Epilog
Selamat Tinggal Masa Lalu
Ujian khusus suara bulat, yang berlangsung selama sekitar lima jam, berakhir. Tidak lama kemudian, kami mendengar bahwa kami adalah satu-satunya dari empat kelas yang mengeluarkan siswa. Kurasa tidak sedikit siswa yang mungkin sangat menyesalinya. Namun, fakta mendapatkan 150 poin kelas dalam ujian khusus ini, di mana tiga kelas hanya memperoleh 50 poin, pasti akan berguna dalam pertempuran selanjutnya.
Jika September berakhir seperti ini, kami akhirnya bisa naik ke Kelas B.
Sepulang sekolah, aku menunggu seseorang di tangga menuju atap seperti yang dijanjikan.
Sekitar 10 menit lebih lambat dari waktu yang dijadwalkan, seseorang muncul.
“Maaf membuatmu menunggu. Ada kerjaan pasca ujian yang memakan waktu cukup lama.”
“Tidak masalah kok. Ngomong-ngomong, apakah ini akhir yang kamu inginkan? Atau justru sebaliknya?”
“Jangan mengajukan pertanyaan yang sulit. Tidak ada jawaban yang benar-benar tepat untuk ujian itu... itulah menurutku. Ada kemungkinan seseorang melihat kita di sini, ayo kita pindah tempat.”
“Itu akan bijaksana.”
Mengangkat sudut mulutnya sedikit, Chabashira mulai menaiki tangga ke atap.
Kemudian dia mengeluarkan kunci dengan name holder biru sederhana.
“Angin bertiup semakin kencang dari tahun ke tahun untuk penggunaan atap sekolah. Mungkin dalam waktu dekat, sekolah ini akan menjadi salah satu sekolah yang sulit untuk naik ke atap.”
Meski sudah dipasang pagar, masih ada risiko jatuh.
Selain itu, kelemahan dari atap adalah bahwa hal itu juga bisa disalahgunakan sedikit seperti yang dilakukan Ryūen sebelumnya. Setelah diam-diam berjalan ke atap, Chabashira bersandar di pagar dan menghembuskan napas.
“Ini hari yang panjang... sungguh.”
Kata Chabashira pada dirinya sendiri tentang kesan murninya dari ujian khusus.
“Aku sudah menyinggungnya selama ujian... aku mengikuti ujian yang sama di tahun ketiga SMA.”
“Sepertinya begitu.”
Aku tidak tahu kemana dia melihat, tapi Chabashira hanya menatap lurus ke depan pada matahari terbenam di luar.
“Jika kamu mengizinkan... maukah kau mendengar pengakuanku?”
“Jadi ini sakramen penebusan dosa dan rekonsiliasi itu, ya. Aku bukan orang yang religius, tapi jika itu tidak masalah bagimu silahkan.”
Ujian khusus suara bulat yang dikatakan telah dia hadapi ketika masih sekolah. Katanya ada beberapa isu yang sama, tapi tergantung pada situasi kelas, jalannya ujian akan memiliki tampilan yang sangat berbeda.
“Aku ingat hari itu seperti baru kemarin. Kami Kelas B tahun ketiga akhirnya hampir mengejar Kelas A sebelum ujian kelulusan. Selisih poin kelas hanya 73 poin. Bahkan jika kami tidak bisa membalikkannya dalam beberapa hari tersisa dalam kehidupan sehari-hari, kami berada dalam posisi untuk membalikkannya dengan satu ujian khusus.”
Itu benar-benar pertempuran yang sangat dekat. Kelas A pasti tidak berpikir mereka lebih unggul dengan selisih itu.
“Di saat itu, ujian khusus suara bulat dimulai. Ada 5 isu. Seperti kalian, kami dapat melewati keempat isu tanpa hambatan, meskipun pendapat kami terbagi.”
“Kau bilang isu terakhirnya sama, ‘kan?”
“Iya kah... itu benar. Apapun yang terjadi pada ujian hari ini, ingatanku sepertinya sedikit kabur.”
Tumpang tindih masa lalu mungkin membingungkan garis waktu dari apa yang dia katakan dan pikirkan.
“Tentu saja, voting pertama mayoritas tidak setuju, dengan hanya sedikit yang setuju. Namun, saat diskusi berlanjut, situasi mulai berubah secara dramatis. Jika Kelas A memilih setuju dengan suara bulat, kesenjangan itu akan melebar menjadi 173 poin.”
