Bab 5
Perjalanan Sekolah Hari Ke-4
Di pagi hari, hari keempat perjalanan sekolah. Besok sudah waktunya untuk kembali ke sekolah.
Karena ini adalah kali kedua aktivitas bebas, aku ingin menjadikan hari ini tanpa penyesalan.
Hasil dari tur wisata kemarin rupanya menunjukkan 10 grup, atau setengah dari total 20 grup, mendapat 20 poin atau lebih, dan semuanya memperoleh 30.000 poin pribadi.
Sementara itu, anggota grup 15, di mana Mi-chan dan Miyamoto termasuk di dalamnya, didiskualifikasi karena mereka gagal memenuhi batas waktu, sehingga mereka harus mengikuti sesi belajar di penginapan hari ini. Aku merasa sedikit kasihan pada mereka, tapi hanya itu yang bisa kulakukan. Setelah sesi belajar selesai, ku harap mereka bisa berendam di mata air panas dan menikmati perjalanan mereka semaksimal mungkin.
Karena pemandian umum sedang dibersihkan, aku segera berganti pakaian. Tadinya aku ingin menonton TV seperti kemarin, tapi hari ini Kitō tampaknya menjadi pemakai pertama dan dia menghadap ke layar seperti sedang melahapnya. Aku tidak tahu detailnya, tapi itu tampaknya adalah acara khusus fashion yang diminati oleh Kitō.
“Hei, Ayanokōji. Katanya mau ada perang bola salju di luar.”
“Perang bola salju?”
Watanabe yang juga sudah berganti pakaian, menunjukkan ponselnya.
Sepertinya ada ajakan dari banyak orang yang ingin melakukan perang bola salju yang bisa diikuti siapa saja selepas ini.
“Kedengarannya menarik, ayo kita tonton.”
“Bagaimana dengan Ryūen dan Kitō?”
Kitō tidak menjawab apa-apa karena terlalu asyik menonton TV, sementara Ryūen tanpa ragu pergi ke tempat duduk favoritnya di kamar yang menandakan dia tidak mau ikut.
“Kalau begitu kita saja yang pergi.”
“Ya.”
Kami meninggalkan air dan minyak, tapi kali ini mari kita percayakan pada hati nurani mereka.
Ketika aku dan Watanabe keluar ryokan, sejumlah besar siswa sudah berkumpul.
“Selamat pagi, Kiyotaka-kun, Watanabe-kun.”
Yōsuke yang sedang berdiri di dekat pintu masuk sambil menggenggam ponselnya, menyapa kami.
“Bayak juga ya. Apa mereka semua sangat tertarik dengan perang bola salju?”
“Kurasa bukan hanya itu. Ini seperti perang bola salju untuk mendapat poin pribadi. Ini memang taruhan, tapi syarat untuk ikut main kamu hanya harus membayar 1000 poin. Tim yang menang mendapatkan poin dari tim yang kalah.”
Aku mengerti. Jadi, sekalipun kalah kita hanya akan kehilangan sedikit poin, dan jika menang, kita mendapat poin untuk membeli satu atau dua oleh-oleh tambahan. Maka tidak heran jika ini mudah dan mengasyikkan.
“Tapi apa ini gak masalah? Ini tempatnya memang luas, tapi masih ada di halaman ryokan.”
“Ya. Aku sudah tanyain, dan katanya tidak apa-apa jika dilakukan di pagi hari. Kupikir alasan utamanya juga karena tidak ada yang menginap di sini kecuali kita para siswa perjalanan sekolah.”
Aturannya tidak berubah, sederhana dan jelas, tidak boleh menangkap, hanya boleh menghindar. Siswa yang terkena bola salju harus meninggalkan lapangan. Tetapi bola salju harus memiliki ukuran tertentu, misalnya, jika bola salju itu berbentuk bubuk dan dilemparkan seperti shotgun, atau jika bola itu berhamburan di udara, maka itu tidak sah, meski bola itu mengenai target. Sedangkan untuk siapa yang terkena bola salju, pendapat pribadi dan wasit akan diperhitungkan.
