Bab 1
Pertanda Momentum
2
Sepulang sekolah, aku menyelinap keluar dari kelas yang mulai berdiskusi dan tiba di tempat tujuan hampir tepat pada waktu yang dijanjikan. Aku hendak langsung mengetuk pintu, tapi dari dalam ruangan aku mendengar suara keras seperti sedang terjadi sedikit cekcok. Tapi karena kami dipisahkan oleh pintu yang tebal, aku tidak dapat mendengar apa yang sebenarnya mereka katakan.
Jika aku mendengarkannya sebentar, aku mungkin bisa mendengarnya dengan jelas, tapi karena waktu janji temu sudah dekat, pilihan untuk menguping pun segera aku urungkan.
“...Permisi.”
Aku melangkah masuk ke ruang OSIS tepat pada waktu yang diperintahkan untuk diriku datang.
Tampaknya dua anak laki-laki sudah duduk di ruang OSIS, dan salah satu dari mereka segera berdiri.
“Maaf karena memanggilmu, Ayanokōji.”
“Tidak apa-apa, tapi aku sedikit gugup ketika ketua dan wakil ketua OSIS ada dalam satu ruangan.”
Aku mencoba mengatakan sesuatu yang mungkin akan dikatakan oleh siswa pada umumnya.
“Maaf, tapi kau tidak terlihat gugup.”
Nagumo yang sedang duduk menyilangkan kakinya, mengatakan hal itu dan menekuk jari telunjuknya untuk menutup jarak.
Kiriyama pindah ke posisi di mana ia bisa berdiri sedikit di belakang Nagumo dan mudah terlihat.
Pada saat itu, ia menatap layar ponsel yang dikeluarkannya dari saku.
Namun dalam waktu kurang dari satu detik, ia mematikan lampu layar dan memasukkannya kembali ke dalam sakunya.
Dan orang yang bicara selanjutnya bukanlah ketua OSIS Nagumo, melainkan wakil ketua OSIS Kiriyama.
“Setelah ini, aku juga memanggil anggota OSIS lain Horikita dan Ichinose.”
“Horikita dan Ichinose?”
Jika kombinasi ini bukan suatu kebetulan, itu adalah dua siswa tahun kedua yang menjadi anggota OSIS.
“Tidak perlu terburu-buru, Kiriyama. Ayanokōji juga ingin mengobrol sebentar, bukan?”
“Maaf, tapi kelihatannya tidak. Dari wajahnya terlihat seperti dia ingin menyelesaikan ini dengan cepat.”
Dalam hati aku merasa bersyukur atas penilaian akurat dari wakil ketua Kiriyama.
“Selain itu, aku juga memiliki banyak hal yang ingin aku kerjakan sebagai persiapan untuk ujian khusus berikutnya.”
“Ujian khusus? Kan sudah tidak lagi ujian khusus di semester kedua untuk kita siswa tahun ketiga. Selain itu, bukankah yang menentukan siapa pemenangnya secara diam-diam itu bukan urusanmu?”
Nagumo melihat ke arah Kiriyama dengan ekspresi bingung di wajahnya ketika dia tidak mengerti alasannya.
“Meski begitu. Aku ingin selalu bersiap menghadapi segala kemungkinan. Banyak siswa tahun ketiga lebih dari yang kau kira menunggu kesempatan untuk mengincar tiket pemenang. Bagaimana jika ada seorang siswa yang menyerangmu saat kau lengah?”
“Orang-orang bodoh secamam itu sudah lama berjatuhan. Sudah tak ada lagi musuh yang tersisa.”
“Kuharap begitu.”
Para siswa tahun ketiga sudah tidak punya banyak waktu lagi.
Selama Nagumo memegang semua otoritas, entah bagaimana mereka harus mendapatkan tiket untuk 20 juta poin, dan mereka masih bertarung dalam perebutan tiket itu.
Wajar jika Nagumo optimis bahwa dia tidak memiliki musuh. Karena Nagumo memiliki semua tiket yang dibutuhkan, tentu saja mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk menentang Nagumo. Termasuk Kiriyama, jika mereka tidak mematuhinya dengan baik, mereka dapat kehilangan tiket kemenangan mereka dengan atau tanpa pemberitahuan.
Namun dengan kata lain, mereka yang belum diberi tiket tidak terikat oleh belenggu tersebut.
Ini mungkin terdengar berlebihan, tapi mereka bisa mengeluarkan Nagumo dari sekolah dan mengumpulkan poin pribadi dari sana. ...Tidak, kalaupun demikian, tidak jelas apakah akan ada untungnya.
Jika Nagumo akan dikeluarkan, mungkin banyaknya jumlah poin pribadi yang dia miliki akan menjadi milik sekolah. Karena dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri tanpa kontrak semacam itu.
Dengan kata lain, keberadaan Nagumo itu bagian dari dana bagi mereka untuk merangkak naik. Dengan pengecualian poin pribadi Nagumo, poin pribadi yang dikumpulkan hanya dalam tiga semester hanya cukup untuk menyelamatkan satu atau dua orang saja.
“Apa kau kepikiran sesuatu? Kiriyama. Hari ini kau sudah mengomeliku sejak pagi.”
“Ada atau tidaknya yang kupikirkan itu tidak penting, bukan? Karena apa pun yang kukatakan sekarang, kau tidak akan tinggal diam lagi tentang [masalah ini].”
Apa aku salah? Tanya dia dengan tekanan seperti itu, Nagumo menanggapi dengan tawa dan anggukan.
“Maaf, Kiriyama. Ini adalah keputusan pribadi yang harus aku selesaikan selagi aku masih di sekolah.”
“Kalau gitu, aku ingin kau bisa mengerti perasaanku yang ingin agar kau segera menyelesaikannya.”
Ada sedikit perdebatan dari ruang OSIS sebelum aku memasuki ruangan.
Dari apa yang dikatakan Nagumo tentang Kiriyama yang mengomelinya sejak pagi, dapat dipastikan bahwa yang dibilang [masalah ini] bukanlah sesuatu yang harus disambut baik oleh Kiriyama. Tidak, mungkin itu juga berlaku untukku.
“Oke oke. Ngobrolnya sebentar saja. Tidak masalah, kan?”
Tampaknya tidak ada pilihan untuk tidak mengobrol, jadi Nagumo mengonfirmasikan hal ini kepada Kiriyama.
“Setelah ini ada kasus lain lagi yang perlu dibahas oleh OSIS, jadi buatlah sebentar saja.”
“Oh iya kau bilang ada yang ingin kau bicarakan ya. Baiklah, ayo kita lakukan dengan cepat.”
Pada akhirnya, Kiriyama tampaknya telah menyerah, dan Nagumo memulai obrolan yang dia anggap perlu.
“Kalian para siswa tahun kedua tampaknya berada dalam pertarungan ketat yang cukup tidak biasa ya.”
(Tln: tidak biasa diatas maksudnya dibandingkan tahun ajaran sebem-sebelumnya belum pernah terjadi)
“Sepertinya begitu.”
“Baik di generasi kami maupun generasi Horikita-senpai, Kelas A sudah terpaut jauh pada pertengahan tahun kedua soalnya. Sampai-sampai aku sedikit iri karena kalian bisa menikmatinya hingga saat ini.”
Aku pernah dengar kalau di masa lalu, pertarungan kelas biasanya sudah selesai pada akhir tahun pertama hingga pertengahan tahun kedua, dengan perbedaan besar dalam poin kelas.
Kelas yang awalnya adalah Kelas A berhasil lulus mengungguli Kelas B dan di bawahnya tanpa perubahan.
Ada beberapa kasus yang langka di mana kelas B berbalik menjadi kelas A, seperti dalam kasus ketua OSIS Nagumo dan kelasnya, tapi bagaimanapun, pada pertengahan tahun kedua, satu kelas akan mengungguli jauh kelas yang lainnya.
Sementara itu, di tahun ajaran kami, meskipun sulit, selisih poin yang ada masih menyisakan kesempatan bahkan bagi Kelas D untuk membalikan keadaan.
“Sepertinya masih ada peluang untuk keempat kelas, tapi itu pun mungkin hanya sampai ujian akhir.”
“Kupikir juga begitu. Dua kelas... paling banyak tiga kelas akan bersaing memperebutkan kursi A.”
Baik Nagumo dan Kiriyama, keduanya menilai begitu tanpa ragu-ragu.
