-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 7 Bab 1 Part 3 Indonesia

Bab 1
Menyambut Festival Budaya


3


Keesokan paginya, aku bertemu dengan Kei di lantai bawah asrama.

“Maaf Kiyotaka, sudah lama nunggu?”

“Tidak terlalu. Ayo berangkat.”

Berdiri di sampingku, Kei meraih tanganku tanpa ragu-ragu dan kami mulai berjalan.

Berjalan bergandengan tangan seperti ini juga sudah bukan pemandangan yang asing lagi.

“Kemarin———makasih udah mau nemenin aku sampai larut malam. Aku sangat senang.”

Sedikit tersipu, Kei meremas tanganku sekali lebih erat.

“Tapi akan sedikit bermasalah jika kita ketahuan.”

Setelah lewat jam malam, Kei masih tinggal di kamarku. Untungnya, tampaknya tidak ada saksi mata ketika dia pulang, jadi kami tidak akan dihukum.

“Ahaha, iya sih.”

Agaknya profil Kei terlihat bisa diandalkan. Aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa berubah sebanyak ini hanya dalam waktu setengah hari.

“Apakah itu sakit?”

“...Perlu tah ditanya?”

“Apa tidak boleh ditanyakan?”

“Bukan tidak boleh sih, tapi... um, gimna ya, kupikir aku sudah terbiasa.”

Sambil tersipu, Kei tersenyum bahagia.

“Di satu sisi, itu adalah pengalaman pertamaku, jadi hatiku mungkin belum siap. Tapi, justru karena itu aku merasa tenang karena Kiyotaka selalu ada sisiku tanpa memperdulikan jam malam.”

Benar, aku tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya aku tidak berada di sana.

“Begitu ya.”

Kei mungkin telah mengambil satu langkah lagi menaiki tangga menuju kedewasaan setelah pengalaman kemarin.

Meski ditopang oleh dukungan utama, Kei berhasil berdiri sendiri.

(Tln: Agak susah nerjemahinnya. Dukungan utama disana mengacu pada seseorang yang menjadi tempat bergantung, yaitu Kiyotaka)

Rehabilitasi jangka panjang dari titik di mana ia pikir ia tidak akan pernah bisa berdiri lagi.

Belajar untuk bangkit sendiri saat terjatuh adalah hal yang paling penting bagi Kei.

Seperti siswa lainnya, ini adalah kasus khusus yang tidak terjadi dalam semalam.

Dan itu pun, akhirnya sudah di depan mata.

“Se-Selamat pagi [Kei]-chan.

Segera setelah kami tiba di ruang kelas, Satō, yang telah tiba lebih awal, melihat Kei dan berdiri dan berlari ke arahnya.

“Ah———Selamat pagi, [Maya]-chan!”

Kei memberiku tatapan meminta izin dan kemudian tanpa ragu-ragu mulai berbicara dengan Satō di dekatnya.

Meskipun awalnya agak canggung, mereka segera mulai mengobrol seperti biasa, atau bahkan lebih ramah dari biasanya. Lingkaran kebahagiaan yang dimulai dengan kedua gadis itu mulai menyebar ke gadis-gadis lain, bahkan ke siswa yang biasanya tidak ikut terlibat, seperti Shinohara, yang pernah berselisih dengan mereka, dan Mī-chan.

Berbeda halnya dengan Horikita yang sedikit demi sedikit mulai menunjukkan kekuatannya sebagai seorang pemimpin dan membangkitkan keterampilan untuk menyatukan kelompok besar. Kemampuan untuk menciptakan, menarik, dan menyatukan kelompok-kelompok kecil.

Tidak diragukan lagi, Kei memiliki kualitas dan mutu untuk melakukan itu.

Bersama dengan hal-hal yang sangat penting untuk memperkuat kelas ini, perjalanan menuju festival budaya tampaknya berjalan dengan baik, tapi tiba-tiba terdengar kabar yang bisa menjadi sumber masalah besar.

