Episode 6
Revolusi Segi Empat
◇
“Lagi kesal, ya? Kau terlihat seperti anak nakal.”
Kata Sakai.
Itu di tempat parkir sepeda. Aku tidak ingin pergi ke kelas karena suatu alasan, jadi aku membolos, dan saat itulah dia menemukanku.
“Ada urusan apa?”
“Yamanaka dari klub manga sedang mencarimu, loh. Maki memintanya untuk menulis storyboard untuk film pendek, tapi dia bingung bagaimana dengan naskahnya.”
Jadi soal kamp pelatihan musim panas klub misteri.
“Naskahnya mungkin, akan diurus Tachibana-san. Aku akan memberi tahunya setelah dia kembali dari kompetisi.”
Kupikir kami sudah selesai bicara, tapi Sakai tidak segera pergi dan malah menyeringai.
“Akane akhir-akhir ini sangat kikuk, gak tahan aku melihatnya.”
“Jadi itu topik utamanya.”
“Dia membuat kue di kelas memasak, tapi apakah Akane memberikannya padamu?”
“Enggak tuh.”
Aku akan memberikannya kepada Senpai, katanya dengan senang. Dia sepertinya tidak peduli padaku.
“Jadi, apa dia sudah benar-benar memberikannya?”
“Mana mungkin dia bisa memberikannya. Kali ini dia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh, loh.”
Sepertinya dia melihat punggung Senpai, berlari untuk memberinya kue, dan terjatuh.
Ternyata aku memang payah, katanya sambil menangis mendatangi Sakai.
“Aku juga kesulitan ngikutin semua tingkahnya itu.”
Seperti mencoba pergi ke kelas Senpai sama-sama, atau mencoba berbicara dengannya dalam perjalanan pulang.
“Tapi bahkan jika dia pergi ke kelas, dia hanya akan menggeliat, dan bahkan ketika dia mencoba berbicara dengannya dalam perjalanan pulang, dia hanya akan berkata, [Sampai jumpa!] dan lewat begitu saja.”
“Itu Hayasaka-san sekali.”
Dan——.
“Sepertinya dia sangat menyukai Senpai, ya. Sudah kuduga, dengan pria nomor satunya memang berbeda.”
“Dan ada satu pria nomor dua di sini yang depresi.”
“Jadi kau kesini untuk menggodaku?”
“Kurang lebih.”
Tapi bukan itu saja, kata Sakai.
“Bukan berarti Akane melupakanmu loh, Kirishima.”
“Iya kah?”
“Malahan dia sangat memikirkanmu. Kirishima-lah yang membuat Akane bisa berpartisipasi dalam futsal, bukan?”
Itu benar. Aku sudah merahasiakannya untuk waktu yang lama, tapi kali ini, ketika dia tahu bahwa Yanagi-senpai dan aku sangat dekat, semuanya terungkap.
“Akane, dia bergumam pada dirinya sendiri lagi, loh. [Aku sudah jahat pada Kirishima-kun hanya karena pria nomor satuku, maaf, maaf] gitu. Dia setengah menangis dan berkata, [Bagaimana jika dia membenciku?]”
“Padahal aku melakukannya atas kehendakku sendiri...”
Bahkan Hayasaka-san akan meninggalkan satu-satunya payung miliknya untukku agar aku bisa dekat dengan Tachibana-san.
Aku ingin Hayasaka-san bahagia, sama seperti dia ingin aku bahagia.
“Sejauh yang kutahu, Akane bingung sih.”
“Benarkah? Aku mendapat kesan kalau dia merasa lebih baik sekarang karena orang yang paling dia cintai ada di dekatnya.”
“Itu karena Akane peduli denganmu dan berusaha menyesuaikan diri dengan skenario yang Kirishima buat terlebih dahulu. Jika yang nomor satu mendekat, nomor satu yang diprioritaskan. Kupikir itu karena Tachibana-san dan Kirishima berjalan baik, dia memaksakan diri untuk dekat dengan Senpai.”
Pikirkan lagi baik-baik, ini Akane, loh? kata Sakai.
“Setelah semua hubungan yang dia bangun dengan Kirishima, apakah kau pikir dia akan bisa beralih dengan cepat ketika pria nomor satu yang hampir dia lepaskan tiba-tiba ada di dekatnya? Dia di ambang kehancuran, dan tidak bisa dimengerti lagi.”
“Padahal dia tidak perlu peduli padaku yang nomor dua.”
“Bukankah dalam hatinya, Akane sudah mengubah aturan urutan itu?”
“Apa yang coba kau katakan?”
“Artinya, kalau Kirishima memaksanya, Akane akan kembali padamu.”
“Begini ya.”
“Fūn. Kirishima tidak menerima perubahan aturan. Kalau begitu, tidak masalah kan kalau aku menyatukan Akane dan Yanagi-kun?”
“Eh?”
“Artinya bukan hanya nomor dua yang mendukung cintanya. Kan aku juga temannya. Boleh kulakukan?”
Sakai akan mengujiku, jadi aku berkata, “Lakukan saja sesukamu.”
“Sok kuat. Aku tidak peduli jika kamu menyesalinya, ya~.”
Bantuan cinta Sakai berlaku segera sepulang sekolah.
Aku adalah yang terakhir di kelas ketika Hayasaka-san yang tersenyum berjalan ke arahku.
“Tahu gak, Senpai ngajak aku jalan! Dia mengajak ku pergi ke toko pancake baru bersamanya!”
“...Aku ikut senang.”
Mungkin Sakai, yang punya nyali, yang meminta itu pada Senpai. Senpai punya kepribadian yang tidak bisa menolak permintaan dari gadis yang lebih muda. Insting Sakai sangat tajam.
“Akhirnya, kencan berdua dengan pria nomor satumu, ya”
“Un, jadi Kirishima-kun ikut juga , ya!”
“Eh?”
Kau ini bicara apa, pikirku.
Namun Hayasaka-san benar-benar mengatakan itu dengan senyum di wajahnya tanpa keraguan sedikitpun.
“Habis aku gak bisa tanpamu, Kirishima-kun! Tolong tetaplah disisiku selalu!”
Mungkin persis seperti yang dikatakan Sakai.
Hayasaka-san sudah tidak bisa dimengerti lagi.