”
Hiroaki bertanya, menatap Kōta.
“Aku yah, tidak seperti senpai, aku hanya tinggal di Restorasi untuk sementara.”
“Untuk sementara? Kamu bukan anggota Restorasi, toh?”
“Begitulah niatku. Aku sudah diberitahu oleh Putri Christina bahwa aku bisa menerima gelar dan menjadi anggota Restorasi seperti senpai, tapi...”
“Apakah ada hal lain yang ingin kamu lakukan?”
“...Sebenarnya, aku selalu ingin menjadi seorang petualang dan bepergian.”
Kōta menggaruk pipinya dan membalas dengan malu.
“Seorang petualang? Kenapa?”
“Kalau ditanya kenapa..., aku ingin tumbuh dewasa, aku ingin menjadi seorang pria...”
“Kau ingin menjadi seorang pria? ...Hahaha. Nah, kau masih perjaka, bukan? Dan kau ingin membuang keperjakaanmu, bukan?”
Hiroaki terdengar sangat meragukan, tapi tak lama kemudian dia mungkin menyadari sesuatu, karena dia menunjuk Kōta dan mengatakan sesuatu seperti itu.
“Pe-perjaka katamu?! Ke, kekekekeke-kenapa!?”
Suara Kōta tergagap dan sangat kesal. Dan tepat di sampingnya, Roanna tersipu canggung, dan Rei tertawa geli.
“Fun. Ketika seorang pria seusiaku atau kalian berkata, [Aku ingin tumbuh dewasa!], kemungkinan besar, itu adalah saat membuang keperjakaannya. Aku yakin kamu telah dicampakkan oleh seorang gadis yang kamu sukai, bukan?”
Hiroaki menebak sambil tersenyum.
“Uwah, tepat sasaran. Kamu hebat, Hiroaki-san.”
“Sudah kuduga.”
Rei dan Hiroaki merasa geli.
“E-Emang salah!”
Wajah Kōta memerah dan bertanya kembali.
“Tidak kok, itu tidak salah. Kau ingin bepergian dan tumbuh dewasa karena kau dicampakkan oleh seorang wanita, dan kau ingin membuang perjaka dengan cara yang baik. Aku suka pria yang tidak populer seperti itu.”
“Kuh.... Yah, Hiroaki-san punya Roanna-san, jadi kalian mungkin melakukan hubungan seperti itu.”
“...Bah! Wa-Wanita bangsawan berpangkat tinggi seperti Roanna tidak akan melakukan hubungan seks sebelum menikah, tahu!”
“Eh? Be-Benarkah?”
Kōta kaget. Dan——,
“De-Dengan kata lain, itu...”
Dia menatap Hiroaki dan Roanna secara bergantian, merasa canggung.
“......”
Pipi Roana memerah dan tidak berkomentar.
“C-Cuk, itu pelecehan seksual! Maksudku, jangan katakan sesuatu yang aneh di depan Roanna!”
Hiroaki tidak disangka menunjukkan reaksi polos. Tampaknya, dia tidak suka hal itu didengarkan oleh Roanna yang berada tepat di sampingnya.
“La-Lah kok, Hiroaki-san yang mulai mengatakan tentang keperjakaan. Berbicara tentang keperjakaan di depan seorang gadis adalah pelecehan seksual itu sendiri!”
Bantahan Kōta tepat sasaran, tapi——,
“Itu salahmu karena ingin membuang keperjakaanmu!”
Hiroaki tidak mau kalah.
“Benar sih, itu karena Kōta ingin membuang keperjakaannya.”
“Guh...”
Rei berdiri di samping Hiroaki. Itu membuat Kōta tidak bisa membantahnya.
“...Dasar, oi Kōta. Kamu, alih-alih menjadi petualang dan bepergian, lebih baik kamu mencari seorang wanita terlebih dahulu dan hilangkan keperjakanmu.”
Hiroaki menyarankan Kōta untuk melakukannya.
“Ke-Kenapa kita membicarakan hal ini?”
“Habisnya kamu masih perawan.”
“Ja-Jangan terus memanggilku perjaka perjaka sih... Kasih tahu aku alasannya.”
Kōta cemberut seolah-olah dia sedikit jengkel.
“Biar aku luruskan, kamu, masih mencintai wanita itu, bukan?”
“Ap...”
