Bab 5Kelahiran Saint
Waktunya maju sedikit ketika Rio dan yang lainnya meninggalkan Kerajaan Karaski untuk pergi ke wilayah Strahl lagi.
Lokasinya jauh di wilayah Strahl. Sekelompok orang berjalan melalui jalan-jalan Amande, sebuah kota perdagangan di Kerajaan Galarc tempat kantor pusat Ricca Guild berada.
Mereka berjumlah 5 orang. Semuanya mengenakan pakaian berpergian, termasuk Saint Erika, yang baru-baru ini mengunjungi kastil Kekaisaran Proxia sendirian.
“Jadi ini Amande. Ini kota yang cukup ramai, ya.”
Erica melihat-lihat jalan-jalan kota dengan ekspresi yang agak terkesan. Ekspresi wajah orang-orang yang lewat sangat berenergi, dan dengan jumlah tentara yang berpatroli di jalan-jalan membuatnya tampaknya aman. Entah karena kawasannya yang terawat dengan baik atau warganya yang memiliki kesadaran akan keindahan yang tinggi, tidak ada sampah yang berserakan di jalanan, tidak ada bau aneh yang melayang dari gang-gang belakang, dan jalanan yang sangat indah. Lalu——,
“Ekspresi rakyatnya terlihat cukup ceria, meski tidak seceria warga negara kita. Putri yang dikabarkan memerintah kota ini mungkin adalah penguasa yang baik untuk seorang bangsawan, ya, Erika-sama.”
Seorang pendekar pedang wanita yang menemani berbicara kepada Erika. Lalu, orang-orang di sekitarnya sepertinya setuju dengannya, dan menilai Amande.
Namun, mereka semua mempertahankan pendirian seakan orang-orang yang tinggal di negara mereka yang baru didirikan lebih unggul. Ini sebagian karena mereka memiliki kebanggaan yang tinggi, tapi juga karena mereka benar-benar memuja Saint Erika. Mereka tidak ragu sedikit pun bahwa mereka harus lebih puas dengan kehidupan mereka di bawah bimbingan Saint Erika.
Mereka ini adalah anggota penganut Erika sendiri, dan anggota Pelindung yang mengawalnya. Beberapa dari mereka dilahirkan dalam keluarga bangsawan, dan beberapa dari mereka awalnya melayani kerajaan yang telah dihancurkan Erika, tapi mereka telah disadarkan oleh banyak keajaiban Erika dan ajarannya di masa lalu.
“Memang tidak salah lagi bahwa orang-orang yang tinggal di negara kita lebih berenergi. Tapi, itu bukanlah pemerintahan yang baik sebagaimana mestinya. Kita sudah bepergian ke banyak kota, tapi pernahkah kalian melihat kota yang berkembang sebaik ini? Tidakkah menurut kalian pengembangan kota ini harus dijadikan contoh yang baik untuk negara kita?”
Erika berbicara untuk memperbaiki kesalahan para penganutnya dan bertanya kepada mereka. Lalu——,
“Benar juga....”
“Aku berharap kita bisa menciptakan kembali kota sebaik ini di ibukota kerajaan kita sendiri...”
“Kalau saja kita bisa bertanya kepada orang-orang yang mengembangkan kota ini.”
Penganut tidak menyangkalnya. Mereka percaya bahwa kata-kata Saint Erica adalah benar. Oleh karena itu, mereka mengembangkan pembicaraan berdasarkan asumsi bahwa itu benar.
Erika, terlepas dari pendapat penganutnya——,
(Kota ini berada pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata kota di wilayah Strahl. Tidak mungkin kota bisa berkembang seperti ini tanpa bimbingan seseorang. Yang awalnya kupikir layak untuk digunakan hanyalah organisasi bernama Ricca Guild dan gelar pemimpinnya, tapi..., ketua Ricca Guild, Liselotte Cretia, ya. Aku juga sedikit tertarik padanya)
Dia juga tertarik pada Liselotte, gubernur Armande dan ketua Ricca Guild, secara pribadi dan tersenyum. Lalu——,
“Ooi, NÄ“-san petualang di sana..., OnÄ“-san cantik berambut hitam di sana!”