Yah, seharusnya tidak ada yang dengan sengaja menipu demi sedikit poin pribadi.
“Sudah berapa banyak yang ingin ikut?”
“Saat ini kupikir ada sekitar 30 orang. Ayanokōji-kun juga mau ikut?”
(Tln: ini benar-benar membingungkan, kenapa Hirata manggil nama Kiyotaka dengan cara yang beda-beda. Masak kesalahan ketik terus-terusan diulang)
“Tidak, aku...”
Aku berniat menolaknya, tapi kemudian aku berpikir, perang bola salju ya?
Jika aku tidak ikut kali ini, aku mungkin tidak akan pernah mendapat kesempatan lain untuk mencobanya.
“Aku ingin mencobanya, tapi aku tidak punya tim.”
“Tenang saja. Aku akan memasukanmu ke tim yang kekurangan orang, tunggulah sebentar kalau mau.”
Yōsuke sepertinya akan mengurus hal-hal yang merepotkan, jadi aku sangat berterima kasih.
Atau mungkin itulah sebabnya dia ada di dekat pintu masuk. Padahal ada banyak kesulitan dalam mengurus itu sendiri, tapi Yōsuke mungkin akan merasa lebih tenang jika ia bisa mengatur semuanya.
Saat aku menunggu sekitar 10 menit hingga tenggat waktu, Horikita juga muncul, mungkin sudah mendengar tentang perang bola salju di ryokan.
“Aku sudah dengar kabarnya, tapi banyak juga yang sudah kumpul ya.”
“Apa kamu mau ikut juga?”
“Yah... ini adalah perjalanan sekolah. Aku mungkin akan ikut jika masih ada ruang.”
Dia tidak berniat untuk ikut, tapi sepertinya dia telah mengubah pikirannya setelah melihat mereka yang ikut lebih banyak dari yang dia bayangkan.
“Kalau begitu, ayo kita bertarung, Horikita.”
Ibuki muncul dari kerumunan dan menantang Horikita untuk bertarung, seolah dia telah menunggunya.
“...Ternyata ada kamu juga, Ibuki-san. Kamu benar-benar muncul dari mana-mana. Tapi okelah. Ini hanya permainan, tapi aku bisa meladenimu jika kau mau.”
Segera setelah dia menjawab, Ibuki mengepalkan tinjunya.
“Mau itu permaianan atau bukan, kalah tetap kalah. Nanti jangan mengarang alasan seperti anak kecil, oke?”
“Kalimat itu kukembalikan padamu.”
Yōsuke tampaknya memperhatikan mereka berdua, dan ketika aku mengintip ponselnya, dia benar-benar memasukan mereka ke tim yang terpisah. Tidak menarik sih jika mereka ada di tim yang sama.
Sekalian saat aku mengintip, aku berbisik ke telinga Yōsuke untuk meminta dia melakukan sesuatu.
“Selamat pagi, semuanya.”
Sementara aku berbisik, Kushida muncul bersama Yamamura, Nishino dan Amikura.
“Kerja bagus, Kushida. Kau mengajak Yamamura dan yang lainnya juga.”
“Eh? ...Yah, un.”
Kukira ia akan memberiku senyumannya yang biasa, tapi Kushida memalingkan muka dan memberikan jawaban yang tidak jelas.
Namun segera, dia kembali tersenyum.
“Aku bilang aku akan menunggu di kamar sampai Nishino-san dan Yamamura-san keluar, toh ini jarang-jarang kan.”
“Keputusan tepat.”
Selama ini kami telah menghabiskan waktu sebagai sebuah grup, karenanya hubungan kami sedikit demi sedikit mulai membaik.
Menghabiskan waktu bersama, baik mau ikut serta atau hanya menonton, akan lebih bermakna.
“Kau juga mau ikut?”