“Oi, apa benar kelas kita akan mendirikan maid cafe!?”

Bermula dari kemunculan Ike yang masuk ke dalam kelas sambil berteriak begitu dia membuka mulutnya.

Maezono berdiri karena terkejut mendengar kabar yang selama ini dirahasiakan dari semua orang kecuali beberapa siswa.

Para inisiator seperti Satō, Matsushita, dan Mī-chan, semuanya saling memandang bersamaan.

Yang diberitahu tentang maid café hanya beberapa gadis yang saat ini sudah dipastikan akan menjadi staf dan gadis-gadis yang sudah diajak. Dan Horikita yang mengelola festival budaya.

Horikita itu mendengar ucapan Ike dengan tenang tanpa menunjukkan kepanikan.

Jika dia bereaksi berlebihan, dia akan membuat seluruh kelas menyadari bahwa mereka benar-benar akan mendirikan maid café. Dan itu juga berlaku untuk kelas lain.

Namun, ini sudah tidak berarti lagi sejak Maezono dan yang lainnya bereaksi kuat terhadap situasi ini.

Selain itu, karena dia mengatakannya dengan tegas maid café, maka tidak mungkin dia hanya asal tebak.

“Dari mana kamu mendengar hal itu, Ike-kun?”

“Dari mana, umm...”

Ike kesulitan menjawab karena ketakutan melihat ekspresi Maezono yang mengeras karena marah.

“Tadi di lobi, Ishizaki, Suzuki... dan Nomura. Mereka bertiga membicarakannya dengan sangat keras.”

“Heii, Horikita-san, apa maksudnya ini? Bukankah ini seharusnya masih dirahasiakan?”

Matsushita juga mengingat dengan jelas kontak dari Hashimoto kemarin persis, mendekati Horikita.

“Ya. Aku pikir itu mustahil, tapi sepertinya aku naif.”

Jawabannya sudah jelas sejak Ishizaki dan teman-temannya membuat keributan.

“Apa ini artinya Ryūen-kun mengkhianati kita? Kau bilang kita akan baik-baik saja kan, Horikita-san?”

Saat Maezono tampak marah hendak menghakimi Horikita, pintu kelas dibuka dan Sudō masuk tampak sedikit panik.

“O-Oi, kelompok Ryūen akan datang kemari.”

“...Kurasa aku tidak punya pilihan selain bertemu dengannya. Kalian tetaplah di dalam kelas.”

Menilai bahwa percakapan akan menjadi rumit jika orang luar ikut-ikutan keluar, Horikita memutuskan untuk menemuinya di koridor dan mulai berdiri dengan pasrah.

“Yō. Jadi kau repot-repot datang menemuiku, ya? Suzune.”

Ryūen memimpin rombongan, diikuti oleh Ishizaki, Albert dan Kaneda.

“Aku ingin tahu untuk apa kamu datang kesini membawa orang-orang pembuat gaduh ini.”

“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada kalian hari ini. Iya kan, Ishizaki?”

“Y-Yup.”

Dengan ekspresi sedikit gugup di wajahnya, Ishizaki melihat disekelilingku. Para siswa yang diminta untuk tidak meninggalkan kelas juga, tidak dapat menahan diri, ikut melihat di sana-sini mungkin karena mereka sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Terutama Maezono yang memelototi Ryūen tanpa menyembunyikan kekesalannya.

“Sepertinya keributan yang kau buat pagi tadi sudah didengar oleh mereka.”

Ryūen yang bisa merasakan suasana di sekitarnya, menjawab sambil tertawa.

“Sejujurnya aku terkejut. Kau sama sekali tidak ragu untuk mengambil tindakan yang sulit diprediksi.”

“Kuku, tindakan yang mudah diprediksi itu sangat membosankan, bukan?”

Ryūen mulai menjelaskan dengan perlahan agar Ike dan yang lainnya yang tidak memahami situasinya dapat mendengarnya.

