Bab 1
Kompensasi Kemenangan
2
“Ayanokōji-kun. Apa kamu punya waktu sekarang?”
Tepat setelah istirahat makan siang, Horikita mendekatiku, berkata begitu.
“Aku sama Kei———.”
“Mau makan tau. Maaf, ya? Aku gak bisa minjemin Kiyotaka.”
Kei datang berlari dan dengan paksa memisahkan kami untuk menghentikan ajakan Horikita.
Dia merentangkan tangan dan berpose no.
“Lagian, masak iya kamu ngajak anak laki-laki yang sudah punya pacar.”
“Oh. Tapi bukan aku yang mau meminjamnya, itu orang lain. Dan dia juga bukan seorang gadis. Apa kamu masih tidak mau mengizinkannya?”
Dia mengarahkan ponselnya ke arahku, dan Kei melihat layarnya lebih dulu dari aku.
“Yagami... Takuya? Siapa?”
“Tidak penting siapa yang mengirim pesan. Yang terpenting adalah isi pesannya.”
Pesan yang dikirim Yagami ke Horikita sepertinya sudah dikirim sekitar satu jam yang lalu.
“Bisa Senpai panggil Ayanokōji-senpai untuk datang ke ruang OSIS saat istirahat makan siang? Ketua OSIS yang minta. Jika Senpai kesulitan membujuknya, tolong beri tahu aku dan aku akan memintanya sendiri.”
Tertulis seperti itu.
“Aku juga punya peran sebagai anggota OSIS. Jika aku diberitahu bahwa Ketua ada perlu dengan teman sekelasku, aku tidak bisa menolak permintaannya.”
Jadi dia datang untuk menyampaikan pesan itu karena terpaksa.
“Sepertinya Ketua OSIS Nagumo mau bertemu denganmu. Kamu melakukan apa lagi?”
“Aku tidak melakukan apa-apa.”
Belakangan ini. Aku menambahkan itu dalam hatiku.
“Kalau kamu menolak, Yagami-kun akan datang ke sini. Kalau kamu masih menolak... mungkin Ketua OSIS Nagumo akan datang ke sini. Jadi, aku harus balas apa?”
Horikita hanyalah penghubung. Apa pun balasanku, dia hanya akan menyampaikannya.
“Maaf, Kei. Mengabaikan perintah Ketua OSIS akan menyebabkan masalah nantinya.”
“Ciih. Yah, karena itu ketua OSIS, apa boleh buat deh.... Sato-saan, makan siang bareng yuuk?”
Kei mengerti bahwa dia tidak punya pilihan selain menerima situasi ini dan dengan cepat berlari menuju Satō dan yang lainnya.
“Cepat banget nyari gantinya ya, tu anak.”
Dia menggumamkan sesuatu seperti itu, entah karena terkesan atau heran.
“Aku akan ke sana sekarang.”
“Kalau begitu, aku akan sampaikan itu pada Yagami-kun.”
“Jika kamu bertukar kontak dengan OSIS, bukankah lebih cepat kalau Ketua OSIS menghubungimu secara langsung daripada melalui Yagami?”
“Aku hanya bertukar informasi kontak aplikasi chat dengan Yagami-kun di OSIS karena dia memintanya secara langsung.”
Aku paham dan meninggalkan kelas, Horikita juga keluar ke koridor.
“Aku tidak tahu apa alasannya, tapi aku sarankan untuk sebisa mungkin jangan membuatnya marah.”
Setelah berpisah dengan Horikita yang memberiku beberapa saran, aku tidak punya pilihan selain menuju ruang OSIS.
Karena jauh lebih mudah untuk mendatanginya sendiri daripada didatangi olehnya secara langsung.
Sesampainya di depan ruang OSIS, aku mengetuk pintu dengan pelan.
Tak lama kemudian, aku membuka pintu setelah memastikan bahwa aku bisa mendengar suara Nagumo di dalam ruangan.
Seperti yang diharapkan, di dalam ruang OSIS tidak ada orang lain selain Nagumo.
“Yō, Ayanokōji. Apakah ada yang berubah dalam keseharianmu belakangan ini?”
Dia mulai dengan pukulan ringan.
Tidak lain adalah instruksi dari ketua OSIS sendiri yang mengganggu hidupku.
