-->

Cari Blog Ini

Love Comedy in The Dark Vol 1 Episode 3 (2)

Episode 3 (2)


“Kamu bisa menebaknya ya, itu benar. Dunia mimpi adalah dunia spiritual. Menyelam ke dalam dunia spiritual orang lain dalam keadaan telanjang bulat adalah bunuh diri.”

“Singkatnya, pakaian pelindung ya. Seperti pakaian pemadam kebakaran atau pakaian selam. Kamu harus melindungi dirimu sendiri ketika pergi ke tempat-tempat yang tidak biasa, seperti lokasi kebakaran atau dasar laut, tentu saja.”

“Itu analogi yang bagus. Kamu punya bakat sastra, Jirō-kun.”

“Jangan konyol.”

Mana mungkin aku punya bakat seperti itu.

Yah, tapi setidaknya, aku masuk klub sastra, ‘kan? Numpang nama doang sih.

“Dunia mimpi juga merupakan dunia kehendak. Sosok dokter wabah, bisa dikatakan, adalah manifestasi dari tekadku untuk menjadi dokter yang menyembuhkan dunia. Tekad adalah kekuatan kehendak. Sekali lagi, dunia spiritual semacam ini sangat rumit untuk ditangani. Kuharap kamu bisa mentolerir kurangnya daya tarikku.”

“Heeh.”

Instingku mencium adanya peluang.

Ini adalah duniaku, olehku dan untukku.

Bahkan Amagami Yumiri, yang terbang mengelilingi bumi dan bekerja sebagai pemecah masalah, tidak bisa melakukan apa pun yang dia inginkan disini.

“Tidak kusangka ternyata kamu tidak sehebat yang kukira, ya.”

“Fumu?”

“Habis coba pikirkan lagi. Kamu selalu bilang, [Aku bebas], tapi nyatanya aku bisa membuatmu berpakaian seperti orang bodoh, ‘kan? Aku katakan ini karena perlu, tapi segala sesuatunya tidak sesederhana kelihatannya ya? Dan itu tidak mengubah fakta bahwa kamu dipaksa untuk melakukannya.”

“Wah wah. Kamu meprovokasiku?”

Nada suaranya berubah.

Mungkin Yumiri menyipitkan mata.

Agaknya aku bisa membayangkan ekspresi yang tersembunyi di balik topeng itu. Pasti ekspresinya seperti telah dihina oleh seekor kelinci yang lemah.

Inilah yang disebut menginjak ekor harimau.

Tapi kau tahu, aku tidak bisa terus dihajar olehnya. Kalau di dunia nyata entahlah, ini adalah dunia mimpiku. Faktanya, masih belum ada keunggulan kekuatan antara aku dan wanita ini, loh? Aku sangat sibuk hingga aku melupakan intinya, tapi ini adalah dunia di mana aku bebas melakukan apa yang ku inginkan, dan aku belum menganggapnya serius.

“Jirō-kun memang berada dalam posisi yang bagus untuk memprovokasi. Dan kekuatanmu tidak diketahui, sejauh menyangkut dunia mimpi. Juga benar bahwa aku dipaksa untuk terlihat seperti dokter wabah.”

Fufun.

Betul sekali betul sekali.

Pikirkan lagi itu. Aku adalah raja dan dewa di sini.

Hormati. Takuti. Berlutut dan bersumpah setialah padaku. Jangan malah duduk dipangkuanku.

“Tetapi kamu memiliki sikap yang berbeda di dunia nyata. Waktu di sekolah kamu, seperti burung kecil di malam badai, menahan napas.”

Bacod.

Begitulah cara aku bertahan. Begitulah cara orang sepertiku hidup dengan tenang. Kau mungkin tidak akan mengerti.

“Jadi Jirō-kun adalah apa yang disebut pembual itu, ya.”

(Tln: uchibenkei/pembual = seseorang yang angkuh dan sombong di rumah tetapi lemah lembut dan pendiam di luar)

Bicara saja sesukamu.

Aku tidak akan termakan oleh provokasimu.

“Manisnya.”

“Apa kau bilang!?”

Aku terprovokasi.

“Ups.”

Yumiri terbang dari pangkuanku. Dia cepat dalam melarikan diri.

“Ih seram seram. Ini adalah dunia Jirō-kun, aku sebaiknya tidak memprovokasimu sembarangan.”