“Artinya ujian akhir tahun untuk siswa tahun kedua akan menjadi pertarungan yang sengit, ya.”
“Ya. Ujiannya tentu saja akan sangat berbeda, tapi hasilnya sebagian besar adalah bencana. Tahun lalu, aku memegang kendali atas seluruh kelas dua pada ujian akhir tahun dan mengendalikan ujian. Aku menjaga dampaknya seminimal mungkin, tapi masih ada 3 siswa yang dikeluarkan dari sekolah.”
Meski Nagumo sudah berusaha mencegahnya, tapi tetap saja ada korban yang tidak bisa dihindari.
“Ada cara agar tidak ada yang dikeluarkan, tapi itu tidak sebanding dengan pengurangan poin kelas dan poin pribadi yang diperoleh.”
Cerita ini mungkin tidak benar, tapi apakah ini bisa dijadikan referensi atau tidak, itu masalah lain.
Aku tidak berpikir bahwa konten ujian akhir tahun yang akan kami ikuti dan ujian akhir tahun yang dijalani oleh Nagumo generasi satu generasi di atas kami akan sama. Tapi skalanya kurang-lebih akan sama. Ini adalah sesuatu yang bisa kau lihat secara alami jika kau telah menghabiskan waktu di sekolah sejauh ini.
“Kurasa sampai di sini saja basa-basinya. Langsung saja ke intinya, Nagumo.”
Di desak Kiriyama dengan tenang, Nagumo berkata apa boleh buat, mengangkat bahunya dan menunjukkan giginya yang putih.
“Aku harus segera menyelesaikan tugasku sebagai ketua OSIS. Sebelum itu, aku harus memutuskan siapa yang akan menjadi ketua OSIS berikutnya.”
“Mengenai masa jabatan, kamu sudah menjabat lebih lama dari ketua sebelumnya, bukan?”
Dari Horikita Manabu ke Nagumo Miyabi. Tongkat estafet ketua OSIS seharusnya sudah diserahterimakan sedikit lebih awal.
Aku juga ingat bahwa Nagumo sendiri mengatakan bahwa ia akan memperpanjang masa jabatannya.
“Rencanaku begitu, tapi pihak sekolah mendekatiku beberapa kali. Mereka bilang jika menundanya terlalu lama, itu akan merenggut kesempatan para junior untuk mendapatkan pengalaman. Yah, itu ada benarnya.”
“Kecuali aku dan Nagumo, semua siswa tahu ketiga sudah menyelesaikan tugas mereka di OSIS dan sudah menyelesaikan prosedurnya.”
Jadi sekarang tinggal memutuskan ketua OSIS berikutnya dan kedua orang ini akan dibebastugaskan.
Tapi aku mengerti. Itu sebabnya Nagumo menyerah dan memutuskan untuk melepaskan posisi ketua OSIS ya.
Maka itu juga menjelaskan mengapa kedua nama yang disebutkan sebelumnya dipanggil.
“Suzune atau Honami. Aku harus putuskan siapa yang lebih cocok untuk menjadi ketua OSIS berikutnya.”
“Ketua OSIS Nagumo punya wewenang untuk menunjuk penggantimu, ya?”
“Ya. Aku punya hak untuk itu.”
“Kalau begitu, bukankah seharusnya itu dibicarakan dengan Horikita dan Ichinose, bukan denganku?”
Aku mengatakan hal yang sangat jelas, tapi dia tampaknya sangat menyadari hal ini, karena tidak ada reaksi terkejut.
“Sayang sekali jika aku harus memutuskannya seperti itu, bukan?”
“Mengingat aku dipanggil ke sini... yah, aku bisa menebaknya.”
“Kau dan aku, kita akan memutuskan siapa yang akan menjadi ketua OSIS berikutnya.”
“Itu bukan hanya sekedar memberi dukungan, ‘kan?”
“Aku sudah memikirkan berbagai cara untuk tarung melawanmu, dan kurasa ini cukup bisa diterima. Horikita dan Ichinose adalah tahun kedua yang sama sepertimu. Dalam hal informasi, aku yakin kamu memiliki informasi yang sama banyaknya denganku.”
Dengan waktu yang tinggal sedikit, dapat dimengerti jika Nagumo ingin menyelesaikan pertarungan kami secepat mungkin.
Bahkan Nagumo sendiri pasti tidak menganggap cara ini adalah pertarungan yang ideal.
Meskipun begitu, ia mungkin menilai bahwa itu lebih baik daripada pertarungannya tidak terwujud.
“Masih ada opsi untuk menundanya. Aku tidak akan terkejut jika ada ujian khusus, seperti contohnya kamp pelatihan tahun lalu, di mana para siswa dari tahun ajaran yang berbeda bekerja sama atau saling bersaing.”
“Yah, saat waktunya tiba, anggap saja yang satu ini sebagai pemanasan.”
Tampaknya dia tidak berniat menundanya, Nagumo mencoba mengepungku agar aku tidak melarikan diri.
“Aku setuju untuk bertarung, tapi aku tidak setuju untuk melakukannya lebih dari sekali.”
Aku memiliki ketertarikan tertentu pada Nangumo di depanku ini, tapi aku tidak bisa mencurahkan waktuku untuknya selamanya.
Karena aku juga punya alasan sendiri, aku sudah menunda apa yang ingin aku lakukan demi masa depan.
“Kau pikir kau punya hak menolak?”
“Aku hanya tidak ingin kau menantangku untuk bertarung hanya untuk bersenang-senang. Jika kau ingin bertarung denganku untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua OSIS, maka kau harus siap untuk bertarung serius di sini.”
“Aku sih mau-mau saja, tapi ini adalah pertarungan yang kemungkinan besar kau akan kalah. Kau tau. ‘kan?”
“Selama siswa yang ada diberi hak untuk memilih, semua suara yang diberikan oleh siswa tahun ketiga akan mengikuti kehendak ketua OSIS Nagumo. Dengan kata lain, sepertiga suara telah diputuskan bagaimana suara itu akan diberikan, itukan yang ingin kau katakan?”
“Ya. Baru akan seimbang seandainya kamu berhasil menyatukan seluaruh tahun kedua. Yah, itu juga mustahil sih.”
Karena lawannya adalah Ichinose dari tahun ajaran yang sama, suara tahun kedua pasti akan terpecah.
“Jika kamu mau mendengar satu permintaanku, aku pikir itu akan menjadi pertandingan yang bagus.”
“Menarik. Katakanlah.”
“Votingnya harus bersifat anonim, itu saja. Jika hanya sekolah yang tahu siapa yang memilih siswa yang mana, kurasa itu adil.”
“Aku tidak paham. Kau pikir dengan itu siswa tahun ketiga tidak akan memilih kandidat yang aku dukung?”
“Tetapi, setidaknya kita bisa membayangkan bahwa kemungkinan untuk itu terjadi akan meningkat, bukan?”
Jika anonimitas terjamin, tidak perlu mengikuti aturan.
Bahkan jika mereka dijanjikan poin pribadi sebagai imbalan, tidak mungkin membuktikannya kecuali pihak Nagumo mendapatkan suara yang mendekati nol.
“Meski begitu, kau pikir itu akan membuat setengah dari tahun ketiga akan memihakmu? Mustahil sih.”
“Kita tidak akan tahu sampai kita mencobanya.”
Kiriyama hanya diam saja melihat aku dan Nagumo saling berdebat.
“Jadi, kita tinggal menambahkan syarat itu agar kau mau bertanding denganku?”
“Ya. Aku tidak keberatan.”
“Kau adalah pria yang selalu memiliki kepercayaan diri yang aneh. Tapi okelah. Jika kau yakin bisa bersaing secara seimbang dengan itu, aku tidak akan mengeluh. Tapi, sebelum kita menyelesaikan masalah ini, asal kau tahu, karena kau menerima tantangaku, aku ingin kita mempertaruhkan sesuatu.”
Pastinya. Jika tidak ada yang dipertaruhkan, tidak ada ruginya untuk kalah.
Bagi Nagumo, dia pasti tidak ingin aku mengambil jalan pintas.
Dalam hal ini, dia pasti akan mengajukan taruhan di mana aku tidak punya pilihan selain menang.
“Bisakah kau bertaruh pada apa saja? Ayanokōji.”
“Bolehkah aku kembalikan kata-kata itu sepenuhnya padamu? Misalnya dikeluarkan dari sekolah.”
“Boleh saja. Inginnya aku menjawab begitu, tapi itu permintaan yang sulit.”
