Bab 6
Yang Ditinggalkan oleh Airi
Kushida sempat menghilang, namun sekembalinya dia setelah itu juga menunjukan pekerjaan yang brilian. Melalui serangkaian upaya, ia berhasil membuat antrean panjang yang tak terputus bahkan hingga sekarang.
Tapi masalahnya kali ini, terlalu banyak pelanggan akan menyebabkan kekurangan staf.
Jelas sekali kondisi kelebihan kapasitas tanpa akhir terus berlanjut. Setelah istirahat 1 jam, para maid masih lelah dan gerakan mereka jauh lebih lambat. Anak laki-laki tidak banyak kerjaan tapi hanya bisa dipekerjakan di bagian belakang dan tidak bisa diminta untuk berdiri di aula, jadi ini adalah pertarungan yang sulit.
Pakaian maid yang disiapkan totalnya ada 8.
Dua di antaranya pada dasarnya dianggap sebagai cadangan dan hingga 6 orang bisa bekerja sekaligus.
Terkecuali saat istirahat, Satō dan Mī-chan berjuang keras sepanjang waktu sebagai ace. Horikita yang tidak seharusnya ditugaskan di aula, dalam prosesnya juga mulai melayani pelanggan dan ikut membantu. Dan tiga sisanya, Ishikura sebagai pinch hitter untuk Kushida dan Matsushita, serta Inokashira sebagai spesialis distribusi selebaran.
(Tln: pinch hitter = bisa menggantikan kapan saja)
Karena Kushida bekerja untuk menjaga agar orang-orang tetap berada di koridor, jadi mereka yang benar-benar bekerja di aula hanya 4 orang.
Noarmalnya staff tambahan harus dikerahkan, tapi tidak ada orang yang bisa mengambil alih.
Tidak bisa memilih sembarang gadis.
Bukan soal penampilan, pesona, atau sebagainya, faktor utamanya adalah persetujuan dari orang tersebut. Aku sudah meminta beberapa orang, termasuk Sonoda, tapi mereka enggan karena malu mengenakan pakaian maid dan kerasnya pekerjaan yang dituntut.
“Ayanokōji-kun. Para pelanggan yang menunggu mungkin sudah cukup hilang kesabaran.... Kurasa kita tidak bisa menahan mereka seperti ini selamanya.”
Di sela-sela itu, mengintip ke dalam ruangan dari koridor, Kushida memanggilku. Horikita yang sedang melayani pelanggan (meskipun hanya untuk mengantar makanan) dalam situasi darurat, juga melihat Kushida dan mendekatinya.
“Apa yang terjadi di ujung barisan?”
“Setelah aku beri tahu mereka bahwa mereka harus menunggu cukup lama, memang ada yang menunggu, tapi sebagian besar pergi.”
Dengan melihat antrean yang panjang itu, suka tidak suka, mereka tidak akan mau menunggu.
Para tamu yang ada di sini sekarang bukan sekedar tamu biasa, mereka hanya tamu undangan yang datang ke festival budaya. Kami tak bisa mengharapkan mereka untuk terus tinggal karena mereka merasa bahwa waktu yang mereka pakai untuk menunggu itu sia-sia.
Itulah kenapa Kushida adalah benteng pertahanan, tapi kurasa itu sudah di ambang kehancuran.
“Ada 2 pakaian maid tambahan, ‘kan?”
Mungkin sudah waktunya untuk mengeluarkan pakaian cadangan untuk keadaan darurat itu.
“Ya, tapi jika tidak ada anak yang mau memakainya, maka tidak ada gunanya?”
“Oh iya. Kenapa tidak Karuizawa-san saja?”
Saran dari Kushida. Dia mungkin berpikir bahwa Kei akan mendengarkan perintahku karena dia pacarku.
Tentu bukan tidak mungkin jika aku memaksanya.
Tapi———.
“Seingatku, dia istirahat dari jam 2 siang, ‘kan?”
“Ya. Dia baru saja istirahat. katakanlah dia kembali jam 3 dan berganti pakaian, masih diragukan apakah dia bisa langsung bekerja dengan baik.”
Dan ada hal lain yang tidak diketahui oleh keduanya, kalau dia tidak akan mau berganti pakaian di ruang ganti sederhana.
Skenario terburuknya, perlu waktu 20 atau 30 menit lagi untuk kembali ke asrama dan kemudian kembali lagi.
“Hei, boleh aku bicara?”
Ike yang entah sudah berapa kali hari ini membawa makanan bolak-balik, bersuara.
“Kenapa? Apa ada masalah?”
“Aah enggak, karena kudengar kita kekurangan staf saat ini.... Um, bagaimana kalau kita serahkan saja pada Satsuki?”
“Shinohara-san? Tapi, apa dia akan menerimanya?”