“Jadi kalian tidak tahu seperti apa konten ujian kelulusan pada saat itu, ya?”
“Ya. Seperti yang mungkin sudah kamu duga, memenangkan ujian khusus tidak selalu memindahkan banyak poin kelas. Bahkan jika Kelas B menempati peringkat pertama, jika Kelas A berada di posisi kedua, poin kelas mungkin tidak membuat banyak perbedaan.”
Jadi perbedaan hadiah antara tempat pertama dan kedua adalah 100 atau 150. Tentu saja, itu bisa lebih dari 200 poin, tapi tidak ada jaminan untuk itu sih.
“Diskusi semakin panas seiring berjalannya waktu. Ada yang bilang tidak mungkin Kelas A akan memilih mengeluarkan siswa, jadi kami semua juga memilih tidak setuju dengan suara bulat untuk melewati ujian khusus. Kemudian kami harus memenangkan ujian kelulusan dan menjadi Kelas A. Ada yang bilang jika Kelas A tidak memilih untuk mengeluarkan siswa, maka ujian ini adalah kesempatan untuk membalikkan keadaan. Kami membahas setiap kemungkinan kasus.”
Cerita yang keluar dari isu yang sama ternyata memang sangat berbeda tergantung pada situasi kelas. Hanya dua pilihan. Namun untuk sampai ke sana hanya bisa dengan memilih melalui serangkaian jalur berliku.
“Setelah banyak waktu dan diskusi, masih belum ada jawaban yang tepat. Apakah kami akan mengambil Kelas A bahkan dengan pengorbanan, atau apakah kami akan memilih teman dan melemparkan diri kami ke dalam pertempuran yang sulit...”
Mungkin dia sedang mengingat masa lalunya saat ini.
Aku mencuri pandang dari samping dan melihat mata Chabashira tampak sedikit diterangi oleh matahari terbenam.
“Akhirnya, lambat laun, keinginan teman sekelasku mulai condong. Mereka bertanya-tanya mungkin Kelas A, yang diikuti oleh Kelas B, akan memilih 100 poin bahkan dengan pengorbanan. Ketika diskusi mulai berkembang dengan asumsi itu, pemilih tidak setuju perlahan mulai hanyut ke arah pendukung.”
“Tetap saja, selama seseorang hilang, tidak mudah untuk menyatukan persetujuan, bukan? Seperti biasa, tidak dapat dihindari bahwa siswa dengan kemampuan rendah atau keterampilan komunikasi yang buruk. Atau siswa yang suka berulah akan menjadi yang pertama dikeluarkan.”
“Itu benar. Setelah suara bulat setuju, itu tidak bisa ditarik kembali. Tidak mudah membuat semua orang memilih setuju, seperti katamu.”
Artinya sesuatu telah terjadi yang mengubah situasi itu. Seperti dalam kasus ujian khusus ini, aku berjanji bahwa hanya pengkhianat yang akan dikeluarkan, dan membuat mereka memilih setuju.
“Ada seorang anak laki-laki di kelasku. Siswa itu... yah, mungkin cara terbaik untuk menggambarkannya adalah dengan mengatakan kalau dia seperti kombinasi Hirata dan Ike di kelasmu.”
“Yōsuke dan Ike, ya.... Kurasa itu adalah seseorang yang agak sulit untuk dibayangkan.”
“Dia serius, tapi dia juga agak ceroboh. Dia teman yang baik dan pintar, tapi dia agak tidak bisa membaca suasana. Dia adalah pemimpin kelas dan mood maker pada saat yang sama.”
Jadi begitu, dia adalah seorang siswa yang agaknya memiliki kelebihan Yōsuke dan kelebihan (termasuk kekurangan) Ike.
“Siswa itu telah berjuang sejak isu terakhir muncul. Pada akhirnya, itu mengarah untuk memilih setuju. Dan itulah mengapa dia harus memberikan pemberitahuan terakhir kepada seseorang dengan tangannya sendiri.”
Tangan yang memegang pagar Chabashira dipenuhi dengan kekuatan.
“Kemudian———siswa itu telah sampai pada satu jawaban. Ketika kami mendapat suara bulat setuju, dia mengatakan kepada kami bahwa dia akan menjadi kandidat untuk dikeluarkan. Itu pasti keputusan yang dia buat setelah menilai bahwa dia tidak bisa meninggalkan teman-temannya yang telah berjuang selama tiga tahun.”