“Iya ya. Ketua OSIS Nagumo tak hanya memegang nasibmu sendiri, tapi nasib seluruh siswa tahun ketiga. Tidak ada yang akan setuju kalau kamu bertaruh untuk dikeluarkan di tempat seperti ini. Aku mau saja bertaruh untuk dikeluarkan, tapi dalam hal ini, tolong biarkan aku menuntut imbalan yang sepadan.”
“Imbalan yang sepadan?”
“Jika aku menang, aku ingin menerima poin pribadi dari Ketua OSIS Nagumo. Kalau bisa uang yang cukup untuk membeli tiket untuk pindah kelas. Karena bahkan di aturan ujian khusus, dibutuhkan poin pribadi sebanyak itu untuk mencegah pengusiran. Itu seharusnya tidak terlalu besar.”
“Yah, bertaruh untuk dikeluarkan memang nilainya sebesar itu sih.”
Karena kepentingan kedua belah pihak selaras, kami pun sepakat untuk bertanding.
Tapi Kiriyama yang berdiri mendengarkan kami dari samping menghentikannya.
“Aku sudah dengar sebelumnya kalau kamu mau bertarung dengan Ayanokōji, tapi aku tidak setuju dengan taruhan itu. Aku tidak bisa membiarkanmu mempertaruhkan uang sebanyak itu untuk hiburanmu.”
“Tunggu Kiriyama. Kau pikir aku akan kalah dengan aturan ini? Ayanokōji bilang kami akan seimbang hanya dengan membuatnya anonim, tapi dia salah besar.”
“Aku tidak berpikir kau akan kalah. Hanya saja, itu belum pasti. Kemungkinannya juga berubah tergantung pada apakah kau mencalonkan Horikita atau Ichinose. Yang terpenting, 20 juta poin itu terlalu besar. Daripada membayar Ayanokōji, gunakanlah uang tersebut untuk menyelamatkan salah satu siswa tahun ketiga.”
Wajar jika Kiriyama akan menghentikannya dengan kuat, tapi Nagumo tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur.
“Terserah aku ingin ku apakan uang yang kuperoleh melalui kekuatan nyataku. Dari dulu sampai kapan pun.”
“...Apa pun yang terjadi?”
“Apa pun yang terjadi. Aku akan memenangkan pertarungan ini dan mengeluarkan Ayanokōji.”
“Aku tidak tahu. Tidak usah pedulikan anak tahun kedua. Aku tidak setuju dengan pendekatan itu.”
Kiriyama membantahnya, tapi tampaknya Nagumo sudah tidak berniat mendengarkannya lagi.
“Aku akan menerima permintaanmu itu, Ayanokōji. Jika kau mengalahkanku, kau dijamin masuk Kelas A.”
“Terima kasih.”
“Kau beneran yakin? Jika taruhannya lebih rendah, kau cukup hanya dengan berlutut, tapi dengan 20 juta, mau tidak mau kau harus dikeluarkan dari sekolah, loh? Jika kau ingin menurunkan permintaanmu, sekaranglah waktunya.”
“Apa itu yang kau inginkan?”
“Hah. Kupikir ancaman itu akan membuatmu sedikit takut, tapi kau bahkan tidak gentar.”
“Kalau hanya risiko mendapatkan banyak uang itu sudah kuperhitungkan sejak awal.”
“Aku yang akan membuat kontraknya. Dikeluarkan dari sekolah atau 20 juta, salah satu dari keduanya.”
Tinggal kami memutuskan siapa yang kami dukung, dan pertandingan bisa dimulai.
“Aku tahu kalian akan bertarung. Tapi apakah itu bisa dimulai atau tidak———”
Tepat ketika Kiriyama hendak melakukan serangan terakhirnya untuk menghentikan pertandingan yang mempertaruhkan banyak sekali poin, ketukan terdengar di ruang OSIS.
“Nagumo-senpai, ini Ichinose. Horikita-san juga ada bersamaku.”
Suara yang jelas. Tampaknya kedua kandidat telah tiba.
“...Nagumo, kalau bisa jangan bahas pertandingan di depan mereka berdua. Dan tentu saja, jangan bicara soal taruhannya.”
Maksud Kiriyama bagus, dan itu bukanlah sesuatu yang boleh didengar oleh Horikita dan Ichinose.
Jika mereka tahu bahwa diri mereka adalah objek dari pertandingan dan taruhan, mereka pasti tidak akan merasa senang.
“Kau juga tidak keberatan dengan usulan itu, kan Ayanokōji?
“Tidak.”
“Tapi... apa kau beneran yakin? Jika kita memanggil mereka berdua ke sini, pertandingan akan dimulai.”
Sekaranglah waktunya untuk mundur, inilah pesan dari tatapan Kiriyama berusaha untuk menghentikanku.
“Kau tidak perlu mengambil risiko dikeluarkan untuk ikut dalam permainannya Nagumo.”
“Tapi tidak mudah untuk mendapatkan tiket kelas A, bukan? Kalau begitu, bukankah wajar untuk mengambil risiko yang sesuai?”
“Kau sudah tidak menyembunyikan sifat aslimu lagi, ya.”
Lebih dari sekadar marah, dia kecewa, Kiriyama mengeluarkan ponselnya dan melihat layarnya lagi.
“Baiklah. Kalau begitu lakukanlah sesuka kalian.... Masuklah kalian berdua.”
Kiriyama mendekati pintu masuk dan meminta mereka masuk sambil membukakan pintu.
Karena Nagumo selalu bertindak semaunya sendiri sebagai individu, kelihatannya dia menghadapi banyak kesulitan dalam posisinya sebagai wakil ketua.
Dalam hal itu, mempercepat pergantian ketua OSIS ini bukanlah ide yang buruk.
Begitu masuk ruangan, mereka langsung menyadari kehadiranku. Tapi karena aku yang bukan anggota OSIS adalah benda asing, tidak perlu menyebutkanya secara khusus.
“Duduklah di sebelah Ayanokōji.”
“Permisi.”
Horikita duduk di sebelahku, dan Ichinose di sebelahnya.
Horikita sekilas melirik ke samping, [Apa kamu terlibat dalam sesuatu yang aneh lagi?] katanya.
Ketika semua orang sudah duduk di kursi masing-masing, kecuali Kiriyama yang kembali ke belakang Nagumo, percakapan dilanjutkan kembali.
“Aku ingin kalian berdua mengikuti pemilihan untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua OSIS selanjutnya.”
“Pemilihan, ya?”
“Bukankah itu biasanya ada di SMP? Kandidat akan memberikan pidato dan para siswa akan diminta untuk memilih siapa yang menurut mereka lebih pantas untuk menjadi ketua OSIS. Siapa pun yang mendapat suara terbanyak adalah ketua OSIS selanjutnya.”
“Begitu ya. Tapi aku tidak ingat ada pemilihan seperti itu tahun lalu.”
“Ya. Di tahun-tahun sebelumnya, ketua OSIS saat ini, dengan kata lain aku, akan memutuskan siapa yang akan menjadi ketua OSIS berikutnya. Selama orang yang diserahkan posisi itu secara langsung setuju, dia akan menjadi ketua OSIS. Tentu saja, aku tidak akan mencalonkan orang lain selain mereka yang telah bekerja dengan baik untuk meyakinkan orang-orang di sekitar mereka.”
Ketua OSIS tidak dipilih sembarangan sesuka hati, tapi berdasarkan pertimbangan yang matang.
Nagumo menambahkan dan menyampaikan hal ini agar tidak terlupakan.
“Tapi, situasinya sedikit berbeda untuk kalian siswa tahun kedua. Kami selalu memiliki setidaknya dua dan idealnya tiga anggota dari tahun ajaran yang sama di OSIS, tapi hanya Honami yang menjadi anggota OSIS tahun lalu. Suzune yang bergabung setelah naik tahun kedua, belum menjadi anggota selama setahun.”
“Aku paham kalau tidak ada siswa yang bergabung pada saat yang sama, tapi kupikir tidak ada masalah untuk mencalonkan Ichinose-san sebagai ketua OSIS. Kurasa dia tidak memiliki kesalahan yang bisa dianggap sebagai kekurangan.”
Horikita tidak ragu-ragu ketika menyerahkan poisisi ketua OSIS pada Ichinose yang merupakan saingannya.
Dia awalnya bergabung dengan OSIS bukan karena dia ingin menjadi ketua OSIS juga sih.