Ibuki juga mengatakan itu pada Kushida.
“Nn? Perang bola salju?”
“Ya. Aku dan Horikita sudah mutusin buat bertarung sih.”
“Oh begitu. Tapi aku enggak deh. Menghantam seseorang dengan bola salju itu tidak baik. Aku kasihan sama yang kena, jadi aku tidak sanggup melemparnya.”
“Ha~h?”
Seolah sikap Kushida itu benar-benar memuakkan, Ibuki membuat gerakan jijik.
Melihat itu, Horikita langsung menghantamkan chop ke pinggang Ibuki.
(Tln: chop = tebasan pakai jari-jari tangan yang diluruskan)
“Aw! Apa yang kau lakukan!”
“Lawanmu itu aku, bukan? Jika kau memikirkan hal lain, kau akan kalah dengan mudah.”
“Tidak mungkin aku kalah. Aku pasti akan membuatmu menangis!”
Jadi begitu. Aku sempat berpikir bahwa jarak antara Horikita dan Kushida telah berubah belakangan ini, tapi nampaknya Ibuki memiliki peran dalam hal itu. Mereka adalah trio yang saling bermusuhan, tapi anehnya, itu mungkin memiliki efek pembersihan diri yang baik.
Jumlah siswa yang berpartisipasi terus meningkat perlahan-lahan, sampai akhirnya ada 42 orang dalam 6 tim.
Ada 4 tim dengan 7 orang yang dibentuk sendiri.
Dan 2 tim yang terdiri atas orang-orang yang belum memiliki tim sepertiku dibentuk.
Ini bukan dalam format seperti turnamen, tapi hanya satu kali pertandingan.
Yōsuke mungkin juga memikirkan keseruannya, jadi dia menetapkan kartu unggulan Horikita vs Ibuki sebagai pertandingan ketiga dan terakhir.
Pertandingan pertama, tim yang terdiri atas 7 anak laki-laki yang dipimpin oleh Ishizaki dkk.
Dan tim yang terdiri atas 7 anak laki-laki, dipimpin oleh Sudō. Ini benar-benar bentrokan antar laki-laki.
Bola salju yang kuat terbang ke kiri dan kanan sejak dimulainya pertandingan.
Seperti dugaanku, dengan total 14 bola salju, sulit bagi semua orang untuk menghindari semuanya.
Dalam hitungan sekitar 10 detik, total 6 orang dari kedua tim telah menghilang.
Ngomong-ngomong, Ishizaki yang bersemangat sejak awal juga keluar dalam waktu 10 detik itu.
Di sisi lain, Sudō tampaknya bahkan menuangkan rasa frustrasinya karena ditolak oleh Horikita ke dalam bola salju, menendang keluar tim lawan satu demi satu. Namun, ada Albert di tim Ishizaki, dia cukup gesit untuk menghindari bola salju meski tubuhnya besar, dan telah berjuang dengan mengalahkan 2 orang sejauh ini.
Yamamura diam-diam menonton pertandingan seru itu, jadi aku mendekatinya sedikit.
“Meriah sekali ya.”
Balasnya begitu dia menyadari kehadiranku.
Ekspresi wajahnya sama seperti biasanya, dengan sedikit gelombang, tapi kelihatannya dia cukup senang.
“Ya, sepertinya begitu.”
Haah, Yamamura bernapas dan menghembuskan napas ke telapak tangannya.
Tangannya tidak mengenakan sarung tangan yang seharusnya dia dapat dariku di area ski.
“Jangan-jangan kamu lupa pakai sarung tanganmu lagi?”
“Iya.”
Aku hendak melepas sarung tanganku sendiri, tapi Yamamura menghentikanku.
“Maaf, aku bercanda. Aku bawa kok kali ini.”
Mengatakan itu, dia mengeluarkan sarung tangan dari sakunya. Ekspresinya sedikit tersenyum.
“Jadi Yamamura juga bisa bercanda.”
“...Enggak cocok ya, aku tahu.”
