Bab 5
Acara Festival Budaya
Setelah periode persiapan yang panjang, acara festival budaya akhirnya tiba.
Waktu dimulainya adalah pukul 9.00 pagi dan para siswa diharuskan sudah berada di sekolah pada pukul 8.30 pagi.
Selain itu, gerbang ke sekolah dibuka mulai pukul 06.00 pagi, jadi kami bisa bersiap-siap lebih awal di pagi hari jika perlu. Aku dan Horikita bertemu di lobi asrama jam 6 pagi tepat untuk berangkat ke sekolah.
Itu karena kami akan melakukan pemeriksaan akhir terlebih dahulu agar tidak ada masalah selama acara berlangsung.
Begitu kami bertemu, ia mengarahkan perhatiannya ke kotak yang ku pegang di tanganku.
“Selamat pagi. Mungkinkah kardus itu adalah sampel yang kamu sebutkan?”
“Maaf karena aku sudah mengeluarkan anggaran yang tidak direncanakan.”
“Itu bukan jumlah yang besar, jadi imbasnya kecil. Pada dasarnya, masing-masing dari kita, para siswa tahun kedua diberikan 5.000 poin, yang seharusnya bisa kita gunakan dengan bebas.”
Kami pun berpapasan dengan para siswa dari tahun pertama hingga tahun ketiga, yang jumlahnya tak begitu banyak, tapi datang lebih awal dengan pemikiran yang sama.
Kami mampir ke ruang kelas sekali untuk menaruh kotak yang kubawa dan kemudian menuju ke maid café.
“Kau sudah lihat pesan dari Matsushita-san belum?”
“Sudah. Pasti berat baginya, karena ia adalah salah satu tokoh kunci yang telah membawa maid café hingga ke titik ini.”
Pagi-pagi sekali, Matsushita menghubungi kami dan melaporkan bahwa ia harus mengambil cuti karena sakit.
“Tapi itu adalah keputusan yang bijak.”
Dia mungkin bisa memaksakan diri untuk berangkat kalau hanya demam ringan, tapi sepertinya dia sudah mengalami gejala lain seperti batuk, jadi dia tidak bisa ditugaskan dengan pekerjaan yang memerlukan layanan pelanggan.
Namun, bahkan jika tugasnya dirotasi, Matsushita yang sedang sakit tidak bisa diserahi dengan pekerjaan yang memberatkan, dan jika flu menyebar, hal itu akan mempengaruhi kelas seusainya festival budaya.
“Selain itu, persiapan awal dilakukan untuk mengatasi situasi semacam ini.”
Tidak cukup hanya dengan merotasi personel, perlu diketahui di mana harus mengisi personel yang hilang.
“Ngomong-ngomong, apa kau sudah dengar? Ada rumor yang mengatakan kalau Hasebe-san dan Miyake-kun mungkin adalah yang membocorkan informasi soal kreasi maid café.”
“Kudengar begitu. Tapi itu adalah sesuatu yang bisa kita prediksi sejak awal, bukan?”
Informasi itu datang dari Kei yang berhubungan dekat dengan para gadis dan aku sudah mendengarnya.
“...Kau benar. Tapi apa benar-benar tidak masalah untuk membiarkannya?”
“Rumor hanyalah rumor. Bukan berarti Haruka dan Akito benar-benar membocorkan informasi tersebut.”
Kebencian Horikita pada dirinya sendiri karena tidak bisa membantu Haruka dan Akito bisa kulihat.
“Sebaiknya kau jangan gampang terlihat lemah. Itu hanya akan memberinya kesempatan untuk mengambil keuntungan darimu.”
“Kamu selalu tenang ya. Kamu adalah pihak terkait, tapi seolah-olah itu adalah masalah orang lain.”
Aku perhatikan Horikita menatapku seperti sedang mengamati ekspresiku. Pengamatan itu berlangsung selama 5 atau 10 detik, dan kemudian kusadari, ekspresinya berubah cemberut dengan alisnya berkerut.
“Aku ingin bertanya sedikit padamu. Apakah kamu sering berinteraksi dengan para siswa tahun pertama?”