“Apa kau tidak senang menjadi ketua OSIS?”
“Tidak, bukan seperti itu. Saat ini aku merasa positif dalam artian aku mengikuti jejak kakakku. Aku bersedia mencalonkan diri untuk pemilihan jika para siswa saat ini menginginkannya, tapi di saat yang sama aku juga sama sekali tidak masalah jika yang dipilih itu Ichinose-san.”
“Memang benar Honami tidak memiliki kekurangan. Itu masuk akal. Tapi, ada kekhawatiran lainnya juga.”
Ichinose bereaksi dengan menggoyangkan bahunya sedikit.
“Saat ini, peluang kelas Honami untuk lulus sebagai kelas A sangat kecil. Ini adalah masalah. Semua ketua OSIS sebelumnya selalu lulus sebagai kelas A. Ini bukanlah tradisi yang dibuat-buat atau apa pun, tapi ini adalah pemahaman yang tak terucapkan. Dan tentu saja aku akan menjadi salah satu dari mereka.”
Memang, posisi Ichinose sedang terancam jika kita hanya memotong bagian tentang apakah dia bisa lulus sebagai Kelas A atau tidak. Horikita di sisi lain sedang mengejar kelas A sebagai kelas B, jadi kemungkinannya adalah dia akan dekat dengan pemahaman yang tak terucapkan itu.
“Honami yang memiliki rekam jejak yang sempurna, dan Suzune yang belum memiliki rekam jejak yang baik tapi mendekati kelas A. Setelah aku mempertimbangkan beberapa hal, aku menilai kalau kalian hampir seimbang saat ini. Itulah alasannya kenapa aku memutuskan untuk melakukan pemilihan.”
Selama wewenang untuk menentukan ketua OSIS berada di tangan Nagumo, mereka tidak punya pilihan lain selain menerimanya jika diberikan alasan yang jelas terlepas dari perbedaannya.
Tinggal mereka putuskan akan menerimanya atau tidak.
“Baiklah. Jika demikian, aku akan mencalonkan diri.”
“Kalau begitu sudah diputuskan.”
Dengan ini duel antara Horikita dan Ichinose untuk memperebutkan kursi ketua OSIS akan dimulai.
Sisanya tinggal aku dan Nagumo yang memutuskan siapa yang akan didukung.
“Ayanokōji, pilih saja siapa yang ingin kau dukung.”
“Kau yakin?”
“Paling tidak aku akan membiarkanmu memilih.”
Horikita atau Ichinose? Sejujurnya bagiku, siapapun yang kudukung, yang akan kulakukan tetap sama, tapi.... Jika dia memberiku hak untuk memutuskan, sebaiknya aku memikirkan mana yang akan menguntungkanku di kemudian hari.
Namun Horikita berdiri lebih cepat sebelum aku sempat menyebutkan nama.
“Tunggu sebentar, ketua OSIS. Kenapa Ayanokōji-kun ada di sini———”
“Aku bertanding dengannya untuk melihat siapa di antara kau dan Honami yang akan menjadi ketua OSIS.”
Seharusnya kami tidak membahas hal itu di depan mereka berdua.
Kiriyama terlihat seperti sedang memegang dahinya, tapi tidak mungkin Nagumo mau mendengarkan Kiriyama.
“...Kamu lagi-lagi...”
“Tidak, bukan aku yang mengusulkannya, oke?”
“Kalaupun benar begitu, pasti ada yang salah dengan proses yang mengarah ke sana, bukan?”
Tebakan jitu. Itu poin yang tidak dapat disangkal.
Untuk saat ini Nagumo mungkin masih memiliki hati nurani, jadi dia tidak menyebutkan taruhannya.
“Nah, pilihlah mana yang kau suka.”
“Kalau begitu———”
Ketika aku sudah memikirkan satu nama dan akan menyebutkan namanya, aku dihentikan sekali lagi.
“Tunggu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kita mungkin harus menambahkan beberapa hal untuk melengkapinya.”
Kiriyama yang sedari tadi menjadi pendengar menyela di sini.
“Ada apa? Apa kamu masih tidak puas dengan alur pembicaraan ini?”
“Ini adalah pemilihan OSIS. Kedua belah pihak akan sangat terbebani secara mental. Aku ingin memastikan bahwa mereka benar-benar ingin mencalonkan diri dan memiliki kualifikasi yang tepat.”
“Kan sudah cukup bisa dipastikan.”
“Tidak, belum cukup. Kita sudah menerima jawaban dari Horikita, tapi Ichinose belum.”
“Tidak perlu sampai ditanyakan juga, kan?”
“Tidak bisa begitu.”
Ketika Kiriyama mengalihkan pandangannya ke Ichinose, pintu ruang OSIS dibuka paksa tiba-tiba.
“Maaf ganggu loh, Nagumo.”
Seolah datang untuk mengunjungi kamar temannya, Kiryūin, seorang siswa Kelas B tahun ketiga, memasuki ruangan tanpa izin. Kami belum pernah bertemu sedekat ini sejak musim panas, tapi dia tidak tersenyum santai seperti biasanya, dan terlihat suasana hatinya sedang buruk.
“Tamu yang tidak terduga. Tidakkah kau berpikir untuk mengetuk pintunya sekali saja?”
Ini situasi di mana pemilihan ketua OSIS juga akan segera dimulai, dan Nagumo tidak akan senang dengan kedatangan tamu ini.
“Aku sedang sibuk sekarang. Temui aku lagi nanti.”
Mengatakan itu, Nagumo hendak mengusirnya, tapi Kiryūin tidak menunjukkan tanda-tanda akan patuh.
“Aku sudah meminta Kiriyama untuk meluangkan waktumu sebelumnya. Dan kau mau menundaku?”
“Maaf, tapi aku belum mendengar apa pun tentang dirimu.”
Sambil terlihat jengkel dengan kemunculan Kiryūin, Nagumo menoleh ke arah Kiriyama meminta konfirmasi.
“Maaf Nagumo, apa yang dikatakan Kiryūin itu benar. Ini adalah kesalahanku dalam mengatur jadwal.”
“Jadi itu adalah kesalahan karena kelalaianmu.”
“Aku mengakuinya. Dia terlibat dalam masalah lain yang kuharap bisa kau selesaikan hari ini.”
Aku tidak tahu detail dari apa yang dibicarakan, tapi Nagumo dan Kiriyama terlibat dalam percakapan seperti itu.
“Jadi begitulah. Kau mau dengerin aku bicara, kan? Nagumo.”
“Aku mengerti situasinya, tapi aku sekarang sedang melakukan percakapan penting dengan mereka tentang OSIS.”
“Aku tahu kalau kau sibuk, tapi aku juga tidak punya banyak waktu luang. Aku janji ketemuannya di waktu ini, jadi kau harus menanganinya lebih dulu.”
Memang tak ada alasan bagi Kiryūin untuk mundur. Ini tanggung jawab Kiriyama karena membuat kesalahan dalam mengatur waktu untuk janji ketemuan.
“Sekarang prioritasku adalah bicara dengan Suzune dan Honami. Jika kau tetap tidak sabaran, duduk saja di sana dan tunggu dengan tenang.”
Sepertinya hanya Kiriyama yang tahu alasan kenapa Kiryūin muncul di sini, dan Nagumo berusaha mengabaikannya. Namun, penampilan Kiryūin memang sedikit berbeda karena dia tidak menyembunyikan kekesalannya.
“Ogah.”
Setelah menjawab dengan nada yang sedikit lebih tegas, Kiryūin meletakkan kakinya di salah satu kursi kosong di ruang OSIS.
“Kau mau apa?”
“Pertama, aku akan bertanya padamu. Tergantung pada jawabanmu, kursi ini akan menjadi korban.”
Dia akan menendangnya atau menghancurkannya?
Sepertinya nasib kursi yang diinjak oleh Kiryūin itu benar-benar sedang dipertaruhkan.
Kiriyama menatap Kiryūin yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi, dan sekali lagi meminta maaf kepada Nagumo.
“Jika lawan bicaramu adalah Kiryūin, mungkin akan berakibat buruk jika kau mengusirnya. Lebih aman untuk mendengarkannya, bahkan jika itu berarti tahun kedua harus menunggu.”
Meskipun Horikita dan Ichinose dijadikan prioritas, jika Nagumo meminta mereka untuk menunggu, mereka berdua akan menunggu dengan patuh.