“Apa yang kau bicarakan, bajingan? Aku tidak keberatan untuk meladenimu di sini sekarang.”

“Ya. Di dalam mimpi, kamu menggertak seperti seorang preman. Sudah kuduga kamu manis.”

“Brengsek, kau masih mengatakan itu.”

“Itu kebenaraannya tahu. Sifatmu yang berlainan itu cukup sederhana, dan anehnya hal itu tidak membuatku tidak nyaman. Kupikir itu adalah bakat. Agak sulit untuk memahami kenapa Jirō-kun bisa pasrah pada posisi di mana kamu terjebak dalam kehidupan yang stagnan.”

Berisik amat sih.

Ada banyak hal yang terjadi dalam hidupku.

Orang-orang sepertimu tidak akan mengerti.

“Apa pun itu, misimu tidak berubah.”

Kata Yumiri.

Dokter wabah memegang tongkat runcing di tangannya, mengarahkannya ke arahku,

“Hikawa Aoi. Shōunin Yoriko. Hoshino Miu. Kitamura Tōru. Aku ingin kamu merayu keempat gadis ini dengan semua yang kamu miliki.”

“Tidak, aku tidak mengerti.”

Akhirnya kami kembali ke topik utama.

Tidak, sungguh serius. Kenapa kami membicarakan hal ini?

“Alasannya sederhana. Karena itulah cara untuk menyelamatkan dunia dari krisis.”

“Apakah ini soal ressentimentmu pada akhirnya akan menghancurkan dunia?

(Tln: ressentiment adalah permusuhan)

“Ya. Itu benar.”

“Untuk apa aku harus menyelamatkan dunia dari krisis? Aku tidak peduli dengan dunia. Karena aku telah memenangkan perjudian dan mendapat kekuatan yang menarik, aku akan melakukan apa yang ku inginkan.”

“Itu masalah. Padahal kita adalah sepasang kekasih. Kita akan bersama dalam sakit maupun sehat, bukan?”

“Itu hanya ucapanmu sendiri.”

“Kita bahkan melakukan ciuman yang hebat.”

“Itu pun kau sendiri yang mulai.”

“Aku selalu siap untuk melakukan sesuatu yang bahkan lebih hebat dari itu.”

“Ha, terus kenapa? Itu sama sekali tidak mempan jika diucapkan oleh dokter yang menyeramkan.”

“Kamu memang bisa menggertak di dalam mimpimu, tapi kira-kira sampai berapa lama ya? Aku ulangi, di pagi hari kamu akan kembali ke dirimu yang lama loh?”

“...Ba-Bacod. Sebaliknya, aku sekarang adalah raja. Aku tidak akan pernah menuruti kata-katamu.”

“Dasar keras kepala.”

Yumiri tertawa.

“Yah, aku akan berhenti menggoda dan bermain-main denganmu di sini dan membujukmu sedikit lebih serius. Untuk membujukmu, aku harus menjelaskan manfaatnya. Usulanku juga bermanfaat bagimu, Jirō-kun.”

“Bermanfaat? Apa manfaatnya untukku?”

“Sekedar untuk memperjelas, kamu ingin [membuat mereka mengerti], bukan? Kamu ingin membuat gadis-gadis yang tidak menyanjungmu dalam kehidupan nyata bertekuk lutut di dunia mimpi dan mengingatkan mereka akan kesedihanmu. Apakah itu penafsiran yang benar?”

Ya itu benar, tepat sekali.

Aku memang memiliki motif itu, yaitu [membuat keempat gadis itu mengerti].

Maaf saja jika aku tak kenal ampun. Karena mereka semua membuatku kesal. Dan aku merasa senang bisa menaklukkan mereka dalam mimpiku.

“Kalau begitu, kesimpulannya mudah saja.”

Yumiri tertawa lagi.

Suaranya penuh dengan keyakinan dan kepastian. Dengan kesombongan yang harus diterima oleh siapa pun, yang layak disebut [bebas], dia berkata.


“Hei Jirō-kun. Bagaimana jika kejadian-kejadian di dunia mimpi——khayalan yang hanya bisa diwujudkan di dunia mimpi menjadi kenyataan? Bukankah itu akan sangat menyenangkan?”

Related Posts

Related Posts

Post a Comment