“Kupikir tidak masalah. Selain itu, dia sudah berlatih menjadi maid, meskipun sedikit-sedikit, ‘kan?”
Mendengar fakta itu untuk pertama kalinya, kami bertiga saling memandang.
Shinohara tengah menjadi juru masak di stan.
“Bisakah kamu memanggilnya sekarang juga?”
“Oke! Serahkan padaku!”
Untuk sekarang ada siswa yang mau mengenakan pakaian maid saja aku sudah bersyukur. Kemudian, atas rekomendasi Shinohara, kami terus membujuk Azuma. Dan akhirnya dia bersedia untuk membantu.
“Ayanokōji-kun, seperti yang kamu tahu, aku harus istirahat dari jam 3. Kita akan membutuhkan orang untuk mengisi kekosonganku.”
“Jangan khawatirkan itu. Aku sudah memikirkannya dengan matang, jadi tenang saja.”
15 menit kemudian, Shinohara diminta untuk pergi ke aula, sementara Azuma bergabung dengan Kushida untuk menjaga agar para pelanggan yang menunggu di koridor tidak pindah tempat.
Tapi ekspresi Kushida di koridor terlihat muram, dan tampaknya ini bukan perubahan yang patut disyukuri.
“Dia bukan orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Karena dampak penampilan Shinohara-san lemah, dan dia juga tidak terlalu pandai dalam melayani pelanggan.”
“Ini darurat. Apa boleh buat.”
“Jadi Hasebe-san beneran tidak berguna?”
“Sebelum berguna atau tidak, ia sudah hilang sejak pagi ini. Secara formal dia berpartisipasi dalam festival budaya, tapi mungkin dia sudah kembali ke asramanya.”
“Maksudmu tentang pembalasan untuk pengusiran Sakura-san? Dia ikut diskusi awal, bukan?”
“Dibilang ikut juga dia hanya mengamati.”
“Meski begitu, dia memiliki pengetahuan yang lebih banyak daripada Shinohara-san, Azuma-san dan yang lainnya, ‘kan?”
“Itulah kenapa ini menjadi pembalasan yang efektif. Karena baik Haruka maupun Akito, yang kurasa sedang menemaninya, sudah kita masukan ke dalam rencana setelah memperhitungkan kekuatan mereka.”
“...Begitu ya. Kalau kamu sudah tahu sampai sejauh itu, kamu pasti sudah menduga kemungkinan keduanya tidak berpartisipasi dan memikirkan cara lain.”
“Karena sekalipun tahu, aku tak bisa meningkatkan jumlah orang di kelas. Selain itu, bertindak dengan strategi yang berbeda sejak awal akan membuat Haruka dan Akito curiga. Aku menilai akan lebih merugikan jika kita terlibat dalam sabotase yang tidak terduga.”
“Itu memang mengganggu, tapi hanya itu, ‘kan? Itu tidak cukup efektif untuk disebut balas dendam.”
“Seandainya saja hanya itu.”
“Apa maksudmu?”
“Haruka dan Airi sangat menantikan festival budaya. Itulah sebabnya dia pasti ingin melihat sampai di festival budaya. Dan setelah itu berakhir, tidak akan ada alasan lagi bagi dirinya untuk tetap tinggal di sekolah ini.”
“...Maksudmu, dia akan keluar dari sekolah?”
“Kemungkinan. Jika mereka berdua secara sukarela keluar, selain kerugian sederhana seperti jumlah orang, penurunan poin kelas yang signifikan tidak bisa dihindari. Itu akan menimbulkan kerusakan parah pada kelas.”
“Kerusakan, seberapa besar?”
“Diperkirakan 600 poin kelas untuk mereka berdua.”
“E-Enam ratus!?”
“Tidak ada yang mengejutkan. Keluar dari sekolah di bawah aturan normal sekolah ini umumnya dihukum sebanyak itu.”
Terkecuali dalam kondisi terbatas di mana risiko dikeluarkan tinggi karena ujian khusus yang ketat, ini adalah hukuman yang wajar.
“Jika keduanya benar-benar dikeluarkan, itu berarti kenaikan ke kelas A-ku... tidak akan pernah terjadi, ya.”
Penyebutan kelas A-ku, itu Kushida sekali, tapi dia benar.
“Pemulihan poin tersebut hampir mustahil.”
“Apa kita akan melihat saja tanpa bisa berbuat apa-apa?”
“Rencananya aku akan membuat terobosan, tapi...”
Aku melihat ke ponselku.
Sayangnya, pemberitahuan yang diharapkan belum diterima.
“Mungkin ada masalah tak terduga, kartu trufnya tak kunjung datang, kukira.”
Strategi Haruka untuk menyabotase festival budaya, tidak, secara sukarela keluar dari sekolah.
Ini pada dasarnya seperti jurus pamungkas yang tak terbendung.