Di sisi lain, jelas di sini bahwa Kiryūin yang tampak marah tidak akan mau disuruh menunggu.
Jika tidak dapat mengusir atau memintanya untuk menunggu, akan lebih cepat mendengarkannya terlebih dahulu.
“Jangan khawatirkan kami, dahulukan saja Kiryūin-senpai. Gak papa, kan? Horikita-san.”
“Ya, kurasa itu lebih baik.”
Karena kedua belah pihak sampai pada kesimpulan itu tanpa menunggu persetujuan langsung, Nagumo pun memutuskan untuk menghadapi Kiryūin dengan enggan.
“Ya ampun.... Baiklah, aku akan dengarkan. Untuk apa kau datang ke sini?”
“Kau juga tidak memberitahu Nagumo tentang hal itu ya, Kiriyama? Sungguh pengaturan yang buruk.”
“Aku tahu kau ingin menyalahkanku, tapi aku juga sibuk dengan berbagai hal. Selain itu, aku hanya berpikir kalau lebih baik jika kamu menceritakan cerita gilamu itu ke orangnya secara langsung.”
Tampaknya dia sengaja tidak menyampaikan pesan tentang alasan kenapa dia kemari.
Kiryūin menatap Kiriyama dengan mata dingin, tapi tampaknya tidak punya pilihan selain memperjelasnya.
“Kalau begitu langsung ke intinya. Aku sendiri, tidak ingin membuat asumsi dulu. Jadi aku tanya. Siapa yang memerintahkan orang ketiga melakukan pelecehan keji terhadapku?”
“Pelecehan? Itu tidak menjelaskan apa-apa.”
“Kalau begitu, mari kita bicara sedikit lebih spesifik. Apakah kau yang merencanakan untuk menjebakku atas tindakan keji dan tercela———mengutil dan memaksa rekan-rekanmu untuk melakukannya?”
Kata sangat tidak terduga, mengutil.
Ichinose-lah yang bereaksi terhadap kata ini lebih cepat dari siapa pun secara sadar.
Meskipun dia berpura-pura tenang, jelas bahwa dia pasti terkejut di dalam hatinya.
Sekalipun itu demi keluarganya, jika dia memiliki masa lalu pernah melakukan tindakan kriminal tersebut, reaksinya ini bisa dimaklumi.
“Mengutil? Aku semakin tidak paham.”
“Biar aku tambahkan. Kudengar Kiryūin belum lama ini hampir saja dituduh mengutil di Keyaki Mall sepulang sekolah. Ketika sedang belanja di sebuah toko kosmetik, Yamanaka dari kelas D tahun ketiga mendekatinya dari belakang dan mencoba menyelipkan salah satu barang, yaitu lipstik ke dalam tasnya tanpa membayarnya. Ketika menyadari itu, Kiryūin ingin menghajar Yamanaka, tapi dia mengaku bahwa Nagumo yang memerintahkannya.”
Kiriyama menyampaikan kata-kata tuduhan Kiryūin dengan cara yang mudah dipahami.
“Rupanya begitu. Jadi itu alasan kau mendatangiku dengan berapi-api.”
“Aku tidak memberitahumu secara langsung soal ini karena aku tahu kau tidak akan memberi perintah seperti itu. Iya, kan?”
Kiriyama menyiratkan bahwa ia mempercayai Nagumo dalam hal itu.
Nagumo tidak menunjukkan sikap apapun terhadap pertanyaan Kiryūin maupun Kiriyama.
“Apa kau bisa dengan tegas mengatakan kalau kau tidak terlibat?”
Jelas sekali Kiryūin tampaknya mencurigai Nagumo berada di balik semua ini.
“Entahlah aku tidak tahu. Setidaknya kau sepertinya menganggap itu adalah perintahku.”
“Yamanaka si pelaku bersaksi begitu. Apa itu tidak cukup?”
“Bisa saja dia hanya menggunakanku sebagai dalih untuk mengelak loh?”
Kiryūin menggelengkan kepalanya pelan sebagai tanggapan atas jawaban Nagumo.
“Jika dia menyebutkan namamu yang tidak ada kaitannya, Yamanaka juga tidak akan bisa lolos begitu saja. Justru lebih baik salahkan saja siswa lain biar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Apa aku salah?”
Argumen dan kesimpulan memang Kiryūin masuk akal.
Hampir semua siswa tahun ketiga dikendalikan oleh Nagumo. Tidak penting mereka punya tiket atau tidak.
Aku tidak bisa langsung memikirkan manfaat apa pun dari berbohong tentang diperintahkan oleh Nagumo di bawah kendalinya. Jika Nagumo tidak menyukainya karena insiden yang satu ini, itu akan menjadi hambatan besar bagi siswa bernama Yamanaka ini.
Itulah sebabnya, begitu nama Nagumo disebutkan, wajar untuk mencurigainya sebagai pelaku sebenarnya.
Jika aku harus mengalami hal yang sama, Nagumo akan tetap menjadi orang pertama yang aku curigai.
“Meskipun begitu, kau terlihat sangat marah hanya karena satu kasus pengutilan. Tidak seperti dirimu saja.”
“Kau mungkin tidak memahamiku hingga bisa bilang kalau ini tidak seperti diriku. Sayangnya aku sangat tidak menyukai tindakan seperti mengutil. Jika tidak ketahuan, itu tidak akan menjadi masalah besar, mentalitas seperti itulah yang membuatku sangat membenci tindakan apa pun yang menyakiti orang lain hanya demi diri sendiri.”
Dari cara bicaranya, Kiryūin mungkin tidak tahu soal masa lalu Ichinose yang ada di tempat ini.
Ekspresi Ichinose semakin gelap sementara Kiryūin terang-terangan mengungkapkan rasa jijiknya. Nagumo menyadari perubahan sikapnya ini dan menyela sejenak, mungkin karena ia memahami situasinya.
“Oke, aku mengerti apa yang ingin kau katakan.”
Nagumo sendiri yang menganggap enteng tindakan mengutil di depan Ichinose, tapi tampaknya itu memiliki efek sebaliknya.
“Apa kau mengakuinya? Kalau kau mencoba menjebakku.”
“Itu masalah lain.”
Kiryūin menambahkan, seolah ia bisa menebak jika Nagumo tidak akan mau mengakuinya.
“Tenang saja. Jika aku mendengar permintaan maaf di sini, aku berjanji untuk tidak akan menuntut masalah ini lagi.”
Jika Nagumo yang memberikan perintah, maka dia adalah si penghasut.
Dalam kasus seperti ini, dia jelas akan menghadapi hukuman yang lebih berat daripada si pelaku.
Biarpun ini adalah skandal Nagumo yang mewakili tahun ketiga, kelihatannya Kiryūin juga berusaha untuk tidak membesar-besarkannya.
“Sebaliknya bagaimana jika aku tidak meminta maaf? Apa kau sudah puas dengan mematahkan kursi?”
“Pokoknya aku harus menerima permintaan maaf.”
“Begitu ya. Maka———”
Nagumo mengalihkan pandangannya dari Kiryūin dan kemudian menoleh ke arah kami.
“Aku sudah selesai bicara denganmu. Silahkan kau pergi, Kiryūin.”
Nagumo tidak mengakuinya apalagi meminta maaf, dia mencoba menepis pembicaraan dan mengakhirinya.
“Ini adalah sesuatu yang tidak pernah aku duga.”
Nagumo dengan dingin memberitahu Kiryūin yang tertegun.
“Kau bilang kau membuat Yamanaka mengaku, tapi seberapa kredibel pernyataan yang diperoleh melalui ancaman itu? Bahkan jika dilaporkan ke sekolah alih-alih OSIS, apakah mereka akan menganggapnya serius?”
“Paling tidak, kemungkinan besar upaya Yamanaka untuk membuatku seperti sedang mengutil telah terekam oleh kamera di dalam toko. Ini bukan masalah yang bisa diabaikan.”
“Kalau begitu, ambil dulu rekaman itu. Tapi sampai disitu saja. Jika tidak ada sesuatu yang secara langsung menghubungkanku dengan Yamanaka, ini adalah cerita yang tidak berarti.”
Hanya Yamanaka yang akan dihukum. Tidak akan pernah ada bukti keterlibatannya.
Nagumo memperlihatkan kepercayaan diri seperti itu.
Jika keluhan Kiryūin ditanggapi, pihak sekolah pasti akan melakukan yang terbaik untuk menyelidikinya, tapi pasti ada batasnya.