Setiap hari, tekanan tatapan yang aku terima dari siswa tahun ketiga tidak melemah sama sekali.
Siswa tahun ketiga yang tidak begitu mengenaliku malah mengingatku seperti hal yang biasa. Tidak salah lagi, aku adalah kōhai paling terkenal buat kakak tingkat.
Tanpa mengetahui detailnya, aku tercatat sebagai kōhai yang menantang Nagumo.
“Sama seperti biasanya. Itulah yang ingin kukatakan, tapi yah, aku punya beberapa masalah.”
Mudah untuk berpura-pura tidak menyadari apa pun, tapi jika aku tidak menunjukkan kesulitanku, situasinya bisa semakin memanas.
“Sebagai Ketua OSIS, aku bisa membantumu atasi masalahmu itu, loh?”
“Itu mungkin hanya imajinasiku. Aku akan meminta bantuanmu ketika aku benar-benar dalam kesulitan.”
Dengan menyenangkan dia sampai batas tertentu, aku bisa membuka kemungkinan di mana Nagumo akan mundur.
...Tidak, kurasa itu agak terlalu optimis. Nagumo hanya ingin aku dikalahkan secara langsung. Tidak mungkin dia akan puas dengan hal seperti ini.
Nagumo mendapat perasaan tertentu, tapi dia tidak mungkin mengakhiri pembicaraan ini, jadi dia mengubah topik pembicaraan.
“Kau sudah dengar aturan festival olahraga, bukan? Itu artinya sudah waktunya untuk kita saling berhadapan, Ayanokōji. Beberapa kompetisi dalam festival olahraga terbuka untuk semua tahun ajaran. Jadi di sana kau bisa melawanku.”
“Apa ini pendisiplinan yang ketat untuk kōhai? Aku sudah melihat OAA Ketua OSIS Nagumo. Kecuali untuk kompetisi dengan faktor keberuntungan yang besar, tidak mungkin aku bisa menang darimu sekeras apa pun aku mencoba. Hasilnya sudah sangat jelas dan tidak perlu dipertanyakan lagi.”
Meskipun tidak ada pilihan lain selain merendah, Nagumo tidak akan puas dengan itu.
“Kau memang tipe pria yang akan menjawab seperti itu. Kau pikir dengan merendahkan dirimu aku akan puas. Nah, aku tidak bisa menyalahkanmu untuk itu. Karena kau tadi tidak punya pilihan selain merendah.”
Sepertinya dia bukan orang yang tidak bisa melihat pemikiran dangkal ini.
“Aku tahu kamu tidak tertarik. Aku sendiri juga tidak mau buang-buang waktu berurusan denganmu terlalu lama. Karena itu, jika kau menang sekali saja melawan ku di festival olahraga ini, aku akan melupakan semua yang sudah terjadi selama ini.”
“Menang sekali, ya?”
Itu jauh lebih longgar dari yang ku bayangkan.
“Kau sepertinya bertanya-tanya, apakah menang sekali saja sudah cukup. Semudah itukah bagimu?”
“Bukan seperti itu. Tapi, aku berpikir peluang telah terbuka.”
“Karena itu akan menjadi aib bagi ketua OSIS jika aku memaksakan syarat agar kau meraih kemenangan penuh, maksudku, memimpin jumlah kemenangan.”
Bukan harga diri yang menghalangi. Sebaliknya, dia menggunakan harga dirinya sebagai perisai dan entah bagaimana mencoba manarikku ke dalam permainan.
“Tapi ada syaratnya. Kau harus berpartisipasi dalam semua 5 kompetisi yang kutentukan, terlepas dari siapa pemenangnya.”
“Bagaimana jika aku kalah? Ketua OSIS akan puas dengan itu, bukan?”
“Sayangnya tidak. Mungkin masalahmu tidak akan pernah hilang dan kamu akan mendapatkan panggilan berulang dariku seperti ini. Atau mungkin kau akan lebih sering bermasalah daripada sebelumnya.”
“Ada kebijakan kelas juga. Bisakah beri aku sedikit waktu?”
“Yah, hanya itu yang bisa kau katakan untuk saat ini. Aku akan memberimu waktu seminggu. Hubungi aku paling lambat senin depan.”
“Aku mengerti. Kalau kita sudah selesai berbicara, bolehkah aku pergi sekarang?”