“Atas inisiatif Suzune, kalian membentuk hubungan kerja sama dengan kelas kami untuk festival olahraga. Dan rencananya kita juga akan beraliansi sejak awal untuk festival budaya kali ini.”

Tepatnya, permintaan kerjasama untuk festival budaya ini dibuat atas inisiatifku, tapi itu adalah masalah sepele di sini.

Horikita dan Katsuragi kemudian menyimpulkannya, dan sepakat untuk melanjutkan aliansi hingga di festival budaya.

“Pastikan konten kreasi tidak saling tumpang tindih. Diskusikan dulu lokasi kiosnya. Pastikan untuk pinjam meminjam siswa seperlunya dan bisa saling membantu. Iya, ‘kan?”

“Itu benar. Dukungan timbal balik siswa rencananya masih agak lama. Tapi kita sudah diberitahu tentang konten kreasinya sejak awal dan lokasi kiosnya kemarin.”

Seakan melengkapi detailnya, Kaneda menyeringai.

“Jadi kamu berniat mengkhianati kami sejak awal ya. Tetapi kamu merahasiakannya sampai hari ini, karena kamu menunggu untuk mengetahui di mana kios kami berada.”

“Ya begitulah. Maaf, tapi aku harus menegosiasikan ulang perjanjian kerjasama kita.”

“Ini sudah kelewatan untuk sebuah negosiasi ulang. Kamu secara sepihak mengetahui lokasi kios kami dan bahkan membocorkan kreasi kami.”

“Membocorkan? Ishizaki dan teman-temannya kan cuma ngobrol. Kebetulan saja anak-anak dari kelasmu dan kelas lain mendengarnya. Hanya segelintir orang-orang yang kepo, bukan?”

Teman-teman sekelas mulai memahami situasinya sedikit demi sedikit.

“Apa yang barusan dia katakan itu benar, Horikita-san?”

Tanya Yōsuke, yang juga belum diberitahu tentang kerja sama lanjutan dengan kelas Ryūen.

“Tadinya aku ingin membicarakannya setelah semuanya sudah beres, tapi...”

Segalanya sudah memasuki tahap akhir, tapi situasi yang tidak terduga merusak semuanya.

Teman-teman sekelasnya, termasuk Yōsuke, pun akhirnya mengetahuinya dengan cara seperti ini.

“Setidaknya bolehkah aku menanyakan alasannya? Apa untungnya mengkhianati kami? Apakah kalian telah bersekutu kembali dengan kelompok Sakayanagi-san atau Ichinose-san?”

“Aku membantu kalian di festival olahraga dengan tujuan untuk menghancurkan Kelas A. Tapi kalian terus memenangkan pertandingan dan mendapatkan banyak keuntungan, bukan?”

Kedua kelas sama-sama meraih kemenangan dalam festival olahraga, tapi perbedaan poin kelas yang dihasilkan adalah 100.

“Itu adalah sesuatu yang kami peroleh berdasarkan kontrak yang setara. Dan hal yang sama berlaku untuk usulan festival budaya.”

“Tapi pada akhirnya, tidak ada gunanya kami menghancurkan A jika kalian B naik ke posisi yang sama. Hadiah poin kelasnya mungkin tidak seberapa, tapi kami akan memenangkan festival budaya nanti. Dengan kreasi yang sama seperti milik kalian.”

“Apakah itu berarti maid café?”

Maezono langsung bereaksi mendengar kata kunci, sama.

“Yah, tapi kami akan mengubah sedikit konsepnya. Kami akan menampilkan kreasi yang serupa.”

Apabila hanya kreasinya yang bocor, itu tidak begitu penting.

Akan tetapi, dengan berani mengangkat genre yang sama, akan menjadi pukulan fatal yang besar bagi kelas Horikita, dan akan dirasakan pula oleh para pencetus, termasuk Maezono, dan teman-teman sekelas lainnya.