Kebohongan Yamanaka yang bertujuan untuk menjatuhkan Nagumo, ketua OSIS dan pemimpin siswa tahun ketiga.
Karena jika tidak ada bukti yang meyakinkan, maka hasilnya akan berahir seperti itu.
“Ada sedikit intrupsi, tapi kita lanjutkan pembicaraan tadi. Tidak ada yang keberatan dengan pemilihan, kan?”
Nagumo mulai meminta konfirmasi akhir, mungkin dia serius berniat untuk mengabaikan Kiryūin.
“Ya. Aku tidak keberatan.”
Horikita setuju, meskipun ia khawatir dengan Kiryūin yang kakinya masih berada di atas kursi.
Aku mengira Kiryūin akan menendang kursi itu, tapi dia terus mengamati seolah mencoba melihat ke dalam pikiran Nagumo.
Segera setelah itu, Nagumo beralih untuk meminta tanggapan dari Ichinose.
Jika semuanya berjalan normal, dia akan segera menyetujui dengan mudah, tapi....
Raut wajahnya masih belum cerah, mungkin karena kata mengutil masih ada dalam pikirannya.
“Honami, kamu juga akan mencalonkan diri dalam pemilihan, kan?”
“...Um, soal itu...ada sedikit yang ingin kusampaikan, Nagumo-senpai?”
“Apa itu?”
“Aku——tidak berniat untuk mencalonkan diri dalam pemilihan OSIS kali ini.”
Di sini, pernyataan yang tidak terduga datang dari Ichinose.
“Kamu tidak berminat menjadi ketua OSIS?”
“Sebenarnya, ada masalah lain juga sebelumnya itu. Sampai sekarang, aku terus berusaha menjadi anggota OSIS dan mencapai tujuan menjadi ketua OSIS karena aku percaya itu adalah untuk kebaikanku dan orang di sekitarku. Tapi sekarang aku menyadari kalau pemikiran itu hanyalah kesombongan belaka. Seperti yang katamu Nangumo-senpai, fakta bahwa kelasku jauh dari Kelas A juga merupakan buktinya.”
Jadi dia mempertimbangkan posisi kelasnya yang tidak layak dan memilih mundur.
“Selain itu, orang sepertiku tidak bisa menjadi ketua OSIS. Karena aku, adalah seorang pendosa...”
Kata-kata Kiryūin yang tidak disengaja tampaknya sangat mempengaruhi Ichinose.
“Pendosa?”
Kiryūin yang tidak tahu apa-apa bergumam bingung, tapi Ichinose tidak bisa menambahkan dan menjelaskan alasannya di sini.
“Itu masalah lain. Itu tidak ada kaitannya denganmu sekarang.”
“Kupikir tidak juga. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, dosa di masa lalu tidak akan pernah hilang.”
Setelah menjawab, Ichinose terus bicara di depan Nagumo seolah masih ada sesuatu yang dipikirkannya.
“Sebelum mencalonkan diri, aku———hari ini, aku ingin mengundurkan diri dari OSIS.”
“Tunggu sebentar, Ichinose-san. Itu keputusan yang terlalu terburu-buru. Kau belum...”
“Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan hari ini. Ini adalah sesuatu yang sudah kupikirkan sejak sebelum perjalanan sekolah.”
Aku tidak membuat keputusan itu sekarang loh, kata Ichinose mengakuinya dengan senyum kecut.
“Aku yakin kamu juga tahu menjadi pengurus OSIS bukan hanya membebani siswa. Meskipun mungkin ada beberapa tugas yang menyusahkan, pada dasarnya itu hanya membawa manfaat bagi sekolah ini. Meskipun jarang terlihat, kau juga menerima manfaat darinya, loh.”
Nagumo benar, menjadi anggota OSIS bukanlah hal yang buruk.
Jika dia sudah menjalani kehidupan sekolah selama ini, dia pasti tahu kalau hanya dengan menjadi anggota OSIS, dia sudah berkontribusi sedikit pada poin kelas, dan menerima beberapa keuntungan sebagai imbalannya.
Untuk kelas Ichinose yang berada dalam posisi sulit, ini seperti membuang satu senjata.
“Maaf, tapi aku tidak akan berubah pikiran.”
Aku ingin mundur dari pencalonanku sebagai ketua OSIS, dan juga mengundurkan diri dari OSIS.
Kiriyama tampak terkejut mendengar pernyataan itu.
“Kedengarannya kau serius, Ichinose.”
“Padahal aku sudah menerima banyak bantuan dari Wakil Ketua Kiriyama.... Aku minta maaf karena tidak bisa membantumu sampai akhir.”
“Tidak, tentu saja itu adalah pilihanmu apakah ingin melanjutkan atau tidak. Aku tidak punya hak untuk menghentikanmu...”
Dari percakapan ini, Kiryūin tampaknya sudah bisa menebak sampai batas tertentu, tapi mustahil untuk tidak mengaitkan Ichinose dengan masalah pengutilan. Dia hanya bisa menyesali kesialan karena secara tidak sengaja membicarakan topik yang tidak menyenangkan pada waktu yang tepat. Tidak, bahkan tanpa insiden mengutil itu, mungkin keinginan Ichinose untuk mundur juga sudah bulat.
“Maaf karena aku tidak bisa memenuhi harapan.”
Ichinose berdiri dan membungkuk dalam-dalam ke Nagumo dan Kiriyama.
“Aku yakin Horikita-san akan menjadi ketua OSIS yang hebat. Aku akan mendukungmu.”
“Ichinose-san...”
Ichinose yang seharusnya menjadi saingannya dalam pemilihan, memberikan dukungan dengan senyum.
“Aku merasa kurang enak badan, jadi aku mohon permisi. Jika ada dokumen yang perlu diisi, tolong beritahu aku nanti. Sampai jumpa lagi, Ayanokōji-kun.”
Mengatakan itu, Ichinose melambaikan tangannya pelan dan meninggalkan ruang OSIS tanpa ragu-ragu.
Insiden mengutil mungkin telah memperlebar luka di hatinya, tapi tidak ada tanda-tanda ia akan menyurutkan niatnya untuk mundur sampai akhir, dan tidak ada rasa penyesalan.
Bukan hanya di bibir saja, dia pasti benar-benar memikirkannya.
Bukan hanya aku dan Nagumo yang merasa bahwa ini adalah kejadian yang tidak terduga.
Horikita yang sudah mengumumkan pencalonan dirinya sebagai ketua OSIS pun sama.
“Ichinose-san sudah keluar dari OSIS, tapi apa yang harus aku lakukan?”
Dengan mundurnya Ichinose dari OSIS, pertarungan melawanku yang sudah dibahas sejauh ini sepertinya akan berakhir dengan sendirinya.
Tapi setelah semuanya terjadi, tidak ada yang bisa dilakukan bahkan oleh Nagumo.
“Tidak mungkin juga untuk langsung menunjuk pengganti Honami sekarang.”
Aku tidak tahu peraturan di sekolah lain, tapi paling tidak di sekolah ini, siswa yang belum pernah melakukan kegiatan sukarela di OSIS tidak memenuhi syarat untuk menjadi ketua OSIS.
“Aku tidak suka dengan jalan pembicaraan, tapi aku akan memintamu untuk menjadi ketua OSIS, Suzune.”
Mungkin hal terpenting yang harus dihindari adalah ketiadaan ketua OSIS.
Tiba-tiba memilih siswa tahun kedua yang tidak memiliki pengalaman juga sangat tidak mungkin.
“Aku merasa sedikit lega karena tidak jadi dilakukan pemilihan, tapi... baiklah.”
Berkat kemenangan tanpa perlawanan, Horikita menjadi ketua OSIS dengan muda.
“Sebelum itu, aku punya satu pekerjaan untukmu.”
“Apa itu?”
“Isi lubang yang ditinggalkan oleh Ichinose secepat mungkin. Bawalah setidaknya satu anggota OSIS baru dari tahun kedua.”
Memang, dengan keluarnya Ichinose, Horikita akan menjadi satu-satunya siswa tahun kedua.
Karena jika sesuatu yang tidak terduga terjadi, ada kemungkinan bahwa OSIS akan tidak berfungsi juga.
“Adakah persyaratan untuk diterima?”
“Hanya ada satu. Apakah orang tersebut dianggap layak menjadi anggota OSIS oleh orang di sekitar atau tidak.”