Senyumnya langsung menghilang seketika, dan aku menyadari bahwa ucapanku itu tidak perlu.
“Bukan, cocok kok. Aku merasa kita sudah sedikit membentuk ikatan sebagai sebuah grup.”
Setidaknya bisa dibilang ini sebuah perubahan yang tidak terpikirkan sebelumnya sejak hari pertama.
“Aku juga———merasakan itu. Hawa kehadiranku selalu kecil, jadi orang jarang memperhatikan apa pun yang aku lakukan... tapi Kushida-san, Nishino-san dan Amikura-san. Mereka semua memperhatikanku, dan mengizinkanku berbaur dengan mereka. Semua berkat grup.”
Tanpa perjalanan sekolah, kesan mereka tentang Yamamura akan tetap lemah sampai lulus.
Bagi Yamamura dan gadis-gadis lainnya, ini adalah perjalanan sekolah yang baik dan berkesan.
Pasti ada banyak siswa-siswi di grup lain yang juga mulai menutup jarak.
Setelah selesai mengenakan sarung tangan pada kedua tangannya, Yamamura mengulurkan dan membuka telapak tangannya ke arahku.
“Bukan hanya anak perempuan, tapi juga anak laki-laki. Sedikit berbeda dari apa yang kubayangkan selama ini.”
Tidak seperti hari pertama saat grup terbentuk, ada kelembutan dalam sikap Yamamura. Tentu saja, ini hal yang kecil jika dibandingkan dengan siswa lain, tetapi ini adalah perubahan yang jelas.
“Perjalanan sekolah yang awalnya kukira akan lama, berakhir hari ini ya.”
“Ya.”
Menjalani perjalanan sekolah dengan anggota yang tidak kamu sukai, waktu itu pasti terasa sangat lama dan lambat. Tapi hanya dengan menilai ulang bawah mereka ternyata tidak buruk juga, sudah cukup untuk membawa perubahan yang sulit dipercaya kalau kami berada pada aliran waktu yang sama.
“Aku yakin bukan hanya Yamamura yang sudah berubah. Kitō, Watanabe, Amikura dan Nishino pasti juga sedikit banyak berubah setelah pengalaman ini.”
Grup kami selalu berada dalam masalah, tapi sebaliknya, itu juga bisa menjadi bumbu tersendiri.
“Sedikit demi sedikit, aku merasa umpatan Kitō-kun pada Ryūen-kun semakin berkurang.”
“Hee.”
“Sejak grup dibentuk, dia terus bilang seperti mau membunuhnya-lah, mengirimnya ke neraka-lah.”
Itu memang mengerikan. Yah bukan karena mereka berdua sudah akrab, hanya saja mereka terlalu sering adu mulut sehingga mereka sudah mati rasa.
Hanya saja, citra yang kumiliki tentang Kitō sudah banyak berubah. Aku awalnya mengira dia sama sekali bukan tipe orang yang suka bicara, tapi ketika aku ada di dekatnya, ternyata dia mau bicara denganku.
Tapi mungkin ada banyak yang salah dengan apa yang dia katakan... sih.
Apalagi para siswa di kelas Sakayanagi dan Ryūen saling mewaspadai satu sama lain.
Hampir tidak ada kesempatan untuk melihat sisi baik satu sama lain.
“Tokitō juga dekat sekali ya dengan Sakayanagi.”
“Kalau dipikir-pikir... sepertinya mereka mengobrol terus saat berada di dalam grup.”
Sekarang pun mereka sedang menonton perang bola salju berdampingan, dan kelihatannya mereka asyik membicarakan banyak hal.
Seketika setelah aku melihat wajah Yamamura, aku bisa melihat bahwa ekspresi senangnya barusan telah memudar.
Jika aku harus mengungkapkan ekspresi itu dengan kata-kata, [tidak menarik], mungkin adalah kata yang paling mendekati.
Apakah dia jatuh cinta pada Tokito, atau apakah dia memiliki perasaan terhadap Sakayanagi?