“Tahun pertama? Tidak, tidak sering. Aku terkadang berbicara dengan Nanase dan Amasawa, tapi hanya itu saja.”
Rasanya seperti aku tidak boleh mengatakan kalau aku berinteraksi dengan mereka, meskipun aku sendiri hampir tidak pernah pergi menemui mereka.
“Hanya itu yang ingin kamu tanyakan?”
“Apa salahnya emang...”
“Bicara soal interaksi, bagaimana denganmu? Kau pernah mengobrol dengan siswa tahun pertama di OSIS, ‘kan?”
“Yah... ya. Aku semakin sering berinteraksi dengan para kōhai.”
OSIS telah merekrut tiga orang dari tahun pertama tahun ini. Hanya tahun kedua dan hanya Ichinose yang terdaftar untuk waktu yang lama, jelas ada kekurangan dalam hal kuantitas orang, jika kualitas dikesampingkan. Mekipun Horikita baru bergabung, mungkin masuknya siswa tahun pertama adalah untuk menyesuaikan jumlah anggota untuk mengisi jumlah orang yang sedikit itu.
Tidak ada batasan jumlah orang dalam OSIS, tapi umumnya bisa diisi oleh 8 hingga 12 orang. Di sekolah ini, saat ini ada 3 siswa tahun ketiga, 2 siswa tahun kedua dan 3 siswa tahun pertama. Boleh dikatakan bentuknya mirip dengan OSIS pada umumnya.
“Awalnya kupikir itu tidak ada gunanya. Aku lebih suka belajar di kamar daripada mengerjakan tugas OSIS, karena itu penting bagi diriku juga. Sejujurnya, perasaan itu belum hilang.”
Yang tampak tidak ada gunanya semacam itu pasti bukan hanya tugas OSIS.
Baik kegiatan klub atau pertemanan, pada dasarnya itu semua adalah rantai kesia-siaan.
Beberapa orang mungkin berangkat dari kegiatan klub ke pemain profesional, persahabatan ke pekerjaan di masa depan, tapi bagi kebanyakan orang, semua itu tidak lebih dari sekedar kenangan masa lalu.
Di sisi lain, dengan giat belajar, kemungkinan besar itu akan mengarah ke masa depan yang lebih cerah.
Pilihan paling pasti dan aman yang dapat diambil oleh siswa.
“Ada banyak hal yang bisa dipelajari dalam kesia-siaan. Aku mulai menyadari hal itu.”
“Kakakmu juga pernah menjadi ketua OSIS.”
“Kasus Nī-san itu berbeda denganku. Dia mampu menjalankan tugas OSIS dengan sempurna, sembari terus mencapai hasil yang memuaskan dalam studinya. Aku rasa dia tidak pernah merasa tebebani oleh OSIS atau gelisah karena kurang belajar.”
Sekalipun faktanya tidak diketahui, Horikita Manabu selalu terlihat punya banyak waktu luang.
Menurutku itu bukan karena dia tidak berusaha keras, dia hanya tidak menunjukkannya saja.
“Jika aku melihat hasilnya saja, aku berterima kasih padamu. Bergabung dengan OSIS telah membantuku melihat hal-hal yang tidak bisa aku lihat.”
Dia dengan tulus berterima kasih, begitulah pikirku, tapi dia masih melanjutkan kata-katanya.
“Hal ini membuatku menyadari lagi betapa hebatnya Nī-san, meskipun kerjaan gak pentingku bertambah.”
“Padahal bersyukur saja sudah cukup.”
“Kamu harus menerima beberapa keluhan.”
“Aku setuju dan bersimpati bahwa Manabu adalah target yang sulit untukmu.”
Aku tidak kalah dari Manabu kalau hanya dalam hal kemampuan akademik dan fisik murni, aku bisa pastikan itu.
Tapi jika mengikuti aturan sekolah ini, dan Manabu seangkatan denganku.
Sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tapi aku tidak akan pernah tahu pertarungan seperti apa yang mungkin terjadi.
Dia memang memiliki kekuatan untuk membuatku berpikir demikian.
Mantap coy emang Ayanokouji terang terangan mengakui Manabu.
ReplyDelete