Bab 2
Dua Guru, Ujian Khusus yang Ditakdirkan
5
Sehari sebelum ujian khusus, yang sangat sibuk dalam banyak hal, akan berakhir tepat setelah pukul 10 malam
Aku sedang di tempat tidur melihat teleponku, ketika ada panggilan masuk.
Meskipun nomor telepon tidak terdaftar, aku kenal dengan nomor 11 digit itu.
“Halo?”
[Maaf mengganggumu selarut ini, bisakah aku minta waktumu sebentar?]
“Tidak apa-apa. Sudah lama sejak kita bertemu, Ketua Sakayanagi.”
(Tln: 理事長 = sebelumnya aku terjemahin ‘direktur’, tapi ternyata lebih tepat artinya ‘ketua dewan’, jadi sekarang aku singkat aja ‘ketua’. Kalau ini kampus artinya lebih tepat Rektor)
Benar, pemilik nomor telepon ini adalah orang yang menjabat sebagai dewan direksi SMA Kōdo Ikusei ini.
[Aku tahu aku telah memberimu banyak kecemasan, tapi kamu aman sekarang.]
“Saya senang mendengarnya.”
[Pasti sulit bagimu juga. Tapi, aku kagum kamu bisa tinggal di sekolah ini tanpa masalah dalam pertempuran yang sangat tidak menguntungkan itu.]
“Itu hanya kebetulan. Jika dia serius, aku tidak akan berada di sini sekarang.”
Aku bisa mengetahui tanpa menyebutkan namanya bahwa dia yang dimaksud itu mengacu pada Tsukishiro, yang telah menggantikan Ketua Sakayanagi.
[Setelah semuanya selesai, aku juga memiliki beberapa keraguan tentang perilakunya.... Tapi mari kita tidak membicarakannya hari ini. Mulai sekarang, aku akan mengikutimu dengan baik juga, dan kupikir aku akan memberitahumu hal itu sesegera mungkin.]
Mengatakan itu, Ketua Sakayanagi melanjutkan.
[Kamu pernah mendengar tentang Festival Budaya yang tidak lazim yang mengundang pejabat pemerintah dan keluarga mereka, bukan? Begitu itu telah dikerjakan, aku sudah tidak bisa lagi menghentikannya.]
Jika mereka sudah memberi tahu orang-orang yang terlibat, jelas saja akan sulit untuk menariknya kembali.
“Anda tidak perlu meminta maaf, Ketua. Saya yakin para siswa menantikannya.”
Kontennya sedikit seperti ujian khusus, tetapi dalam kisaran yang dapat dinikmati siswa.
Apakah itu akan menjadi festival budaya biasa atau tidak untukku adalah cerita lain.
[Mengenai itu... sebenarnya, ini sesuatu yang belum diumumkan, tapi kupikir aku akan memberi tahumu lebih dahulu.]
“Apa itu?”
[Serupa dengan Festival Budaya, Festival Olahraga pada bulan Oktober diadakan sebagai awal. Pertama, telah diputuskan dalam waktu singkat bahwa kami akan menjamu beberapa tamu dalam acara ini.]
“Tamu di Festival Olahraga, ya.”
Itu adalah sesuatu yang tidak pernah kuduga.
[Ide awal di balik Festival Olahraga ini adalah orang tua siswa akan datang untuk menontonnya. Dalam hal ini, sikap menyambut tamu tidak berbeda, tapi...]
“Jadi begitu.”
Memang benar ketika aku menonton TV, aku bisa melihat keluarga memegang kamera dan keluarga yang datang untuk menyiapkan bentō di acara yang disebut Hari Olahraga dan Festival Olahraga.
[Karena itu belum pernah terjadi sebelumnya, aku khawatir tentang keamanannya membiarkan para tamu bebas di Festival Budaya.]
Itu seperti ujian atau persiapan untuk menyambut tamu dalam jumlah besar dengan sungguh-sungguh.
[Pemilihan orang sepenuhnya diputuskan oleh atasan, dan mungkin Sensei... kemungkinan keterlibatan ayahmu tidak bisa kusangkal. Jadi, mengingat kamu dalam bahaya, aku sendiri ingin menempatkan beberapa pengawas di sisimu.]
“Saya senang dengan niat Anda, tapi saya hanyalah salah satu siswa di sekolah ini. Saya tidak ingin perlakuan khusus seperti itu.”
[Lalu, bagaimana kamu akan menanganinya ketika kamu bertemu dengan orang-orang yang dikirim oleh Sensei?]
“Saya tahu itu pertanyaan yang sulit.”
Jelas, tidak mungkin aku bisa mengatasinya dengan menggunakan kekuatan. Akan lebih mudah bagiku jika mereka mengincarku di tempat yang tidak mencolok, tapi jika mereka muncul sebagai pejabat sekolah dengan teman atau kenalan di sekitar ku dan memerintahkanku untuk mengikuti mereka, tidak ada cara untuk menolak.