“Satu-satunya ujian khusus yang tersisa adalah ujian kelulusan akhir. Pasti menyakitkan tanpa pemimpin, tapi itu juga satu pilihan———bukannya tidak ada, ya.”
Tentu saja, itu bukan pilihan yang bijaksana.
Tapi jika semua teman sekelas berada pada pijakan yang hampir sama, akan sangat sulit untuk memilih satu orang.
Ada juga cara untuk menyerahkannya pada keberuntungan, tapi aku yakin banyak siswa yang tidak setuju.
“Tapi, tidak pernah menjadi suara bulat setelah itu.”
“Kenapa? Bukankah kalian setuju bahwa pemimpin itu akan dikeluarkan?”
“Tidak... ada 1 orang, karena dia terus menentang dikeluarkannya siswa itu sampai akhir. Satu suara tidak setuju tidak pernah berubah menjadi suara setuju, dan waktu yang tersisa terkikis. Tidak lain adalah aku yang terus memberikan 1 suara tidak setuju itu.”
Dari alur ceritanya, kupikir itulah masalahnya, tapi... itu berarti....
“Bagi Chabashira-sensei, pemimpin siswa itu bukan hanya seorang pemimpin?”
Menutup matanya, Chabashira menertawakan dirinya sendiri, dan perlahan membuka matanya lagi.
Kemudian dia melihat ke langit matahari terbenam dan sangat menegaskan.
“Ya———. Bagiku, siswa itu adalah... pemimpin, sahabat... dan... dan seseorang yang lebih penting dari siapa pun, yang baru... menjadi kekasihku. Ironisnya, itu terjadi hari sebelum ujian khusus diadakan.”
Keduanya mengatasi banyak kesulitan dan mulai memahami satu sama lain. Masa depan yang seharusnya tentang meraih kebahagiaan terbesar dari kehidupan sekolah yang tersisa dan mengincar Kelas A. Inilah sebabnya Chabashira tidak bisa melepaskannya.
“Jika aku terus memilih tidak setuju, teman sekelas ku tentu saja akan bingung dan marah. Beberapa dari mereka mulai menargetkanku. Yah, itu wajar saja.”
“Tapi jika Chabashira-sensei tidak dikeluarkan, itu berarti...”
“Benar. Aku melindunginya dan dia melindungiku. Kebuntuan seperti itu terus berlanjut tanpa akhir. Kami tidak bisa menyelesaikan ujian khusus tepat waktu, dan kelas kami minus 300 poin. Sedangkan kelas A memilih untuk mengeluarkan siswa, jadi selisihnya 450 poin. Selisih totalnya adalah 523 poin. Dalam sekejap, jarak antara kami dan Kelas A, yang tadinya begitu dekat, terbuka tanpa harapan.”
Tidak peduli seberapa besar peluang pada ujian kelulusan khusus disiapkan, itu adalah selisih poin yang tidak dapat dibalikkan.
“Bukannya aku mau menghiburmu, tapi kekasihmu tidak dikeluarkan, ‘kan?”
“Aku tidak tahu untuk apa aku melindunginya, tapi ketika ujian khusus suara bulat berakhir, hubungan kami secara alami juga berakhir. Hanya sehari... atau bahkan kurang dari 24 jam.... Setelah itu, kami dikalahkan dalam konfrontasi langsung ujian akhir yang kami tunggu-tungu, dan tiga tahun kami tidak menghasilkan apa-apa.”
“Setelah itu, bagaimana dengan orang itu?”
“Aku belum pernah melihatnya. Aku bahkan tidak tahu di mana dia atau apa yang dia lakukan sekarang. Ketika aku masih SMA, sekolah ini adalah segalanya bagiku, dan dia adalah segalanya bagiku. Fuh... kalau dipikir-pikir sekarang, betapa bodohnya diriku saat itu. Dalam hidup yang panjang, tiga tahun di SMA hanyalah sebagian kecil darinya. Bahkan jika aku tidak berhasil mencapai Kelas A, aku seharusnya berjuang sampai akhir tanpa penyesalan.”
Apakah itu berarti Chabashira telah menyesali kesalahan pilihannya selama 11 tahun?
Tidak, dalam hal ini, daripada kesalahan, itu lebih seperti pertanyaan berkelanjutan tentang apakah pilihan itu tepat atau tidak.