Wajah Kōta menjadi merah padam, mungkin karena tebakannya benar. Tidak perlu sampai dikonfirmasi.
“Wajahmu seperti mengatakan, bagaimana kau bisa tahu? Kau ingin tumbuh karena kamu masih memiliki perasaan terhadap wanita yang mencampakkanmu. Dan kau ingin dia melihat bahwa kau sudah dewasa.”
Hiroaki melanjutkan dengan asumsi bahwa tebakannya benar.
“Guh............, kenapa, kenapa kamu bicara seolah kamu tahu masalahku? Padahal Hiroaki-san juga...”
Perjaka sama sepertiku——, setelah menelan kata-kata yang akan dia katakan, Kōta menatap Hiroaki dengan mata yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
“Dasar bodoh. Yah biarlah. Untuk saat ini, kamu akan menjadi asistenku bersama Rei.”
Hiroaki mengatakan itu dengan senyum aneh dan santai di wajahnya.
“Tidak, itu terlalu tiba-tiba...”
Kōta enggan, tapi——,
“Kamu setuju, ‘kan, Rei?”
“Ya, aku tidak keberatan.”
Rei langsung setuju.
“Kalau gitu sudah diputuskan. Mulai sekarang kalian berdua adalah asistenku.”
“Tidak, tunggu sebentar.”
“Kenapa sih? Toh, aku harus menulis novelku untuk sementara waktu. Kamu bisa mulai bepergian setelah itu. Jadi, setidaknya sampai saat itu, kamu akan menjadi asistenku. Sementara itu, kamu bisa menggambar sebagai ilustrator pribadiku.”
Hiroaki setengah memaksa mengembangkan pembicaraan, dan——,
“Oi, Roanna. Patikan agar mereka mendapatkan jabatan. Karena mereka akan menjadi asistenku. Selain Kōta, aku minta naikan gelar Rei.”
Sebelum Kōta bisa mengatakan apa-apa, dia dengan cepat mengakhiri pembicaraan.
“...Saya mengerti.”
Roanna memandang Kōta, yang enggan, seolah-olah dia khawatir, tetapi mengangguk dengan sungguh-sungguh.
“Oi, Rei. Apakah tidak ada seorang gadis yang mungkin memiliki perasaan sama ni orang?”
“Nn, ada satu orang, kurasa seorang gadis bernama Michaela Belmondo. Tunanganku dan dia adalah teman baik, dan karena itu, kami berempat biasa menghadiri kuliah bersama di Akademi Rodania.”
“Heh, apakah kamu mengenalnya, Roanna?”
“Saya tidak mengenalnya, tapi saya yakin Belmondo adalah putri keluarga Baron?”
“Jadi begitu, putri Baron, ya. Apakah mereka berdua juga datang ke kastil ini bersama kalian?”
Hiroaki menatap Rei dan bertanya.
“Tidak, mereka berdua ada di Rodania.”
“Yoshi. Kalau begitu, panggil dia ke kastil ini dengan tunanganmu.”
“Eh? Tidak, apakah semudah itu memanggil orang hanya dengan niat ingin memanggilnya?”
Ada alat transportasi yang disebut pesawat sihir, tapi pada dasarnya itu adalah kendaraan untuk para bangsawan berpangkat tinggi dan personel militer. Itu bukan sesuatu yang dapat dengan mudah digunakan oleh seorang putri Baron sebagai alat transportasi. Untuk mengoperasikan pesawat sihir, diperlukan izin dari keluarga raja atau bangsawan dengan pangkat yang sesuai. Tapi——,
“Hanya butuh beberapa jam dengan pesawat sihir, ‘kan? Selama kau menjadi asistenku, kau akan menjadi bawahanku. Sebagai atasanmu, aku ingin bertemu dengannya secepat mungkin untuk melihat gadis seperti apa yang sudah bertunangan denganmu. Jadi tolong diatur, Roanna.”
“Dimengerti.”
Lain ceritanya jika ada perintah dari Hiroaki, sang pahlawan. Roanna tidak menunjukkan kesulitan dalam hal ini, dan mengangguk dengan sungguh-sungguh.
“Tolong, ya.”
Kata Hiroaki dengan puas dan——,
“Jadi. Untuk saat ini, ceritakan lebih banyak tentang kisah bagaimana kamu dicampakkan.”
Dia memutuskan untuk bertanya terkait kisah patah hati Kōta.