Aku bahkan tidak bisa bertanya, “Kalian penipu dan pembunuh yang dikirim pria itu, bukan?”
[Aku memang sudah mengerti kalau kamu adalah orang yang seperti itu. Tetapi, jika kamu dikeluarkan dari sekolah ini dengan cara apapun... aku yakin aku akan menyesalinya. Aku ingin menghindari penyesalan karena tidak melakukan apa yang bisa kulakukan untuk mencegahnya.]
“Bahkan jika aku menuruti perintah Ketua Sakayanagi, tidak wajar untukku memiliki pengawas.”
[Karena itu, aku ingin memintamu untuk absen dari Festival Olahraga.]
“Absen... ya?”
Aku tidak tidak pernah mengasumsikan hal itu di kepalaku.
[Untuk ujian yang hanya bisa diadakan di hari yang sama, seperti Festival Olahraga dan Festival Budaya, tentu kamu paham bahwa absen karena sakit tidak bisa dihindari.]
“Ya. Sementara kelas akan dirugikan, tidak akan ada tindakan paksa seperti pengusiran, ‘kan?”
Mengurus kondisi fisik adalah tanggung jawab diri sendiri, tapi tetap saja ada beberapa kemerosotan yang tidak dapat dihindari.
Jika itu adalah ujian khusus skala kecil, tindakan darurat seperti menunggu sampai semua siswa di setiap kelas hadir dapat diambil, tetapi ini tidak mungkin untuk Festival Olahraga yang melibatkan semua siswa.
[Aku akan membuatmu tinggal di asrama karena absen sakit dengan asumsi bahwa kamu telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Dengan begitu aku dapat menempatkan pengawas tepercayaku di luar asrama dengan leluasa.]
Jika aku diperintahkan untuk beristirahat di asrama karena absen sakit, teman-teman sekelasku akan terima bahwa itu apa boleh buat.
Bahkan jika seorang pengawas berkeliaran di sekitar asrama, siswa lain hanya akan melihatnya sebagai salah satu penjaga.
“Memang benar, itu mungkin bisa melepaskanku dari cengkraman pria itu.”
[Tentu saja, ada risiko lain. Seperti katamu, anak-anak di kelas tempatmu terdaftar akan dirugikan karena mereka akan bersaing dengan kekurangan siswa.]
Aku bisa merasakan tindak lanjut dari Ketua Sakayanagi yang bijaksana hanya dengan membiarkan ku berbohong untuk absen sakit. Aku juga menghargai bagaimana dia ingin menjaga perlakuannya seminimal mungkin, tanpa mengistimewakan atau pilih kasih.
Aku menghargainya, tapi begitu aku mendengar ini, aku berasumsi bahwa aku harus menolaknya.
Namun sebuah ide baru muncul di benakku pada saat yang sama.
“Bisakah Anda memberiku sedikit waktu untuk mempertimbangkannya.”
[Tentu saja, itu bukan sesuatu yang bisa kupaksa, jadi aku akan menyerahkan keputusan akhir kepadamu. Tetapi———]
“Saya tahu. Saya juga serius mempertimbangkan pilihan untuk menerima absen sakit sekarang, jadi...”
[Baik. Akan kuminta jawabanmu seminggu sebelum Festival Olahraga. Aku juga perlu persiapan.]
Mengingat penataan personel dll, setidaknya butuh waktu selama itu.
Setelah menyelesaikan panggilan, aku memikirkan kemungkinan Festival Olahraga tanpa aku.
Tentu saja, sangat mungkin akan ada absen sakit dari kelas atau tahun ajaran lain pada hari itu. Faktanya, tidak mudah untuk memiliki semua siswa di sekolah setiap kali ujian diadakan.
“Tidak, aku harus fokus pada ujian khusus di depan terlebih dahulu, kurasa.”
Ujian khusus ini———mungkin lebih menyakitkan daripada ujian khusus yang pernah kami ikuti.
Semua ujian sejauh ini adalah ujian yang dapat dilawan dengan cara apa pun yang memungkinkan.
Tapi, tidak ada yang namanya strategi [pasti] dalam ujian khusus ini.
Kami diminta untuk percaya pada teman sekelas dan bekerja sama sebagai satu kesatuan.
Festival Olahraga dan Festival Budaya. Ada hal-hal baru yang perlu dikhawatirkan yang tidak ada tahun lalu, tetapi semuanya dimulai setelah melewati ujian khusus besok.
Nice min
ReplyDeleteOkeh
ReplyDeleteMin.....gasskueen lanjoout
ReplyDeleteHuhuhu makin keeen abisss
ReplyDelete