Rasa-rasanya salah satu dari dua kemungkinan itu benar.
“Apa pendapatmu tentang Sakayanagi, Yamamura?”
Pertanyaan itu tidak dimaksudkan untuk menyelidik, tapi murni karena aku ingin tahu hubungan mereka.
“Pendapatku... maksudnya?”
Yamamura yang perhatiannya ada di tempat lain ketika aku bertanya, terkejut dan bertanya balik.
“Aku hanya ingin tahu bagaimana perasaanmu jika kamu melihat pemimpin Kelas A yang kompeten dari sudut pandangmu sebagai rekannya.”
“Entahlah, aku tidak begitu tahu. Lagipula aku tidak dekat dengan siapa pun secara khusus, dan terlebih lagi, aku hampir tidak pernah bicara dengan Sakayanagi-san.”
Mengatakan itu, dia tersenyum mengejek diri sendiri.
Itu artinya dia tidak memiliki teman karena hawa kehadirannya yang tipis.
Dengan kata lain, apakah itu hanya perasaan yang disebabkan oleh kekaguman, seperti rasa iri pada Tokitō yang bisa bicara santai dengannya?
“Kalau begitu kenapa kamu tidak ambil kesempatan ini untuk mengajaknya bicara? Siapa tahu dia mungkin akan menerima ajakanmu.”
“Aku tidak punya keberanian untuk melakukan itu.”
“Lalu gimana dengan Kitō? Kalian sudah lebih dekat karena aktivitas grup kali ini, ‘kan?”
“Eh... itu, enggak deh kalau anak laki-laki...”
Niatku hanya ingin bercanda ringan, tapi Yamamura menolaknya lebih dari yang kukira.
“Maaf. Aku sudah terlalu menganggapnya enteng.”
Biarpun tidak ada perasaan di antara mereka, jika menyangkut pria dan wanita wajar saja untuk menjadi sensitif.
“Aku tidak masalah. Aku tahu kamu mengatakan itu untukku. Terima kasih.”
Aku melihat Yamamura, kemudian melihat sekeliling ke arah para siswa yang ada di sini.
Pertemuan baru, teman baru.
Lalu kebenaran dan kebohongan, mereka yang bisa melihat itu dan mereka yang kebenarannya dilihat.
(Tln: itu diatas mengacu ke kalimat sebelumnya)
Perjalanan sekolah untuk mengetahui motif tersembunyi satu sama lain dengan saling memeriksa.
Aku ingin tahu kelas manakah yang akan menjadi pemenangnya nanti.
“Sekarang aku belum bisa... tapi akan kupikirkan lagi.”
Jawab Yamamura sebagai tambahan akhir.
“Bagus deh.”
Kami berhenti bertukar kata di sini dan mengalihkan perhatian kami ke pertandingan.
Albert menunjukkan lengannya yang kuat, namun akurasi lemparannya tidak terlalu tinggi, dan akhirnya, kelincahan dan serangan akurat Sudō yang menentukan pemenangnya.
Sudō memang hebat karena selalu menghasilkan yang terbaik dalam olahraga dan dalam situasi apapun.
Horikita juga memberi Sudō tepuk tangan meriah.
Dari kejauhan, Onodera juga dengan polos tampak menyemangati dia.
(Tln: Wanjir, jadi cowok populer)
Dilanjutkan ke pertandingan kedua. Meski ini adalah pertandingan campuran, tidak ada siswa dengan hasil yang luar biasa seperti Sudō dan Albert, jadi daripada kompetisi yang serius, pertandingan ini lebih seperti mengulur waktu bermain dengan suasana yang ceria.
Tapi tak lama kemudian pertandingan diselesaikan, mereka mengakhirinya dengan saling memuji bahwa itu adalah pertandingan yang seru.
“Sudah waktunya giliran kalian, ‘kan? Semangat ya.”