“Aku tidak memiliki kualifikasi untuk lulus sebagai Kelas A, itulah artinya. Tapi apa yang harus kulakukan? Haruskah aku yang meyakinkan dia untuk dikeluarkan? Atau haruskah aku menebasnya ketika dia memberi tahu ku bahwa dia mau dikeluarkan...”
“Tidak ada jawaban yang benar-benar tepat untuk ujian khusus ini. Mungkin mustahil untuk mendapatkan kebulatan suara yang sempurna dari hati. Lain halnya jika ada siswa yang sama sekali tidak berbakat dan tidak ada yang menginginkannya...”
Meski begitu, bukan berarti tidak ada jalan keluar.
“Jika aku harus mengatakan, penyebab kekalahan itu karena kamu tidak bisa menebak rencana siswa itu. Aku yakin hanya ada satu jalan tersisa bagi kelas Chabashira-sensei untuk mencapai Kelas A.”
“Penyebab kekalahan itu adalah, karena aku tidak bisa menebaknya...?”
“Ketika dia pertama kali meyakinkan semua orang untuk menyerah pada suara bulat tidak setuju, siswa itu membuat keputusan untuk dikeluarkan untuk menjaga kemungkinan masuk ke Kelas A. Langkah pertama yang dia ambil adalah mendapatkan suara bulat setuju, dan kemudian mengajak untuk memikirkannya.”
Chabashira mengangguk sambil mengingat hari-hari itu.
“Jika aku menebasnya...”
“Apakah ujian kelulusan semudah itu hingga kalian bisa menang tanpa pemimpin yang baik? Kelas sensei dikalahkan meskipun tidak ada yang dikeluarkan dalam ujian khusus suara bulat, ‘kan?”
“Ya. Jika kami bersatu dan bertarung dalam kondisi sempurna, kami mungkin akan seimbang.”
“Dengan kata lain, tidak mungkin memilih untuk tanpa pemimpin. Di sisi lain, kalian tidak bisa mengalahkan Kelas A jika ada orang lain yang hilang. Jika demikian, satu-satunya cara adalah tetap dengan pilihan setuju dan tidak setuju. Kalian harus menolak semua godaan dan bujukan untuk memilih setuju, dan tetap seperti itu.”
“Tetapi bahkan jika kami tetap seperti itu, kami tidak berada dalam situasi di mana kami dapat dibujuk untuk memilih tidak setuju. Itulah yang baru saja kamu akui, Ayanokōji.”
“Tidak perlu dibujuk. Kelas sensei hanya terbagi dalam pendapat tentang bagaimana untuk menang. Jika suara tidak bersatu, pada akhirnya kekalahan karena kehabisan waktu tidak bisa dihindari. Ketika itu terjadi, pemilih setuju pasti akan mulai mencoba menyatukan suara untuk tidak setuju. Bahkan jika mereka menolak dengan mulut mereka, bagaimana jika itu adalah voting terakhir dengan waktu kurang dari 1 menit? Jika memilih setuju, tidak ada waktu untuk mengeluarkan siswa tertentu nantinya. Waktu interval adalah tetap 10 menit, tapi waktu voting maksimum adalah 60 detik. Jika kamu menyesuaikan waktu dengan sengaja menunda voting, kamu bisa membawanya ke voting terakhir tanpa waktu luang.”
Jika memilih setuju, poin kelas dikurangi 300 karena gagal diselesaikan; jika memilih tidak setuju, poin kelas ditambah 50 karena ujian diselesaikan. Dengan hanya satu pilihan, tidak mungkin untuk memilih yang pertama.
“Tidak peduli berapa banyak darah yang mengalir ke kepalamu, kamu tidak bisa berpaling dari kenyataan itu. Kalian bisa kehabisan waktu dan kehilangan 300 poin, atau kalian bisa mendapatkan 50 poin yang sudah dipastikan dengan menyelesaikan ujian untuk mengikuti ujian kelulusan dengan Kelas A, bahkan jika kalian tidak mendapatkan tambahan 100 poin. Hanya ada satu kesimpulan. Tentu saja, aku tidak yakin apakah kalian bisa mengisi 173 poin atau tidak.”
Para siswa terperangkap dalam 100 poin langsung, tidak dapat melepaskan gagasan untuk menang.
Pemimpin telah berhasil memanfaatkan mentalitas ini untuk membuat orang lain setuju.
Tapi, rencana itu sendiri adalah sebuah kesalahan.
