Bab 5
Acara Festival Budaya
6
Sulit untuk menemukan orang tertentu di festival budaya di mana banyak orang dari segala usia dan jenis kelamin hadir.
Dan terlebih lagi jika tidak dapat diprediksi ke mana dia pergi.
Sewaktu mengoperasikan ponselku, aku mendesah kagum pada jaringan informasinya yang luar biasa. Aku kagum akan kecepatan dan keakuratannya. Karena dia bisa mendapatkan lokasinya dalam hitungan menit setelah aku menghubunginya.
Bukan ke arah Keyaki Mall atau asrama, tetapi di belakang fasilitas kolam renang indoor.
Setibanya di sana, aku melihat punggung Kushida, mengenakan pakaian maid yang tidak pada tempatnya.
“Kan sudah kubilang berkali-kali———”
Kushida yang mungkin sedang membicarakan topik panas, memprotes lawan bicaranya dan meneriakannya dengan pelan.
“Ak———”
Sementara itu, yang satunya segera menyadariku dan menyuruh Kushida untuk berhenti bicara.
“Eh...? Kok... kenapa Ayanokōji-kun ada di sini...?”
“Tidak perlu ditanya lagi, tentu saja karena aku sedang mencari ace pengatur antrean yang menghilang.”
Pengaturan antrean yang dicontohkan oleh Kushida telah diambil alih oleh maid pengganti, namun tidak jelas seberapa lama lagi mereka dapat mempertahankannya.
“Kukira aku sudah membawanya kemari tanpa ketahuan, kok kamu bisa tahu tempat ini sih, Senpai?”
Dari cara dia mengatakannya, terdengar seperti dia sudah mengamati saat-saat ketika pengawasanku lepas darinya.
“Sayangnya, aku sekarang dibantu oleh seseorang yang bisa kuandalkan. Ke mana pun kau pergi, aku akan langsung tahu di mana kau berada.”
Bahkan Amasawa tampaknya tidak tahu siapa itu, tapi dia tidak mau menanyakannya.
“Aku akan segera memulangkannya. Sungguh.”
“Ya. Dia benar. Maaf karena aku menyelinap keluar tanpa bilang-bilang, tapi aku juga ingin berbicara dengan Amasawa-san sebentar.”
“Kalau begitu bicarakan saja disana. Itu tidak bisa dijadikan alasan untuk pergi selama 10 atau 20 menit.”
“Itu———”
Kushida tahu bahwa mengatur dan menjaga agar pelanggan tetap dalam antrean adalah prioritas utama.
Itulah sebabnya Kushida meninggalkan tugasnya melayani pelanggan untuk menangani tugas itu.
Dia tidak akan meninggalkan posnya sendiri kecuali terpaksa.
“Entah ada pembicaraan apa antara kalian berdua, kita sedang sibuk dengan festival budaya. Bisakah kalian bicarakan itu di lain waktu?”
Tidak perlu repot-repot memilih hari ini sebagai hari untuk melakukan percakapan.
“Kamu tidak terkejut sedikit pun melihat kombinasi aku dan Kushida-senpai, ya. Apa kamu sudah tahu?”
“Tidak.”
Sampai sekarang, aku benar-benar tidak tahu kalau ada hubungan yang mendalam di antara mereka.
“Tapi hari ini, dengan adanya kontak pada waktu ini, semuanya menjadi masuk akal.”
Bahkan informasi yang mungkin tampak tidak perlu, akan diperoleh dalam kepalaku dengan sendirinya.
Kenapa, Kushida begitu bersikeras dan mengambil pertaruhan yang nekat untuk mengeluarkanku dari sekolah dalam ujian khusus suara bulat?
Bukan tidak masuk akal jika ada siswa White Room di belakangnya dan memaksanya untuk melakukannya.
Aku juga jadi tahu kenapa Amasawa bergerak di festival budaya yang mudah dilacak ini. Perilaku Kushida sepulang sekolah juga sejalan, karena dia telah menolak ajakan dari teman sekelasnya dan pergi ke tempat lain.
“Kushida-senpai pasti akan kukembalikan nanti, jadi bisakah kamu memberiku sedikit waktu?”
Amasawa di depanku masih belum menyadari kalau aku telah sampai pada jawabannya.