Akhirnya, pertandingan ketiga. Pertandingan antara aku, Ibuki dan tim Horikita dimulai.
“Ayo kita berjuang bersama, Yamamura”
“Eh...?”
Begitu kukatakan itu padanya, dia terlihat bingung.
“Aku sudah minta Yōsuke agar Yamamura dimasukan juga.”
“E-Eeeh!? A-Aku tidak bisa. Jangankan ngebantu, yang ada aku hanya akan menjadi beban.”
“Jika kita kalah, aku yang akan membayar poinnya, jadi jangan khawatir.”
“Bukan itu masalahnya...!”
“Hanya dengan berada di sana untuk mengepaskan jumlah pemain sudah cukup membantu. Ayo pergi?”
“Tidak mungkin...”
Ketika aku mulai berjalan, Yamamura mengikutinya, meskipun ia menunjukkan sedikit keraguan.
Dia tidak ingin menarik perhatian banyak orang jika ternyata ada satu orang yang tidak hadir.
“A-Aku benar-benar tidak tahu, loh?”
“Enggak papa. Kamu lihat pertandingan tadi kan, ini hanyalah permainan.”
“Tapi... ada juga yang tidak menganggapnya begitu.”
“Aku pasti menang!”
Dalam semangat tinggi, Ibuki telah memulai latihan membayangkan urutan tindakan, mulai dari mengambil salju, mencengkeramnya, dan melemparkannya.
“Abaikan saja dia.”
Aku menyuruh Yamamura untuk mundur ke posisi paling belakang.
Ini untuk agar dia tidak menjadi sasaran para siswa di depannya.
Daripada untuk mengenai seseorang dengan bola salju dan mengalahkannya, aku ingin dia lebih fokus untuk bersenang-senang selama mungkin.
Begitu pertandingan dimulai, seperti 2 pertandingan sebelumnya, banyak bola salju yang mengincar ke arah para siswa yang bertarung di barisan depan.
Di sisi lain, bola salju yang meleset dan mengarah ke belakang juga berterbangan, tapi jika kau berhati-hati, kau tidak akan terkena.
“Wa-Wah!?”
Yamamura berusaha mati-matian menghindari bola salju tanpa diberi waktu untuk mengumpulkan salju dan melemparkannya.
Namun, salah satu bola salju yang berterbangan itu seperti akan mengenai pinggul kiri Yamamura.
“Ups———”
Untuk menolong Yamamura agar tidak terkena bola salju itu, aku menarik lengan kanannya tanpa seizinnya.
“Ma-Maaf, terimakasih sudah menolongku.”
“Jumlah orangnya mulai berkurang dan garis depan bertempur sengit. Ayo kita buat bola salju selagi bisa.”
“E-Eng, ba-baik.”
Bola salju yang dia kumpulkan dengan terburu-buru berhasil dibuat lebih besar dari yang kuperkirakan.
Sepertinya itu tidak mungkin sampai ke seberang, tapi itu masih cukup menarik jadi aku tidak mengatakan apa-apa.
“Eii...”
Suaranya jauh dari kesan penuh semangat, sebuah bola salju besar terbang di udara.
Dan mendarat di area sendiri.
“Ah...”
“Don’t mind. Sebaiknya kamu buat yang lebih kecil kali ini.”
“Ba-Baik.”
Yamamura dengan buru-buru mulai mengumpulkan salju lagi.
Sementara itu, pertandingan masih terus berjalan, dengan para siswa saling menjatuhkan.
Aku ingin dia setidaknya mengalahkan satu orang tapi———.
Yamamura selesai membuat bola salju keduanya, tapi dia terlalu fokus pada lemparannya dan hanya yang penting sekuat tenaga sehingga ia melemparnya hampir lurus ke bawah, dengan jarak yang lebih pendek dari sebelumnya.
“Ah, duh.”
Karena 3 orang garda depan tim kami telah terkena bola salju, mata lawan mulai terfokus pada Yamamura.
