-->

Cari Blog Ini

Seirei Gensouki Volume 17 Bab 4 Part 2 Indonesia

Bab 4
Reuni Baru dan Pertemuan Baru


◇◇◇


Setelah itu, Miharu dan yang lainnya diantar oleh Ruri ke rumah Yuba, kepala desa. Rio yang dibebaskan sesaat sebelum mereka sampai di rumah, menyusul dan masuk ke rumah bersama-sama.

Yuba juga dikejutkan oleh kedatangan pengunjung yang tak terduga. Pada awalnya, dia dikejutkan oleh kelompok besar itu, dan kemudian dia terkejut melihat Rio, Gōki, Shin dan yang lainnya di antara mereka.

Tapi, dia segera mendapatkan kembali ketenangannya dan bertukar salam reuni dengan Rio, Gōki dan yang lainnya, dan bertanya secara singkat tentang apa yang terjadi sejak mereka tiba di desa.

“Ahaha, aku turut berduka mendengarnya.”

Yuba tertawa terbahak-bahak ketika mendengar cerita Rio dikerumunin oleh para pemuda desa.

“Wah, suasana hati nenek sedang baik.”

Ruri bergumam pelan bahwa itu karena Rio sudah pulang.

“Meski begitu..., kamu sudah membawa banyak orang bersamamu, ya.”

Yuba melihat ke sekeliling pada wajah gadis-gadis yang dibawa Rio dan mengatakan itu dengan dengusan kekaguman. Miharu dan yang lainnya duduk tegak dengan anggun, mungkin karena masing-masing dari mereka merasa gugup.

“Terlebih lagi, semuanya gadis yang cantik. Tidak heran para pemuda desa itu gempar.”

“Iya, ‘kan? Aku juga kaget, loh.”

Yuba cekikikan dan Ruri mengangguk setuju.

“Jadi, ayo cepat perkenalkan mereka.”

Yuba mendesak Rio untuk memperkenalkan gadis-gadis yang menemaninya.

“Kalo gitu, aku akan mulai dengan dua orang yang pernah kuceritakan saat aku tinggal di desa. Ini guruku, Celia, dan adik tiriku, Latifa.”

Rio memanggil nama mereka, menunjuk dengan tangannya.

“Hohoh.”

“Tiga orang di sebelah Latifa, berurutan dari kanan ke kiri, Sara-san, Orphia-san, dan Alma-san. Ketiganya berasal dari desa yang sama dan telah membantuku dalam banyak hal setiap hari.”

Dilanjutkan dengan memperkenalkan tiga penduduk desa——,

“Lalu, Miharu-san dan Aishia, yang tinggal bersamaku karena berbagai alasan. Mereka bertujuh adalah orang-orang yang berharga bagiku seperti keluargaku.”

Terakhir, ketika memperkenalkan Miharu dan Aishia, dia menggaruk pipinya malu-malu dan menyebutkan hubungan mereka dengannya.

“...Dengan kata lain, kamu bersama mereka dengan tujuan untuk menikahi mereka?”

“Ti-Tidak, bukan itu maksudku...”

Rio menunduk tampak tidak nyaman.

“Fufu, aku hanya bercanda. Sepertinya kamu sudah bertemu dengan anak-anak yang baik. Kamu mulai terlihat jauh lebih baik. Itu mengingatkanku pada Zen ketika Ayame-sama datang ke desa ini secara rahasia.”

Yuba tersenyum dan menggoda Rio dengan cara lucu, lalu mengatakan itu dengan tatapan lembut.

“Hahaha, itu adalah waktu yang sulit.”

Gōki dan Kayoko yang mengetahui kejadian saat itu dengan baik, tersenyum nostalgia mengingatnya, dan wajah mereka berubah sedih.

“...Aku belum bisa melakukan apa pun untuk anak ini sebagai neneknya, tapi terima kasih karena sudah selalu membantu Rio.”

Yuba membungkuk kepada gadis-gadis itu dengan nada dan bahasa yang sangat sopan, menyembunyikan bahasa tajamnya yang biasa.

“Ti-Tidak kok, kami juga sama!”

Miharu, Celia, Sara, dan yang lainnya dengan panik balas menundukkan kepala mereka.

“Kamilah yang selalu dibantu oleh Rio-san.”

Orphia dan Alma balas membungkuk. Aishia membungkuk seperti yang dilakukan yang lain. Dia diam seperti biasa, tapi mulutnya tersenyum lembut.

Di sisi lain, Latifa sedikit malu di depan orang yang belum terlalu dikenalnya, tapi dia pendiam seperti kucing pinjaman dan membungkuk bersama semua orang dalam diam. Kemudian——,

“Hei hei, aku sangat tertarik dengan masing-masing dari kalian, tapi. Adik tiri Rio berarti Latifa adalah adik perempuanku juga, ‘kan?”

“Dengan kata lain, dia juga cucuku.”

Ruri dan Yuba menunjukkan ketertarikan pada Latifa.

“E? Ah, ya.... Aku senang jika kalian berpikir begitu.”

Latifa malu dan mengangguk sedikit menunduk.

“Wa, imut banget. Aku selalu ingin punya adik, tahu. Salam kenal, ya, Latifa... bolehkah aku memanggilmu begitu? Eh, aku sudah memanggilmu begitu deng.”

“Tentu saja. Kalau gitu, bolehkah aku memanggilmu Ruri-onēchan? Dan Yuba-san dengan Yuba-obachan...”

“Tentu saja! Boleh kok!” “Ya.”

Ruri dan Yuba langsung menjawab, terlihat senang.

“Ehehe, terima kasih.”

“Wa, imutnya! Kita akan membicarakan banyak hal! Dengan kalian juga!”

Ruri memeluk Latifa dengan gembira, mungkin karena tersentuh melihatnya tersipu malu. Kemudian dia memanggil yang lain.

“Jadi, berapa lama kalian akan tinggal di desa, Rio? Paling tidak, kita akan mengadakan pesta penyambutan malam ini, tapi kalau seperti ini, kita tidak akan punya cukup waktu untuk berbicara.”

“Aku, Gōki-san, dan yang lainnya berencana untuk pergi ke ibukota kerajaan dalam waktu dekat, tapi bolehkah Latifa dan yang lainnya tinggal di desa selama waktu itu? Jelas kami tidak bisa begitu saja menerobos masuk dengan semua orang di sini...”

“Tentu sajalah.”

Yuba mengangguk tersenyum lebar.

“Terima kasih banyak. Kurasa kami akan pergi setelah tinggal di sini selama sekitar dua minggu, jadi maaf merepotkanmu.”

“Ini juga rumahmu. Jangan seperti orang asing.”

“...Baik.”

Rio menyipitkan matanya geli.

“Karena sudah jelas. Shin, Sayo. Bisakah kalian pergi untuk menyapa semua orang di desa dan beri tahu mereka bahwa ada pesta malam ini?”

“Ya, baiklah.”

“Ya.”

Dua kakak beradik berdiri menanggapi permintaan Yuba.

“Kalau begitu, aku akan bantu memasak. Aku sudah membawa banyak bahan makanan dan sake.”

Rio menawarkan bantuan, lalu Miharu dan Orphia dengan cepat menawarkan diri untuk membantu juga.

“Yatta! Aku bisa makan masakan Rio lagi nih.”

Ruri sangat senang dan gembira. Dengan begini, pesta penyambutan akan diadakan di desa sama seperti saat mereka mengunjungi desa.

Related Posts

Related Posts

Post a Comment