Dia tidak bisa melihat ke dalam hati Chabashira dan keinginan keras kepala lawan jenis yang telah menjadi kekasihnya.
“———Aku.... Jika pada saat itu, kami punya siswa sepertimu...”
Dia hendak mengatakan itu, lalu menutup mulutnya.
“Tidak, itu tidak ada lagi artinya sekarang. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Tapi beri tahu aku, Ayanokōji. Sakura seharusnya anggota grup dekatmu. Dan terlebih lagi, gadis itu memiliki perasaan khusus untukmu.”
“Kamu tahu betul.”
“Begini-begini aku wali kelas. Aku bisa tahu banyak dengan melihat tatapan pada siswa.”
Jawabnya, tidak dengan bangga, tapi agak jengkel.
“Tidak adakah cara untuk menyelamatkan Sakura dan mengorbankan orang lain?”
“Entahlah. Horikita pada waktu itu memiliki kekuatan untuk membungkam semua bantahan. Tidak akan ada cukup waktu untuk beradu pendapat dengannya dengan baik.”
“Kau cukup acuh tak acuh, ya? Tidakkah hatimu... merasa sakit?”
“Tentu saja, jika aku bisa mencegah Airi dikeluarkan, itu adalah hal terbaik. Aku mencoba dengan segala cara yang ku bisa untuk membawanya ke suara bulat, tetapi Kushida tidak mau berhenti. Aku memutuskan bahwa tidak akan ada solusi untuk masalah ini kecuali kami membuat pilihan untuk mengeluarkan siswa dan kemudian memotong jalan mundurnya dan memburunya. Namun, jika konsekuensialisme dapat diterima, mungkin ada kemungkinan suara bulat tidak setuju. Kushida pada saat itu sangat terganggu dengan keberadaan Horikita dan menerima pilihan untuk tetap tinggal di sekolah ini. Itu tidak pernah ada dalam asumsiku. Bukan hanya aku yang ingin menolong teman dekat. Sekarang setelah itu terjadi, satu-satunya cara yang tersisa adalah metode eliminasi. Pada titik ini, tidak ada pilihan selain memberi superioritas atau inferioritas kepada anggota kelas. Apakah mereka bisa belajar atau tidak, apakah mereka bisa berolahraga atau tidak. Kemampuan berkomunikasi. Wawasan dan keterampilan observasi. Kami hanya bisa melihat data objektif dan peringkat OAA.”
Dengan melihat sistem yang dibuat sekolah, kami dapat melihat siapa yang harus dikeluarkan mau tidak mau.
“Tentu saja, ada beberapa siswa yang tidak jauh berbeda dengan Airi dalam hal kemampuan. Tapi, jika terjadi perdebatan antar siswa yang setara, secara alami temannya akan menjadi pelindungnya. Tapi dengan Airi, satu-satunya kendala utama adalah Huruka. Bahkan jika dia mencalonkan diri, kami hanya akan kehilangan 10 menit.”
“Jadi maksudmu, kamu memilih temanmu dengan sengaja...”
“Kepribadian juga menjadi salah satu faktor penentu. Karena kepribadian Airi, dia tidak pandai meminta orang untuk berhenti atau tidak memilihnya. Aku bisa mengambil sejumlah tindakan yang mudah. Seorang teman baik, dalam hal ini Haruka, tidak akan pernah memilih menyetujuinya. Tapi, satu-satunya pengecualian adalah pernyataan pribadi diri Airi. Tidak mungkin Airi bisa memilih untuk tinggal di sekolah, merepotkan kelas dengan mengorbankan 300 poin kelas.”
“Kau bahkan tahu keadaan pikiran Sakura, ya?”
“Kekuatan keseluruhan, orang-orang yang dekat, kepribadian. Dan sebagai dorongan terakhir, seseorang yang penting baginya harus memberitahu Airi bahwa dia adalah orang yang harus dikeluarkan. Jika dia mendengarnya dariku, dia pasti akan mengerti.”
“Ayanokōji———kau...”
“Orang mungkin menyebut seseorang yang berpikir sepertiku iblis, tak berperasaan. Tak akan ada yang mau memainkan peran seperti itu. Meski begitu, aku harus melakukannya tanpa ragu-ragu jika perlu. Ini adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari melindungi kelas, dengan kata lain organisasi.”