“Jangan terburu-buru. Atau kau punya rencana setelah ini? Kau tidak membuat janji apa pun karena aku memanggilmu, bukan?”
“Ya, benar. Aku tidak punya rencana apa pun.”
“Aku lega mendengarnya.”
Nagumo sesekali memeriksa sesuatu di ponselnya saat dia berbicara.
Sepertinya dia belum berniat melepaskanku.
“Permisi.”
Dari sisi lain pintu, aku mendengar suara yang sudah lama tidak kudengar.
“Eh———.”
Ichinose memegang kantong plastik di tangannya.
“...Maaf membuatmu menunggu, Nagumo-senpai.”
“Maaf, ya. Aku tidak bisa pergi menemanimu beli hari ini.”
“Tidak apa-apa kok...”
“Ah, ini? Beberapa hari terakhir, Honami dan aku selalu makan siang bersama di ruang OSIS. Aku sibuk dengan pekerjaan OSIS juga. Jadi aku membuat tangan kananku sibuk.”
Tadinya kupikir kebetulan untuk saling berpapasan atau bertemu saat istirahat makan siang berkurang, tapi ternyata begitu.
Jika dia berada di ruang OSIS, yang terlarang bagi siswa biasa, tidak mungkin aku bisa melihatnya.
“Saat kami bersama, aku bercerita tentang banyak masalah. Iya, ‘kan? Honami.”
“Y-Ya.”
“Aku sudah memberitahunya kalau ada pengunjung hari ini. Kau juga harus bergabung dengan kami untuk makan, Ayanokōji.”
Ada tiga kotak makan siang yang terlihat dari dalam tas.
Sepertinya dia sudah merencanakan agar kami makan di sini sejak awal saat dia selesai berbicara denganku.
Mudah untuk menolak. Pasti menyakitkan secara emosional bagi Ichinose untuk berada di satu ruangan denganku sekarang.
Namun, tidak ada cara untuk melarikan diri karena aku sudah dikepung dan tidak bisa mengelak.
“Kau bilang kau tidak punya rencana setelah ini, ‘kan? Karena itu duduklah.”
Dalam situasi di mana aku terkepung, dan Ketua OSIS telah memberi aku perintah, aku tidak punya hak untuk menolak.
Aku duduk di kursi yang jauh dari Nagumo.
Ichinose menyerahkan kantong plastik dan duduk di samping Nagumo, mungkin karena dia selalu makan di sampingnya. Tanpa menatapku, dia mulai menyiapkan makan siang dengan sedikit menundukan wajahnya.
Perilakunya yang tidak wajar ini tidak akan luput dari perhatian Nagumo, dan dia pasti memikirkan kembali percakapan kami di kapal.
“Aturan festival olahraganya sangat berbeda dari tahun lalu, ya?”
“Malah kamu seharusnya berterima kasih padaku. Karena jika festival olahraga diadakan dengan aturan yang sama persis seperti tahun lalu, sudah pasti aku yang akan menang.”
Aturan festival olahraga tahun lalu adalah membagi siswa menjadi tim merah dan tim putih untuk bertarung.
Nagumo mengendalikan seluruh tahun ketiga. Artinya dia bisa membuat para siswa dari tim lain untuk dengan sengaja kalah.
Tidak peduli seberapa keras siswa tahun pertama dan tahun kedua yang tersisa berjuang, peluang mereka untuk menang akan sama dengan nol.
Tak berselang lama, percakapan yang seharusnya dilakukan kami bertiga telah menjadi rapat umum antara Nagumo dan Ichinose, jadi aku mengisi mulutku dengan kotak makan siangku dalam diam.
Aku selesai makan ketika mereka bahkan belum habis setengahnya, kemudian aku menutup penutupnya dan memegangnya.
“Loh, kamu sudah selesai makan? Tinggalkan saja kotaknya di sana.”
“Terima kasih.”
Jawabku, tapi tatapan Nagumo sudah tertuju pada Ichinose, bukan padaku.
Ichinose juga menghadap Nagumo, mungkin untuk menghindari perhatiannya padaku.
“Permisi.”
Tidak ada gunanya tinggal di sini, jadi aku meninggalkan ruang OSIS.
“Strategi untuk menunjukkan keunggulan, ya.”