“Rupanya begitu, itu hal yang sangat wajar ya.”
Aku tidak enak untuk mengutip namanya, tapi yang dimaksud mungkin adalah siswa yang memiliki reputasi buruk seperti Ryūen tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan OSIS.
Dapat dilihat bahwa tidak ada batasan berdasarkan kelas sendiri atau kelas lain, tapi....
“Jadi, siapa pun boleh diterima selama mereka memenuhi persyaratan tersebut?”
“Gampangnya, kau bebas membawa siapa pun dari kelasmu sendiri. Bahkan dulu Horikita-senpai juga sama, ada seseorang dari kelasnya yang menjadi anggota OSIS, bukan?”
“Iya ya, baiklah aku mengerti.”
“Dan satu hal lagi. Pilihlah satu anggota OSIS lagi dari tahun pertama. Karena Yagami dikeluarkan dari sekolah dengan cara yang tidak terduga dan meninggalkan kekosongan posisi di sana.”
Ekspresi Horikita mengeras saat Nagumo memberikan perintah yang dirasa cukup sulit.
“Merekrut satu orang atau dua orang itu sama saja. Aku akan berusaha sebisaku.”
Tidak mungkin dia bisa menolak, jadi dia menjawab dengan jujur.
“Sepertinya pembicaraan kalian sudah selesai.”
Kata Kiryūin yang sedari tadi memperhatikan, bicara lagi ke Nagumo.
Dengan adanya siswa tahun kedua, ia bahkan tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepadanya, mungkin itulah yang ia pikirkan.
Horikita yang diberi tugas baru membaca suasana tersebut berdiri.
“Kalau begitu aku izin pergi. Aku akan laporkan lagi segera setelah aku mendapatkan dua nama.”
“Ya. Pada saat itu aku akan secara resmi menyerahkan posisi ketua OSIS kepadamu.”
Horikita membungkuk ringan juga pada Kiryūin yang mengamati situasi, dan meninggalkan ruang OSIS.
Karena pemilihan OSIS tidak jadi, pertarungan antara aku dan Nagumo seharusnya juga tidak jadi.
Ini adalah waktu terbaik untuk pergi.
“Maaf, tapi kurasa sudah waktunya aku pergi juga.”
“Tunggu, Ayanokōji. Aku belum selesai bicara denganmu.”
Seolah dia tidak akan membiarkanku pergi dengan mudah, Nagumo menyela untuk menghentikanku.
“Jangan menahannya lagi. Pembicaraan dengan Ayanokōji sudah berakhir dengan penolakan Ichinose. Biarkan dia pergi, semakin cepat kita selesaikan masalah Kiryūin, semakin baik.”
Pendapat Kiriyama bahwa masalah itu tidak dapat dibiarkan begitu saja, juga disetujui oleh Kiryūin.
“Kau itu banyak kurangnya, tapi aku menghargai apa yang kau katakan. Tolonglah ambil keputusan yang bijak, Nagumo.”
“Cih...”
Nagumo mendecakkan lidahnya karena tidak puas, tapi situasinya memang seperti itu, jadi dia tidak punya pilihan lain kecuali mengakuinya.
Tapi, mungkin dia tidak suka kalau aku pergi begitu saja, jadi dia menambahkan ini sebelum aku pergi.
“Kau adalah siswa di kelas Suzune. Bantulah dia kumpulkan anggota OSIS.”
“Aku?”
“Tidak ada pengurus OSIS lain di tahun kedua. Dan seorang ketua OSIS akan lahir tanpa syarat dari kelas B tahun kedua. Aku tidak mau kau dapat enaknya saja.”
Kupikir itu juga berlaku untuk semua teman sekelasku selain aku....
Pertama, hal itu tidak ada hubungannya dengan aku harus membantu.
Paling dia hanya melampiaskan kekesalan padaku, tapi percuma saja membuat argumen balasan seperti itu.
“Yah, aku tidak tahu seberapa besar bantuan yang bisa aku berikan, tapi akan kucoba sebisaku. Mungkin.”
Nagumo tidak akan membiarkanku lolos begitu saja karena meninggalkan kemungkinan aku tidak membantu.
“Setelah ini, aku tidak akan lupa untuk memberitahu Suzune kalau kamu akan membantunya. Jangan malas, loh?”
Dengan wajah polos aku mempertimbangkan untuk tidak membantu, tapi dia mencegahku untuk kabur.
“Baiklah akan kubantu, apa itu sudah cukup?”
Di sini Nagumo akhirnya terlihat puas dan rintangan untuk pulang pun menghilang.
“Oh iya. Terakhir ini, oleh-oleh kalau mau.”
Aku mengeluarkan beberapa oleh-oleh dari Hokkaido yang aku beli banyak dan menyerahkannya ke Nagumo.
“Kau sangat pengertian untuk hal-hal yang aneh.”
“Yah karena aku mau ketemu ketua OSIS. Kupikir akan lebih baik untuk setidaknya membawa oleh-oleh.”
Meskipun aku membuat kesalahan karena tidak tahu kapan harus menyerahkan hal semacam ini dan baru bisa kuserahkan sebelum pulang.
“Aku gak dikasih?”
“Aku tidak tahu kalau Kiryūin-senpai akan datang ke sini. Kalau kamu mau, silahkan minta saja Ketua OSIS Nagumo untuk membaginya.”
Aku menyerahkan oleh-olehnya pada Kiriyama yang berada terdekat denganku, Nagumo bergumam seolah mengingat sesuatu.
“Bicara tentang perjalanan setelah sekolah... sudah waktunya ujian khusus berikutnya diumumkan, bukan?”
Mungkin dia tidak merasa enggan untuk berdiskusi dengan Kiryūin karena dia masih bicara padaku.
“Baru saja hari ini diumumkan.”
“Sepertinya tiap tahun ujian khusus selalu diadakan setelah perjalanan sekolah. Kalau begitu, lawannya adalah Sakayanagi dari Kelas A, ya?”
“Kau bahkan bisa menebak itu.”
Dari cara bicara Nagumo ini, pasangan yang saling bersaing setiap tahunnya mungkin selalu antar kelas atas dan antar kelas rendah.
“Tahun lalu, apakah kelas ketua OSIS Nagumo dan wakil ketua OSIS Kiriyama bertarung?”
“Yah, begitulah.”
“Bagaimana hasilnya?”
“Seingatku, kelasmu kan yang menang, Kiriyama.”
“...Ya.”
Tidak terlihat senang, Kiriyama menjawab dengan biasa saja.
Kiryūin yang juga dari Kelas B tidak terlalu peduli dengan hal ini dan memilih diam mengabaikannya.
“Biasanya sulit untuk menang melawan kelas A, tapi ternyata ada jenis ujian yang peluang menangnya cukup besar, kan?”
“Kupikir itu tergantung pada cara berpikir seseorang, tapi mungkin itu benar.”
“Aku menduga bahwa ujian khusus yang diadakan pada kurun waktu ini dibuat menguntungkan kelas-kelas yang lebih rendah untuk menjaga agar semua kelas tetap dekat. Itu juga berarti bahwa semakin rendah kelas awal, semakin besar kemungkinan untuk menang.”
Memang benar, kelas Horikita dan Ryūen adalah yang memegang kunci dalam ujian khusus ini.
Keduanya awalnya berasal dari kelas bawah.
Dengan kata lain, Nagumo juga telah membiarkan Kiriyama dan kelas B mengalahkannya.
“Kupikir ketua OSIS Nagumo akan menang dalam situasi apa pun.”
“Jangan bilang begitu. Jika hasilnya tidak mempengaruhi apa pun, aku tidak bisa menganggapnya serius.”
Jadi karena kelas Nagumo sudah memimpin jauh, dia tidak terobsesi dengan kemenangan kecil.
“Di masa Horikita-senpai juga seperti biasa, Kelas A memimpin jauh dari awal, menang terus dan tak terkejar. Aku mulai dari Kelas B, tapi kami naik ke Kelas A sejak awal dan kemudian memimpin jauh. Akibatnya, selisih antara Kelas A dan di bawahnya sangat besar di kurun waktu ini. Tapi kalian beda. Kelas A memang memimpin, tapi tidak berada di zona aman mutlak seperti di masa lalu.”
Memang, alasan motivasi kelas Horikita sekarang tinggi adalah karena punggung Kelas A terlihat dengan jelas. Apa yang akan terjadi jika, misalnya, selisih antara Kelas A dan Kelas B mendekati 1.000 poin di waktu ini di titik ini? Sekalipun menang, mereka tidak akan bisa mengejar Kelas A.