“Maaf Ayanokōji-kun, bolehkah aku pergi? Aku akan kembali secepatnya. Aku juga benar-benar perlu bicara dengan Amasawa-san.”
“Aku mengerti maksudmu, tapi tidak bisa kuizinkan. Amasawa, bisa kita cukupkan sampai di sini?”
“Mata Senpai itu nakal ya. Mata itu membuat segala sesuatu tentangku terlihat telanjang.”
Amasawa menekan ujung jari telunjuknya ke bibirnya dengan menggoda, tapi dia tidak benar-benar bermaksud seksual.
Tindakan untuk menyembunyikan kewaspadaannya terhadap apa yang ku lihat darinya.
“Kushida. Kau diperas oleh Amasawa, dan 1 orang lagi karena mereka mengetahui masa lalumu. Karena itu, dalam ujian khusus suara bulat, kau memicu keributan di dalam kelas dengan paksa untuk mengeluarkan Horikita dan aku. Atau mungkin saja kau juga sudah melakukan sesuatu sebelum itu.”
“Eh...”
Aku pasti tepat sasaran, tidak dapat membenarkan atau menyangkalnya, Kushida hanya terlihat terkejut.
“Sampai di sana saja, Senpai. Karena sekarang aku ingin bicara dengan Kushida-senpai.”
“Maaf, tapi itu tidak bisa. Sebelum bekerja sebagai maid, Kushida harus berada di kelas.”
“Apa maksudnya itu? Aku padahal tidak melakukan hal buruk apa pun.”
“Kau mungkin tidak. Tapi bagaimana dengan yang satunya lagi?”
Jawabku begitu, dan di sini untuk pertama kalinya, sikap Amasawa berubah.
Segera setelah itu, dengan senyuman yang menakutkan, Amasawa meraih pergelangan tangan Kushida yang berada di dekatnya.
“!?”
Kemudian dia menariknya dengan tangan kanannya hingga dirinya berdiri di belakang Kushida dan menutup paksa mulut Kushida dengan tangan kirinya.
“Mungkinkah Senpai sudah tahu siapa yang satunya itu?”
Kushida dibungkam sebelum dia bertanya karena Kushida mengenal orang itu secara langsung.
Dengan kata lain, dia mengetahui identitas siswa White Room satunya lagi.
Karena itu, dia mencegah agar nama orang tersebut tidak disebutkan secara tiba-tiba oleh Kushida.
“Kau tahu itu, Kushida-senpai. Jika kau asal bicara, aku akan mengeluarkanmu, ngerti?”
Wajah Kushida meringis kesakitan, mungkin karena cengkeraman kuat pada lengan kanannya.
“Ini tidak seperti dirimu, Amasawa. Tampaknya, kau sudah cukup terpojok.”
“Tunggu sebentar, Senpai, aku tidak mengatakan apa-apa lo~h?”
“Setiap tindakan menunjukkan dirinya sendiri.”
Kushida yang sedang kesakitan, tidak akan memahami inti dari percakapan ini.
Dan Amasawa sendiri tidak tahu seberapa banyak yang aku pahami.
“Soal itu, mari kita bicarakan berdua saja lain kali. Sekarang tolong kau pura-pura saja tidak melihat ini dan pergi dulu, Ayanokōji-senpai. Lalu aku akan kembalikan sekitar 10 menit lagi.”
“Bagaimana jika aku tidak menurutinya?”
“Aku mungkin akan membuat Kushida-senpai tidak berguna lagi di sini.”
Katanya, ia mencengkeram lengan kanannya lebih kuat lagi.
“Mmh!? “
“Aku memang gadis cantik, tapi aku bisa dengan mudah mematahkan satu atau dua lengan.”
“Kalau begitu, ayo kita tes. Mana yang lebih dulu, apakah kau mematahkan lengan Kushida atau aku menghentikanmu.”
Jarak antara aku dan Amasawa kira-kira 5 meter.
“Apa kau serius?”
“Soal apa? Soal mematahkan lengannya? Atau kau pikir aku tidak mungkin bisa menghentikanmu?”
“Keduanya.”
“Maka, kau salah tentang keduanya. Aku serius.”