Deklarasi untuk memperebutkan empat kursi, dari peringkat pertama hingga keempat, yang akan mendapatkan 100 poin kelas.

“Jadi kamu ingin kita bersaing dalam kreasi dengan genre yang sama? Kupikir itu tidak ada untungnya buatmu.”

“Memang benar bahwa dalam hal persaingan untuk mendapatkan pelanggan, ini mungkin lebih berisiko daripada kreasi lain. Tapi terus kenapa? Toh aku punya rencana untuk merebut peringkat teratas dengan melampaui penjualan kalian.”

Rasanya dia tidak datang ke tempat ini hanya untuk mengatakan itu.

“Maka dari itu, ayo kita adakan pertarungan yang lebih sengit, Suzune.”

“...Pertarungan?”

Keributan itu lama kelamaan mulai meluas, hingga Kanzaki dan siswa lain yang tidak ada hubungannya dari kelas lain juga mendengar deklarasi perang dari Ryūen. Hashimoto menyaksikan ini dengan agak geli, mungkin karena dia mengetahui fakta ini sebelum kelas Horikita.

“Kelas yang mendapatkan poin lebih banyak akan mendapatkan 5 juta poin dari kelas lawannya. Bukankah itu akan menjadi pertarungan yang menarik?”

“Apa kau serius? Itu taruhan yang sangat gila.”

“Tapi menurutku itu cuman 5 juta poin.”

Poin kelas tidak bisa dipindahkan sendiri.

Akan tetapi, poin pribadi yang dimiliki oleh individu bisa dikelola dengan bebas.

Dia menggunakan ini untuk mengajak [taruhan].

Ajakan bertarung satu lawan satu yang terpisah dari kompetisi 12 kelas.

Meskipun gagal meraih peringkat teratas di festival budaya, asalkan menang dalam konfrontasi langsung, 5 juta poin pribadi akan didapatkan, tentu saja ini akan menjadi pertarungan yang sengit.

“Yah, sebenarnya aku lebih suka pertarungan yang lebih tinggi taruhannya dengan lawan yang berbeda, tapi ketua OSIS Nagumo mengelak dengan bilang bahwa dia tidak ada urusan dengan festival budaya ini. Dan tahun ketiga selain kelas A tidak ada yang tegas. Mereka juga sepertinya tidak menghindar, tapi karena aku tak kunjung mendapatkan lawan, jadi apa boleh buat. Ayo kita adakan pertarungan antar tahun kedua saja.”

“Jangan menyimpulkannya sendiri. Aku tidak berniat menerima usulan yang tidak masuk akal itu.”

“Apa kau juga mau menghindar?”

“Kau secara sepihak melanggar kontrak dan bahkan membocorkannya. Lalu kamu sekarang menantang kami setelah menyamakan kreasi kami? Permintaan yang mustahil. Akhirnya aku mengerti arti sebenarnya kenapa Katsuragi-kun menghindari perjanjian penalti.”

“Itu sekarang sudah tidak penting lagi, bukan? Kau tidak yakin bisa menang melawanku, ya?”

“Aku tidak bilang begitu.”

“Hoh?”

“Sejauh ini kau sudah berbuat seenaknya, aku tidak bisa hanya tinggal diam. Aku akan mempertimbangkan kembali taruhan yang kamu ajukan.”

“Kukuku, itu baru bernyali. Aku menunggu jawaban yang bagus darimu, Suzune.”

Ryūen pun pergi dari tempat kejadian dengan puas karena urusannya disini sudah selesai.

Bak kepergian yang penuh kemenangan, dengan Hashimoto dan para penonton lain membukakan jalan.

Dengan perginya kelompok Ryūen, para siswa dari kelas lain yang menjadi penonton juga mulai angkat kaki.

Di sela-sela itu, Hashimoto, yang matanya bertemu dengan mataku, tersenyum tipis dan mengangkat bahunya.