Aku menjauh dari Yamamura untuk menarik fokus lawan dan maju ke depan.
Kemudian aku dengan cepat mengumpulkan salju dan kulempar bola salju itu hingga mengenai Nakanishi yang mencoba mengincarku.
Tapi ini menjadi bumerang. Yamamura lupa untuk menghindar dan hanya melihat salju di bawah kakinya, jadi kepalanya terkena bola salju yang dilemparkan oleh Yano.
“Ah...!”
Bola salju yang digenggamnya pun sia-sia karena ia keluar, Yamamura buru-buru meninggalkan area sambil mengangkat tangannya.
Meskipun dia pasti sedih, dia juga terlihat frustrasi, aku bisa tahu itu dari wajahnya.
Maka baguslah, aku harap dia setidaknya mencicipi sedikit ketegangan dan kesenangan dari perang bola salju.
Setelah itu, saat kami berulang kali saling mengenai satu sama lain, satu demi satu dari kami tersingkir, dan hanya menyisakan Horikita di tim lain.
Di sisi lain, ada 2 orang di tim kami, aku dan Ibuki. Melihat situasinya, tentu saja kami lebih unggul.
Ibuki berdiri di belakangku melipat tangannya.
“Kau mengganggu.”
“Aku tahu.”
Bukan menghindarinya, aku menangkap bola yang dilempar oleh Horikita dengan tanganku.
Menangkap itu artinya tentu saja keluar.
“Apa maksudmu?”
“Ibuki ingin pertarungan satu lawan satu. Pemimpin kami bilang bahwa kami akan menang, jadi kupikir aku harus mematuhinya.”
Itu hanya sebentar, tapi aku benar-benar menikmati perang bola salju, jadi aku tidak meminta lebih dari ini.
Sekalipun aku mengalahkan Horikita dengan paksa, itu tidak akan menarik.
Di sisi lain, aku sangat tertarik dengan pertandingan mereka berdua yang mungkin tidak banyak perbedaan dalam hal kemampuan.
“Aku sedikit tidak menyukainya, tapi okelah. Dengan ini aku bisa fokus pada Ibuki-san saja.”
“Jadi kuserahkan padamu, Ibuki. Kamu harus membayar biaya untuk oleh-oleh.”
“Berisik, cepat keluarlah. Tidak mungkin aku kalah dari Horikita.”
Dengan banyak orang yang menonton, pertarungan antara Horikita dan Ibuki akan segera dimulai.
Tidak ada hasil imbang di pertandingan ini.
Jika wasit menyatakan bahwa mereka terkena pada saat yang sama, itu berarti pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu.
Ini hanya perang bola salju, tapi bagi kedua belah pihak, tidak ada yang mau kalah dalam pertandingan ini.
“Pertarungan untuk memperjelas hitam dan putih itu memang yang terbaik, ya.”
Sejak tadi pertarungan bola salju memakai sarung tangan, tapi di sini Ibuki melepaskan sarung tangannya dan menggenggam bola salju di tangan kanannya.
Ini mungkin strategi untuk membuang perlindungan akan dingin dan meningkatkan akurasi lemparannya.
Horikita takut kehilangan kendali pada ujung jarinya karena kedinginan, jadi dia bertarung tanpa melepas sarung tangannya.
Untuk pertarungan jangka pendek, Ibuki memiliki keunggulan, untuk pertarungan jangka panjang, Horikita memiliki keunggulan, kira-kira seperti itu.
“Maaf, aku tidak membantu sama sekali.”
Gumam Yamamura sambil menggerakkan bahunya ke atas dan ke bawah, mungkin masih sedikit kehabisan napas.
“Enggak papa. Apa kau sedikit bersenang-senang?”
“Ya... kalau bisa aku ingin mengenai musuh.”
Kata Yamamura, dia mengangkat sudut mulutnya, meskipun hanya sedikit.
Dia tidak bisa melakukan perang bola salju dengan anggota yang sama, tapi dia akan memiliki kesempatan untuk bertarung dalam kompetisi lain.