Amasawa tertawa, mengendurkan jari-jari tangan kanannya, walau sedikit, yang mencengkram tangan kanan Kushida. Seketika itu juga aku meluncur ke depan dan menerjang tepat saat Amasawa berinisiatif untuk mematahkan lengannya.
Ketika tangan kanannya bergeser ke pergelangan tangan Kushida, dan tangan kirinya yang menutup mulut Kushida dipindahkan ke punggung Kushida, aku meraih tangan kanan Amasawa.
“Mustahil———”
Pasti itu insting pertahanannya. Dalam sekejap, dia menghentikan aksinya mematahkan lengan Kushida dan mengalihkan perhatiannya ke arahku lalu mengepalkan tangannya untuk melakukan tinju dengan tangan kiri.
Akan tetapi, tanpa memberinya kesempatan untuk melakukan gerakan lagi, aku menangkap Amasawa dan mencegahnya bergerak.
Seperti yang dilakukan Amasawa pada Kushida tadi, aku memutarinya dan menahannya ke tanah.
“Ahhg!”
Kuatnya tekanan ke tanah menyebabkan Amasawa sesaat kehilangan napas dan terengah-engah.
(Tln: Aah.. sekarang aku paham kenapa Amasawa kena nerf dibagian itu)
Napasnya menimbulkan sedikit debu.
“Kok ginii... sedikit di luar dugaan.”
“Apa kau benar-benar berpikir tidak ada perbedaan yang besar antara kau dan aku?”
Aku bisa tahu dari matanya. Keangkuhan Amasawa yang biasanya selalu semaunya sendiri, sangat terluka.
“Apa itu berarti, aku salah perhitungan...?”
“Mungkin begitu.”
Kemampuan bertarung Amasawa, yang dia pelajari di White Room, memang nyata. Bahkan Horikita dan Ibuki, yang cukup terlatih, atau Ryūen dan mereka yang telah belajar berkelahi dengan cara mereka sendiri, tidak akan bisa menang dari Amasawa.
Namun, apakah dia bisa bersaing setara denganku, itu adalah sama sekali tidak benar.
Apabila tingkat keterampilan lawan yang kuhadapi meningkat dari 5 menjadi 20 atau bahkan 30, sama saja hasilnya jika tingkat keterampilanku mendekati 100.
“Sejak kapan kau berpikir bisa mengalahkanku?”
“Sejak saat kita bertemu.”
“Jika bukan Ayanokōji-senpai yang mengatakan itu, kayaknya aku akan membalas jangan sok keren, deh.”
“Sekalian saja kau kuberitahu, kau tampaknya mikir kalau temanmu yang satunya itu mungkin berusaha membuatku dikeluarkan, tapi pernahkah kau bertanya-tanya kenapa aku tidak pernah menanyakan namanya?”
Senyum Amasawa perlahan-lahan menghilang.
Sampai sekarang, aku belum pernah mencari siswa White Room atas inisiatifku sendiri.
“Itu karena aku sejak awal tidak pernah berpikir dia akan sanggup menyaingiku.”
“Kau benar-benar———serius ya, Senpai.”
“Kau yang sekarang sudah memahami hal itu, ‘kan, Amasawa?”
Jika aku hanya setengah hati dalam pertarungan, ia pasti belum benar-benar merasakannya.
Tapi Amasawa tidak seperti itu.
Dalam waktu kurang dari 10 detik dari total gerakan, pertarungan sudah selesai dengan selisih yang besar.
“Kau dan dia seharusnya menantangku sejak awal. Kalian tidak perlu melakukan hal-hal seperti melibatkan orang-orang di sekitar untuk bersenang-senang.”
“Jadi Senpai sudah tahu... kenapa aku mendekati Kushida-senpai, ya.”
“Barusan semuanya terhubung. Dan sesuatu yang tidak pernah kau duga, kini akan segera terjadi.”
“Sesuatu yang... tidak pernah kuduga?”
“Cukup perhatikan ruang OSIS setelah jam 3 sore. Tapi jangan sampai kau terlihat oleh siapa pun. Maka kau akan tahu semua jawabannya.”
Melihat Amasawa yang semakin melemas, aku melepaskan kekangannya.
Tidak perlu lagi ada tindakan tegas lebih lanjut.
“Kita membuang banyak waktu. Ayo kita kembali ke maid café.”