“Di sekolah ini, pengusiran selalu mengancam para siswa dalam setiap situasi yang memungkinkan. Sebagai guru sekolah ini, aku siap menerimanya. Meski begitu, aku tidak akan pernah bisa membuat keputusan tanpa ragu-ragu seperti keputusanmu.”
Kata Chajashira, mengakui kelemahan hatinya,.
“Aku tidak begitu mengenalmu. Tapi, aku ingin tahu berapa banyak orang yang sudah kamu tebas. Berapa banyak yang harus kamu tebas untuk mencapai area itu... tidak, jangan dijawab. Aku yakin itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa ku mengerti.”
Berapa banyak yang harus ku tebas, ya. Aku bahkan tidak pernah memikirkannya.
Sama seperti aku tidak bisa mengingat warna dan bentuk setiap batu yang jatuh di pinggir jalan, mereka yang belajar bersamaku dan mereka yang mengajari ku akan hilang dari posisinya jika mereka tidak kompeten. Itu adalah seleksi buatan.
“Terima kasih telah meluangkan waktu untuk bicara denganku hari ini, Ayanokōji. Aku menyesali pilihan yang telah ku buat di masa lalu dan berdiri diam untuk waktu yang sangat lama. Tapi aku sadar kalau aku tidak punya waktu untuk itu. Aku akan memenuhi peranku sebagai guru untuk membimbing siswa di kelas ku agar mereka bisa terus berjuang tanpa penyesalan.”
“Sepertinya melalui ujian khusus ini kamu sudah bisa mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu, ya.”
Raut wajah Chabashira yang berbicara agak lebih bersinar dari sebelumnya.
“Bukannya aku tidak pernah memimpikan Kelas A sebelumnya. Bahkan ketika aku mencoba untuk tidak memikirkannya, aku masih memiliki harapan. Bahwa aku mungkin bisa mewujudkan mimpi yang tidak pernah aku wujudkan. Dan setiap kali memikirkannya, aku mengejek diriku sendiri karena bodoh dan menghapusnya dari ingatanku. Begitulah seterusnya.”
Chabashira menoleh ke arahku dan memberiku senyum yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya.
“Sudah kuputuskan, Ayanokōji. Aku akan melakukan apa pun untuk memastikan kelas kalian lulus sebagai Kelas A.”
“Bersemangat boleh saja, tapi tolong jangan menyimpang dari posisimu sebagai guru.”
“Mu... tidak, tentu saja aku sadar akan posisiku. Aku tidak yakin seberapa banyak yang bisa kulakukan, tapi aku siap untuk itu. Omonganmu selalu tidak terdengar seperti layaknya seorang siswa.”
“Layaknya seorang siswa, ya? Lalu sebaiknya aku jawab gimana?”
“Menanyakan itu ke aku juga gak bakal bisa ku jawab. Aku bukan siswa soalnya.”
Lah, lah, orang itu kacau.
“Jika pembicaraan kita sudah selesai, aku akan pergi.”
“Yah. Maaf menyita banyak waktu berhargamu.”
“Tidak apa-apa. Kalau begitu, aku permisi. [Chabashira-sensei].”
Begitulah aku memanggilnya akhir-akhir ini, tapi aku sengaja mengatakannya dengan penekanan.
Apakah dia sedang berpikir dasar murid kurang ajar, aku tidak yakin. Chabashira-sensei tersenyum dalam diam dan mengangguk.
Dia seharusnya baik-baik saja sekarang. Melalui ujian khusus ini, dia telah tumbuh sebanyak para siswa.
Hatinya yang sempat terhenti di tahun ketiga SMA-nya, dengan cepat mulai mengejar usianya saat ini.
mantap min, terima kasih
ReplyDeleteRasionalitas>perasaan.
ReplyDeleteDayum
Sip btw vol 6 bulan brp rilis di jpn
ReplyDelete4 bln sekali. Bulan Februari rilis di Jepang
DeletePengin liat senyumnya Chabashira Sensei
ReplyDeleteKupikir ada kejutan untuk Airi, ternyata gad... :'(
ReplyDeleteG krasa dah Epilog ae...makasih min, sehat2 trus biar bisa translate ampe tamat hhh
ReplyDeleteapakah sensei mulai merasakan perasaannya pda ayano, wodoojh gawat
ReplyDeletebila mahu update min 😔
ReplyDeleteOh lupe udah epilog🤣
DeleteAku malihat sosok Hikigaya Hachiman dalam dirimu Ayanokoji Kiyotaka-kun
ReplyDelete