Sebanyak apa pun tindakan pencegahan dirancang, tidak ada cara untuk sepenuhnya mencegahnya.
Jika Haruka sendiri berniat untuk tetap berada di sekolah ini dan berulang kali menyabotase karena putus asa, seperti Kushida sebelumnya, aturan ujian khusus bisa saja digunakan untuk memaksanya dikeluarkan dari sekolah. Sangat mudah untuk memikirkan strategi yang akan melampaui trik-trik kecil yang mungkin dia mainkan.
Tetapi Haruka tidak mengambil strategi yang tidak sebanding dengan harganya.
Dia sadar bahwa kemampuannya jauh di bawahku, jadi dia memilih cara yang paling efisien.
“Apa tidak masalah ini dibiarin?”
“Bukan aku yang memutuskan itu. Terserah Haruka dan Akito untuk memutuskan. Jika mereka tetap tidak ingin berpartisipasi dalam festival budaya, maka itu juga apa boleh buat.”
“Tapi aku tidak berpikir Ayanokōji-kun benar-benar berpikir seperti itu.”
“Emangnya kamu tahu?”
“Aku tahu. Habis aku saja kamu tolong. Kamu tidak akan mengabaikan Hasebe-san dan Miyake-kun begitu saja, bukan?”
Rupanya, Kushida mungkin bisa melihat apa yang akan aku lakukan.
“Kau tidak mencoba membujuk mereka sampai saat ini, apa untuk menguji mereka berdua?”
“Itu karena aku tidak tahu apa tujuannya. Apakah itu untuk merusak festival budaya atau bukan. Tapi dari fakta bahwa mereka belum melakukan apa pun sejauh ini, aku punya tebakan kasar. Aku akan mendatanginya sekarang.”
“Kamu tahu mereka ada di mana?”
“Untuk itu, aku sudah melakukan banyak hal.”
Aku memperlihatkan layar ponselkju dan pesan dari seseorang berisi lokasi Haruka saat ini.
“Kau punya sekutu yang bisa diandalkan ya. Kamu bisa tahu keberadaanku juga berkat orang ini, ‘kan?”
“Ya. Karena dia adalah orang yang sempurna untuk mencari atau mengawasi seseorang.”
Dia selalu tahu di mana Haruka dan yang lainnya berada.
“Tapi pada akhirnya, tidak banyak upaya yang bisa aku lakukan. Apakah aku bisa menggetarkan hati kedua orang itu atau tidak, itu benar-benar masalah lain. Aku pergi dulu.”
Aku menyerahkan urusan yang di sini pada Kushida dan yang lainnya dan memutuskan untuk pergi menemui Haruka.
Masih jadi misteri siapa Intel nya Kiyotaka (Walaupun sebelumnya ada yg bilang Sakurako sih)
ReplyDeleteSiapa sakuyako??
DeleteMenurut gw intel nya sakayanagi
Sakurako Tsubaki itu murid kelas 1C seangkatan sama Yagami (1B), Ichika (1A), Housen, Nanase (1D) sama Riku (1D) dan dia pengen ngeluarin Kiyotaka. Plan dia lumayan bahaya waktu ujian gabungan kelas 1 dan 2, sama ujian pulau tak berpenghuni. Di pulau Kiyotaka selamat habis dibantu Sakayanagi sama Ryuuen (Tapi Ryueen ngincer duit doang aslinya). Sakurako emang muncul di ilustrasi Youzitsu Second Year Volume 7 bisa dicek di website fandom nya.
Deleteoh tsubaki gw kenal, klo sakurako asing bagi gw.
Deleteemang gimana ceritanya dia jadi intel ayanokoji, padahal setahu gw dia ketemu langsung pas awal semester doang, itu juga kaga ngasih kontak. dan setelah ujian pulau tak berpenghuni kaga pernah ketemu lagi secara langsung atau tidak langsung yg diceritain di novelnya
Nah, itu juga yg gue bingung bro. Mangkanya di postingan sebelumnya ada yg bilang intelnya Kiyotaka itu si Tsubaki ya gue bingung. Kayanya ga cocok kalo dia yg ngabarin Kiyotaka dimana di Kushida dan Ichika sementara mereka ga dekat. Yg kontak nya 2 arah ke Kiyotaka dan Ichika paling ya Sakayanagi (Pernah ketemu di kapal pesiar) sama Suzune dan Ibuki (Tapi sibuk di kafe masing masing. Ga sempet mata matain orang lain).
DeleteTapi kalo Sakayanagi yg juga ngawasin Hasebe kurang pas kayanya. Kita tunggu aja update selanjutnya.
Ga tau ya seneng aja nebak nebak gini. Kadang bener dan berasa pinter aja gitu (Walaupun aslinya bego dunia akhirat).