Dari perspektif orang luar, itu akan tampak seolah-olah aku sedang dipermalukan, tapi tidak ada artinya jika tidak menyebabkan emotional damage padaku. Jika dia ingin mencapai efek itu, dia seharusnya minta beberapa anggota OSIS lagi untuk menjadi penonton.
Dengan begitu, setidaknya dia bisa membuat orang di sekitar melabeliku sebagai pria yang menyedihkan.
Namun, dari kelihatannya, Nagumo mungkin akan terus menghubungi Ichinose di masa depan.
Tidak mengherankan jika dalam beberapa kasus, terjadi peristiwa yang akan mengubah hubungan mereka.
Aku memikirkan dampaknya sambil berjalan.
Aku ingin tahu apakah menjadi bagian dari Nagumo akan mengarah pada pertumbuhan Ichinose Honami.
Jika semuanya berjalan dengan baik, dia mungkin bisa mendapat bantuan yang cukup untuk mengambil alih posisi Ketua OSIS.
Dari rasa percaya diri yang menyertainya——tidak, pemikiran itu agak terlalu naif. Jika obsesi Nagumo pada Ichinose disebabkan olehku, malah dia mungkin akan membuang Ichinose pada saat-saat terakhir. Jika dia tidak terpilih sebagai Ketua OSIS setelah memberikan segalanya, dan Horikita dengan kontribusinya yang lebih kecil direkomendasikan, semangatnya itu akan runtuh tanpa menunggu setahun.
Jadi dalam hal itu, aku tidak akan meremehkan manuver Nagumo.
Aku perlu mengingat Nagumo, tapi ada hal lain yang harus aku lakukan sekarang.
Selain festival olahraga yang sudah dekat, aku juga perlu mempersiapkan festival budaya yang akan datang. Aku sudah meminta pencetus ide, yaitu Satō, Matsushita, dan Maezono, untuk istirahat sejenak mengingat situasi kelas, tapi aku harus melanjutkan persiapan untuk mengamankan staf untuk maid café.
Partisipasi Airi yang awalnya ingin aku masukkan dalam perhitunganku, sudah tidak ada, dan partisipasi Haruka juga tidak dapat diharapkan untuk saat ini. Dapat dikatakan bahwa kartu kuat Kushida juga telah hilang.
Dan bahkan jika aku ingin mempelajari seluk beluk bidang ini, aku tidak bisa mengandalkan teman sekelas ku sekarang.
Mengangkat topik maid café di tengah keretakan hubungan kelas, selain risiko orang bertanya-tanya apa yang kau bicarakan, ada juga risiko kebocoran informasi karenanya.
“Maid café... ya?”
Ini adalah kreasi yang tidak kuketahui sama sekali, tapi dari anggaran juga menuntut penjualan yang besar.
Aku membutuhkan strategi untuk menang, dan aku juga perlu meneliti kreasi apa yang dibuat para pesaing.
Bagus2
ReplyDeleteGas terus min
ReplyDeleteHadeh, apa yang dibangun sama si nagumo ini sudah dilindungi oleh kiyotaka, tapi masalahnya nagumo nya aja yang enggak hal tau itu. lol
ReplyDeleteLanjut min,kita pasti akan selalu membaca novel Youkoso Jitsuryoku Kyosite E di sini
ReplyDeleteEmotional damage
ReplyDeleteBingung gw mau ke indo nya apa
DeletePake yg familiar aja deh :v
Serangan emosional
DeleteKiyo bilek : emosional demage? Apa itu? Sejenis makanan?
DeleteBukannya kiyo gk punya emosi? Eh mungkin cuma 1x nunjukin emosi pas lawan ryuen.
Deletelebih cocok si kerusakan emosional
DeleteSerangan mental atau kena mental bang 😂😂
DeleteTerimakasih 😀
ReplyDeleteMonyet memang negumo... Di gebukin di masa baru sadar
ReplyDeleteIni rilisnya sehari sekali apa gimana min?
ReplyDeleteBelum kapok ae nih badut,"asalkan kau mengalahkan ku sekali saja".Anjay🗿🗿
ReplyDeleteTiap hari bolak balik tau aja update :3
ReplyDeleteMangat min, makasih udh translate
Nagutod bgst, moga copot dari ketua osis + di DO lo mampus
ReplyDelete