“Apa tidak apa-apa? Membiarkannya saja.”
Amasawa berdiri, tapi mungkin dia linglung karena dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak.
“Tidak apa-apa. Kau juga tidak perlu khawatir masa lalumu akan terungkap.”
Setelah aku mulai berjalan, Kushida buru-buru mengejarku.
“Kenapa Ayanokōji-kun bisa tahu hal itu?”
“Entahlah kenapa. Tapi percaya saja sama aku.”
“...Kamu itu siapa, Ayanokōji-kun?”
Kalau mendengar percakapanku dengan Amasawa, dan melihat pertarungan kami tadi, pertanyaan itu tentu tak terelakkan.
“Aku tidak tahu apa-apa tentang perkelahian, tapi... yang kutahu, itu tadi tidaklah normal.”
“Bukan hal yang aneh jika ada teman sekelas yang belajar seni bela diri. Horikita dan Ibuki, bahkan Ryūen dan Akito, meski berlatih sendiri, semestinya kuat dalam perkelahian. Dan laki-laki itu sejak awal memang bukan tandingannya perempuan.”
Aku menjelaskan bahwa itu hanya berat sebelah karena perbedaan gender.
Apakah Kushida akan menerima penjelasan itu atau tidak, itu masalah lain tapi.
“Kau harus kembali secepatnya dan bantu mereka atur antreannya. Aku mengandalkanmu.”
“Ya, ka-kau benar.”
Jawab Kushida, dan dia menundukkan kepalanya seolah dia telah memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“Terima kasih, sudah menolongku...”
Ucapan terima kasih yang tak terduga dari Kushida.
Tentu saja, Kushida lebih mudah mengambil sikap rendah hati daripada kebanyakan orang di tampilan luar.
Dia adalah tipe orang yang bisa mengungkapkan rasa syukur itu sendiri dengan sangat mudah.
“Kamu pasti tidak berpikir aku tulus berterima kasih, tapi tak apa. Aku hanya merasa ingin mengatakannya, sekalipun itu bohong...”
“Aku tidak berbuat banyak. Lebih tepatnya, sebagai teman sekelas, itu hal yang wajar untuk dilakukan.”
“Kalo gitu, aku tidak perlu menganggap ini sebagai pinjaman, ‘kan?”
Dia menekankan bagian itu, jadi aku memikirkannya sejenak, tapi tak ada gunanya menyesalinya sekarang.
“Tentu saja.”
Jika itu dianggap pinjaman, Kushida bukanlah orang yang akan mengembalikan pinjaman itu dengan tulus.
(Tln: Oke. Salah satu aturan dalam cerita fiksi. Karakter sampingan yang diperlihatkan perbedaan kekuatan yang luar biasa oleh MC pasti akan takluk. Itu artinya Kushida di sini sudah K.O)
amasawa otw mewek
ReplyDeleteTahan nafas anjir gua bacanya kwowkwok XD
ReplyDeleteMungkin next volume kushida bakal "jinak" Sama kiyo 🐰🐰
ReplyDeleteIntel nya Kiyotaka kemungkinan pihak Sakayanagi. Cuma dia yg punya hubungan khusus sama Kiyotaka dan Ichika sekaligus. Sisanya satu arah kaya Yagami yg cuma berhubungan dengan Ichika atau Ryuuen dan Nanase yg berhubungan dengan Ayanokouji. Btw, kemungkinan dalam waktu dekat bakal dikasih tau tuh hasil pertemuan Kiyotaka sama Miyabi.
ReplyDeleteGua kasih clue, intelnya kiyo cewe murid kelas 1c
DeleteBaca versi Inggris ya gan? Sakurako kok mau jadi intel nya Kiyotaka?
Deletehoax
DeleteLord Ayanokoji terlalu op
ReplyDeleteKena mental cuk
ReplyDeleteJangan ngebadut lagi kayak nagumo, kushida harusnya kau tau perbedaan kau dan ayano (terlalu jauh)
ReplyDeleteAda apa di ruang OSIS? Apa ini hasil dari kesepakatan kiyotaka dan nagumo
ReplyDeletegalak galak!! Ayanokouji emang badass!?
ReplyDeleteNgeri
ReplyDelete