Aku ingin ia menyimpan kekesalannya sampai saat itu dan membalaskan dendamnya.
Kembali ke arena, kami fokus pada 2 gadis yang saling berhadapan satu lawan satu.
“Ini pertarungan yang serius... bukan?”
“Ya.”
Ibuki ingin menyelesaikannya dalam waktu singkat, tapi Horikita menyadari itu dan memprioritaskan untuk menghindar daripada menyerang.
“Kau tampak gelisah!”
Karena semakin frustrasi dan tak sanggup menahan dingin di ujung jarinya, Ibuki mulai terlihat tidak sabar. Dalam pertandingan yang mulai berlangsung lama, bola salju kedelapan Ibuki yang dilemparkan ke arah Horikita menyerempet dekat pipinya.
“Berikan saja kemenangannya padaku!!”
“Tidak bisa dong.”
Ibuki terlihat lelah, tapi bola cepat yang ia cengkram kembali menyerang Horikita.
Sambil menghindari itu, dia melemparkan bola salju yang sudah dia pegang selama beberapa saat, sebagai balasan.
Tapi hebatnya Ibuki. Meskipun kelelahan, dia tidak lengah dan menghindari itu sampai hampir terjatuh.
“Kelelahanmu sepertinya sudah memuncak ya, mari kita akhiri ini sekarang.”
Horikita di sisi lain nampaknya tidak ingin bertarung lebih lama lagi dan berganti untuk menyerang.
Dengan kata lain, ini adalah satu lemparan untuk mengakhiri semuanya dari kedua belah pihak.
Pertarungan satu lawan satu yang berlangsung lama. Bola salju Horikita yang menuju ke Ibuki menyebar di udara.
Mungkin karena cengkeramannya tidak cukup baik, bola salju itu kehilangan momentum.
Akibatnya hanya pecahan bola salju yang mengenai Ibuki.
Sementara itu, Horikita berusaha menghindari bola salju yang terbang dari Ibuki tepat pada waktunya, tapi tidak dapat menghindarinya sepenuhnya dan melewati bawah pakaian lengan kirinya.
Dibilang kena, ya kena, dibilang menghindarinya, ya dia menghindarinya.
Keputusan yang sangat ambigu. Tapi Yōsuke tidak mau ini diteruskan lebih lama lagi, jadi dia membuat keputusan.
“Horikita-san kena! Ibuki-san pemenanganya!”
“Ye!!”
Setelah berpose kemenangan yang kuat, Ibuki tersenyum lebar.
Horikita mencoba bersikap tenang karena merasa ini hanya perang bola salju, tapi rasa frustrasinya masih tampak terlihat.
“Yo pecundang! Buruan beri aku 1000 poin!”
Tanpa memperdulikan tangannya yang gemetar karena kedinginan, Ibuki mengeluarkan ponselnya dan mendekati Horikita.
“Ini sangat menjengkelkan.... Tidak usah ngomong begitu juga akan kukasih kok.”
“Buruan! Buruan! Buruan! Buruan buruan buruan!”
Entah mereka itu dekat atau tidak.
Untuk sementara, Ibuki terus menyombongkan diri di sekitar Horikita.
Waktu bagian Ibuki manggil Horikita "Yo Pecundang" auto ngakak anjir.
ReplyDeleteBtw baru nyadar Yamamura itu cewek (Lumayan cakep juga ternyata). Banyak char baru ga penting yg muncul mangkanya susah ngingetnya.
kan udh jelas diawal di peraturannya, setiap grup ada 8 orang, setiap kelas ngirim 1 orang cowok 1 orang cewek, dan di kelas A sudah ada Kitou.
DeleteInfo dong hubungan Nanase sama anak pembantu Kiyo apa? Udah lupa soalnya.
ReplyDeleteKakak ade?
DeleteLupa juga gw
teman masa kecil
Deletenah loh, jadi canggung si kushida😂
ReplyDelete