Bab 3
Perjalanan Sekolah Hari Ke-2
7
Di bagian oleh-oleh yang belum sempat ku singgahi, dipajang berbagai oleh-oleh dari Hokkaidō.
“Aku baru ingat, Nanase menyebutkan soal keripik kentang berlapis cokelat, ‘kan?”
Aku coba mencari yang mana itu, tapi tidak dapat kutemukan, mungkin karena ryokan tidak menjualnya.
Jadi aku harus mencarinya dalam tur wisata besok atau saat aktivitas bebas di hari terakhir.
Aku harus mencarinya di ponsel untuk menemukan toko yang menjualnya.
“Ups...”
Pikirku begitu, ketika aku menyalakan dayanya dan memeriksa ponselku, ada banyak sekali pesan dan log panggilan masuk sekaligus.
Tentu saja pengirimnya adalah Kei.
[Kamu di mana?]
[Kemarin dan hari ini kita sama sekali belum pernah ketemu]
[Lagi sibuk?]
[Aku kangen nih]
[Aku kangen niiiiiih]
Dan seterusnya, dan ketika aku membuka aplikasi, semua pesan yang dikirim setiap beberapa detik ditandai sebagai telah dibaca sekaligus.
Tak lama setelah itu ponselku berdering.
[Uh———!]
Aku ingin tahu apakah, seperti geraman kucing, adalah ungkapan yang tepat untuk mengumpamakan ini.
“Kamu marah?”
[Gak marah ko~ok!]
Begitu, yang aku tahu pasti adalah kalau dia sangat marah.
[Kasih perhatian dikit kek ke aku!?]
“Maaf. Kita sedang dalam perjalanan sekolah dan ada banyak hal yang harus kulakukan.”
[Mungkin memang begitu, tapi kan!]
“Aku dapat informasi dari Kushida soal grup 11 dan sudah kupastikan kalau Kei baik-baik saja. Itulah kenapa aku sudah merasa lega.”
[Fu~uun? Kedengarannya kamu bersenang-senang dengan Kushida-san! Dia juga imut ‘kan! Dasar tukang selingkuh!]
“Mau bagaimana lagi kami kan satu grup. Selain itu, kamu tahu kan Kushida itu orangnya seperti apa.”
[Itu mah gak ada hubungannya. Payudaranya juga besar! ...Dan Kiyotaka... aaarh!]
(Tln: bentar-bentar, aku pensaran lanjutannya Kiyotaka apa?)
“Oke oke. Aku bisa meluangkan waktuku sekarang, jadi ayo kita ketemuan di suatu tempat.”
[Beneran!? Kalau begitu, aku akan main ke sana!]
Sangat mementingkan diri sendiri, dia pun langsung terdengar ceria lagi.
“Kurasa lebih baik jangan deh. Ryūen juga ada di kamarku.”
[Ah... iya juga]
“Kamu di mana sekarang?”
[Di kamar, tapi mungkin ketiga gadis lainnya masih mandi. Belum lama tadi aku bersama mereka. Tapi aku kembali lebih dulu karena aku mau nelpon Kiyotaka]
Kei sangat mencemaskan bekas luka di tubuhnya, tapi tampaknya dia telah benar-benar mengatasinya.
“Aku bawa kunci kamar kami, jadi aku akan kembali ke kamar dulu. Aku akan meneleponmu setelah itu, jadi tunggu saja.”
[Ya!]
Aku menunggu Sudō di bagian oleh-oleh selama kurang dari 5 menit. Karena tidak ada tanda-tanda dia akan kembali, aku menjadi penasaran dan memutuskan untuk memeriksa koridor yang mengarah ke halaman belakang.
Kemudian, Sudō berdiri sendiri dalam posisi yang sama seperti ketika dia melakukan pengakuan.
Karena Horikita tidak terlihat, kemungkinan ia sudah pergi.
“Sudō?”
Karena Kei juga sedang menungguku, aku merasa tidak enak tapi mendekati dan memanggilnya.
“Ah, sialan!”
Dari suaranya yang kudengar, ada kemungkinan dia sedang memasang wajah kesal, tapi———.
“Hah tetap tidak bisa...!”
Berbalik ke belakang, wajah Sudō terlihat frustrasi, tapi dia tampak berseri-seri.
“Enggak, maaf. Aku bengong karena aku tidak bisa melupakan sentuhan tangan Suzune.”
“Jadi begitu ya.”
“Apa kau melihatnya? Tadi itu gagal total.”
“Meski begitu, itu adalah kegagalan yang patut kau banggakan.”
Aku sudah diperlihatkan pengakuan yang sungguh sangat jantan.
“Bahkan jika pengakuanku ditolak, aku tidak berniat menyerah. Aku bahkan berpikir untuk menunjukkan versi diriku yang lebih besar tahun depan dan menyatakan perasaanku lagi. Tapi itu kayaknya sulit. Setidaknya aku menyadari bahwa aku tidak bisa menjangkaunya.”
Sudō merasakan sesuatu yang tidak bisa dirasakan olehku, yang menonton dari kejauhan.
“Ini bukan lagi soal menyerah atau tidak menyerah. Aku masih menyukainya tapi, gimana ya, aku merasa dia seperti bunga pujaan yang tidak bisa kuraih.”
Dia sepertinya tidak bisa menyimpulkannya dengan baik, tapi dia sedikit tertawa ketika mengatakan itu.
“Apa yang akan kau lakukan soal Onodera?”
“Mana kutahu. Kau bahkan tidak mendengar sendiri perasaan dia yang sebenarnya, bukan?”
“Betul juga.”
“Yah, jalani saja apa adanya. Onodera adalah gadis yang baik dan hobi kami sama. Aku sudah kehilangan banyak pikiran jahatku tentang Suzune, jadi aku merasa bisa bergaul dengannya dengan adil.”
Apakah itu akan berkembang menjadi cinta atau tidak, itu mungkin nomor dua.
“Kukasih tahu ya, mulai sekarang aku akan belajar dengan giat. Selama ini aku melakukannya demi orang lain, tapi mulai hari ini aku akan berusaha sekuat tenaga untuk diriku sendiri. Targetku kini adalah mencapai level Hirata.”
“Itu target yang cukup besar.”
Jika dia melewati rintangan itu, akhirnya lawan yang akan dia hadapi hanya tinggal Horikita dan Keisei, yang berada di peringkat teratas seangkatan.
Dia bisa fokus pada tujuan yang lebih tinggi alih-alih terus berkecil hati karena telah ditolak.
Wah, sering mainin tt nya kei kek nya nih si ayano klo lg tidur bareng kei
ReplyDeleteDan Kiyotaka suka oppai yg besar. Mungkin Kei mau ngomong gitu.
ReplyDeleteBtw, selamat berusaha Sudou.
Dan Kiyotaka kamu punya t-rex!
ReplyDelete