Pemilik kios memanggil Erika dan kelompoknya. Dia mengira mereka adalah petualang karena mereka bersenjata dan mengenakan pakaian bepergian.
“...Kamu memanggilku?”
Erika menunjuk dirinya sendiri. Itu karena manusia berambut hitam jarang ditemukan di wilayah Strahl. Mungkin kata rambut hitam menggelitik minatnya, Erika melihat sekeliling, tapi tidak menemukan orang lain yang tampak seperti itu. Erika mencoba mengalihkan pandangan dari pria itu dengan tatapan tidak tertarik karena dia mengira pria itu mencoba menjual produk kiosnya. Tapi——,
“Bagaimana kalau cicipi sup pasta spesial Amande?”
“...Pasta, ya? Produk yang kamu jual disini... fumu.”
Erika memikirkan sesuatu ketika mendengar kata “pasta” diucapkan oleh si pemilik kios, lalu mengalihkan perhatiannya ke bahan-bahan di belakang konter. Ketika dia melihat sebatang mie di antara bahan-bahannya, dia berkedip sedikit dan segera terlihat sedang berpikir.
“Yang kujual di sini adalah sup pasta. Hahaha. Apa mungkin ini pertama kalinya kamu melihat pasta?”
“...Kurasa tidak demikian, tapi pasta, ya. Maaf tapi, tolong tunjukan lebih banyak gerakan mulutmu.”
Erika mengarahkan pandangannya ke mulut pria itu, mungkin karena dia masih memperhatikan suara kata “pasta”. Dia kemudian menatap pria itu untuk melihat apa yang dia katakan.
“O-Ou? Pa-Pasta?”
Pergerakan mulutnya diamati dengan teliti, pemilik kios laki-laki mengulangi nama produk sambil bingung.
“...Hanya untuk memastikan lagi, ini disebut pasta ‘kan?”
Erika melihat lagi pada stik mie yang ada di antara bahan-bahan di toko dan terus menatap mulut pria itu untuk memastikan penyebutan ulangnya.
“Y-Ya. A-Ada apa sih? NÄ“-chan ini cantik, tapi aneh.”
Kebingungan pria itu semakin meningkat saat Erika menegaskannya berulang kali sambil tetap menatap mulutnya. Tapi——,
“Maaf. Aku sedikit penasaran tentang sesuatu. Bolehkah aku minta sup pasta itu? Kebetulan sudah jam makan siang, jadi ayo kita makan di sini. Tolong siapkan untuk kami semua.”
Erika tersenyum genit agar tidak membuat pria itu takut dan memesan.
“Ba-Baik. Tunggu sebentar!”
Pria itu mengangguk sedikit gugup.
“Bolehkah aku melihatmu membuatnya?”
“Ya, boleh saja.”
“Terima kasih.”
Erica berjalan melewati konter ke sebelah pemilik kios dan melihat sekeliling peralatan masak di sana. Dan ketika dia melihat lagi stik pasta——,
“...Omong-omong, kamu bilang pasta ini adalah spesial Amande, ‘kan? Kok bisa begitu dan siapa yang menemukan hidangan ini?”
Dia bertanya pada pemilik kios.
“N? Ah, ini adalah bahan yang dikembangkan oleh Liselotte Cretia-sama, kepala Ricca Guils, yang juga gubernur kota Amande kami. Ini sudah dijual di Amande sejak beberapa tahun yang lalu, dan sekarang menjadi makanan pokok di kota ini selain roti. Kudengar itu mulai menjadi bahan yang sangat umum bahkan di negara-negara tetangga.”
Pemilik dengan bangga menjawab.
“...Jadi begitu. Apalagi beberapa tahun yang lalu...”
“Ada apa, kok kamu terlihat senang?”
Penjaga toko berkedip sedikit, menatap wajah Erika dan bertanya.
“Tidak, aku sangat senang sudah datang ke kota ini. Berkat itu kupikir aku akan diberkati dengan pertemuan yang sangat baik.”
Erika mengangkat sudut mulutnya menjadi seringai.