Seolah mengatakan, [Apa kau sekarang mengerti akibatnya jika beraliansi dengan Ryūen?].

Hal ini sudah diketahui oleh semua orang di tahun kedua dan seluruh angkatan.

Dengan masuknya gebrakan Ryūen, kreasi maid café ditempatkan di lingkungan yang sulit.

Jika ada kelas lain yang mempertimbangkan untuk melakukan hal yang sama, aku tidak akan terkejut jika mereka sekarang mulai mengubah arah.

(Tln: mengubah arah = penyimpangan dari tujuan awal)

Akan tetapi, kami sudah mulai melakukan banyak persiapan awal.

“Bagaimana ini, Horikita-san? Persiapan kita sudah cukup jauh, bukan....?”

“Apa benar kelas Ryūen-kun akan menyajikan maid café?”

Maezono dan yang lainnya bertanya pada Horikita diliputi oleh kecemasan dan keluhan yang mereka coba sembunyikan.

“Kemungkinannya besar. Kurasa itu bukan hanya sekedar ancaman.”

“Bagaimana kalau sekarang kita mulai beralih ke kreasi yang berbeda?”

Untuk memperbaiki keadaan, Yōsuke menyarankan bahwa opsi tersebut juga harus dipertimbangkan, tapi....

“Itu tidak bisa. Sebagian anggaran sudah dikeluarkan.”

Itu karena seragam maid sudah dipesan sebanyak mungkin.

Biaya yang sudah dikeluarkan selama ini tidak bisa dibuang begitu saja.

Apabila kami berhenti, kami akan membuang dana yang berharga dengan sia-sia.

Seiring dengan berkurangnya waktu, semoga saja kami bisa meninjau kembali bagaimana kami akan menyikapi ini di masa depan.

Bisa dikatakan bahwa kami benar-benar telah jatuh ke dalam status sunk cost bias.

(Tln: sesuatu yang sudah kau habiskan dan kau tidak akan mendapatkannya kembali, terlepas dari hasil di masa depan)

“Kita tak punya pilihan selain memanfaatkan situasi ini. Meskipun aku tidak sudi membayar 5 juta poin, ayo kita terima taruhannya dan ubah itu menjadi kesempatan untuk mendapatkan banyak poin pribadi.”

Tentu saja, itu hanya jika teman-teman sekelasnya menyetujui usulan ini.

Itu karena sejumlah besar uang perlu dikumpulkan dari semua orang di kelas.

Related Posts

Related Posts

12 comments

  1. Bilangnya pengalaman pertama tapi udah terbiasa 😕❓

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pas smp kan Kei dibully, mungkin di ....😨

      Delete
    2. mungkin bukan terbiasa nglakuinnya, tapi terbiasa sama rasa sakitnya, gamungkin kan rasanya sakit doang walaupun pengalaman pertama pasti ada rasa enaknya jg :v

      Delete
  2. Keren. Kei sama Kiyotaka udah ena ena. Ntapz.
    Ryuuen ngelanggar sih udah ga heran. Tapi ga bisa bayangin bisa menang lawan kelas B yg emang banyak cewek disana. Kelas D cewe yg "Lumayan" terkenal paling Ibuki sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kaya nya bukan maid Cafe sih, tapi kafe lain yg punya konsep serupa. Sesuai yg dia bilang.

      Delete
  3. Hohoho, sudah melepaskan keperawanan sekarang tinggal mainn teruz wkwkw

    ReplyDelete
  4. Kira-kira ayanokouji kapan pindah kelasnya ya...?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keknya vol depan sih gan. Di 1st year yang ada janji kiyopon ke ichinose klo ga salah 7,5 gasi... klo bukan kyknya pas vol yang sama sih

      Delete
    2. Kiyo janji ke Ichinose di Vol 11,5 gan

      Delete
    3. Janji ke ichinose di vol. 11,5 kan cuma buat ketemu lagi. Seingetku g pernah janji buat pindah kelas deh.

      Delete