“Lakukanlah sebaik mungkin.”
“Ya. Aku akan menghubungimu lagi.”
Setelah mengatakan ini, aku akhirnya meninggalkan ruang OSIS karena aku diizinkan untuk pergi.
“Fuuh... akhirnya aku bebas.”
Pengunduran diri Ichinose menyebabkan pemilihan OSIS batal dilaksanakan dan 20 juta poin pun telah hilang, tapi itu tidak masalah, karena tidak mengganggu rencanaku.
Kelegaan itu pun hanya berlangsung sesaat, karena sosok yang tadinya menonton dari kejauhan mendekat.
“Kamu tidak langsung dibebaskan ya.”
“Kamu nungguin toh.”
“Banyak yang membuatku penasaran soalnya. Apa kamu diminta untuk melakukan sesuatu?”
“Tidak, dia bilang aku sudah tidak diperlukan lagi.”
“Tapi kok sepertinya lama sekali kalian bicaranya.”
“Aku memberi mereka oleh-oleh perjalanan sekolah dan membicarakan hal-hal lain di luar itu.”
Aku tidak ingin menyinggung soal aku diminta untuk membantunya sekarang.
Ini caraku untuk melarikan diri karena lebih baik jika perintah tersebut benar-benar disampaikan dari Nagumo ke Horikita dan dia memintaku secara langsung.
“Ini berarti hanya tinggal satu pekerjaan lagi buatmu untuk menjadi ketua OSIS kan, Horikita.”
“Aku tidak pernah menyangka Ichinose-san akan mundur, atau bahkan keluar dari OSIS.”
“Setuju. Kupikir dia akan menjadi bagian dari OSIS sampai akhir, terlepas dari hasil dalam pertarungan memperebutkan posisi ketua OSIS.”
Aku tidak pernah mengira dia akan melepaskan posisinya atas kemauannya sendiri.
Salah satu alasan air mata yang ia tunjukkan dalam perjalanan sekolah itu, mungkin terkait dengan masalah ini juga.
“Apa Kiryūin-senpai masih di sana dan melanjutkan pembicaraannya dengan ketua OSIS Nagumo dan wakil ketua OSIS Kiriyama?”
“Kayaknya. Kau juga tahu kalau dia sangat marah, bukan?”
“Ya. Aku tidak tahu banyak tentang dia, tapi akan merepotkan jika bermusuhan dengannya. Aku mendapat kesan bahwa ketua OSIS Nagumo mengalami kesulitan dengannya soalnya.”
Dari sudut pandang anggota OSIS, wajar saja kalau dia mendapatkan kesan seperti itu karena dia biasanya hanya melihat Nagumo dalam posisi yang selalu mendominasi.
“Menurutmu, sejauh mana kebenarannya tentang Ketua OSIS Nagumo memerintahkan siswa tahun ketiga yang sama untuk menjebak Kiryūin-senpai atas tuduhan mengutil?”
“Entahlah. Tapi setidaknya memang benar seorang siswa bernama Yamanaka hampir saja menjebaknya atas tuduhan tersebut.”
Masih belum jelas apakah ada pihak ketiga lain yang terlibat dalam hal ini.
“Entah itu Nagumo atau bukan, aku tidak tahu alasan atau tujuan apa pun untuk menjebak Kiryūin.”
“Mungkinkah ini———sebuah balas dendam karena pernah berselisih dengannya?”
“Tentu itu adalah sebuah kemungkinan. Toh tidak aneh kalau dia tidak disukai oleh seseorang entah siapa itu.”
Tapi tidak ada gunanya bagi kami untuk memikirkan hal ini.
“Daripada itu, bukankah lebih baik kamu fokus pada OSIS?”
“Ya betul. Jika kamu mau menjadi pengurus OSIS, itu akan menyelesaikan setengah dari masalah, bukan? Kamu pasti akan memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh ketua OSIS Nagumo.”
“Aku tidak yakin soal itu. Setidaknya aku tidak disukai oleh Nagumo.”
“Ini bukan masalah suka dan tidak suka.”
“Tidak juga. Nagumo pasti tidak akan senang, aku sangat yakin itu.”
“Kamu hanya tidak ingin bergabung dengan OSIS, kan?”
“Begitulah.”
Jika aku bergabung dengan OSIS, waktu luangku akan berkurang cukup banyak. Itulah yang ingin aku hindari.
“Kalau begitu, paling tidak kamu mau membantuku mencari orangnya, bukan? Kamulah yang bertanggung jawab karena sudah menyuruhku masuk ke dalam OSIS, jadi aku yakin kamu tidak akan menolaknya.”
Katanya dengan cepat seolah-olah untuk memblokir jalan untuk kabur.
“Tidak, aku tidak terlalu tertarik dengan hal itu. Maaf, enggak bisa. Kamulah yang menjadi anggota OSIS, jadi kamu yang harus menyelesaikan masalah itu.”
Mungkin sudah terbiasa dengan sikapku yang tidak kooperatif, Horikita menghela napas menyerah.
“Kalau aku sih inginnya merekrut teman sekelasku. Seperti yang dikatakan oleh ketua OSIS sendiri, menjadi anggota OSIS akan memberikan dampak positif untuk kelas soalnya.”
“Di saat seperti ini, mungkin Yōsuke mau membantu segalanya dengan senang hati.”
“Iya sih. Tapi aku tidak mau membuatnya berhenti dari kegiatan klub.”
Selain tidak dapat mengikuti kedua kegiatan OSIS dan klub bersamaan, Yōsuke sudah mencapai prestasi tertentu di klub sepak bola. Tidak banyak manfaat yang bisa didapat dengan merekrutnya ke dalam OSIS.
“Aku mau pulang.”
Aku hendak kabur dari tempat ini, tapi sebelum aku sempat pergi, Horikita menghalangi jalanku.
“Soal OSIS aku bisa terimalah. Tapi Ayanokōji-kun, soal ujian khusus———”
“Maaf, tapi soal itu aku juga tidak bisa membantu banyak.”
“Kau bilang, masalah OSIS harus diselesaikan oleh OSIS sendiri. Tapi ujian khusus adalah masalah kelas. Sebagai teman sekelas, bukankah seharusnya kau mau membantu?”
“Kan ada teman-teman lain yang bisa kau andalkan. Kau punya hampir 40 teman sekelas.”
Tidak perlu bergantung sepenuhnya padaku untuk segala hal.
“Ya ampun. Ujung-ujungnya kamu sama sekali tidak mau membantu.”
“Bahkan jika aku membantu, situasinya tidak akan berubah drastis.”
“Bukankah kamu terlalu merendah? Aku akan jadi lebih percaya diri jika kamu mau membantu. Musuh kita adalah Sakayanagi-san. Jika kamu mau membantu dari awal merencanakan strategi, kemungkinan kita menang seperti di festival olahraga akan meningkat.”
Jika kami kalah, selisih dengan kelas A akan melebar hingga 100, jadi kami tidak boleh kalah.
Tapi, meskipun kami kalah, masih ada kesempatan untuk menyalip mereka.
“Tidak ada saran yang bisa aku berikan. Tapi, aku akan mengikuti perintahmu sebagai teman sekelas. Jika aku diperintahkan untuk menyelesaikan soal yang sulit dengan benar, aku akan melakukannya.”
Aku tidak akan membantu dari awal merencanakan strateginya, tapi aku akan membantu selama ujian.
“...Apakah itu berarti kamu bisa menyelesaikan soal apa pun, terlepas dari mata pelajaran apa atau tingkat kesulitannya?”
“Ya. Kemampuan akademikku di OAA pada bulan Desember adalah B. Aku tidak bisa mendapatkan skor tinggi dengan ini, tapi entah itu dua soal minimum yang wajib dijawab atau lima soal maksimum, aku pasti akan menjawabnya dengan benar jika aku mau.”
Ini akan menjadi skor yang penting bagi Horikita. Aku hanya akan memberikan jaminan untuk bagian itu.
“Sebagai individu, aku bisa mengandalkanmu. Tapi kamu tidak bisa membantu sejak tahap awal, ya.”
“Begitulah.”
“Berapa besar kemungkinan jawabanmu salah?”
“Sangat kecil, hampir nol.”
Selama soal yang diberikan tidak berkaitan dengan mata pelajaran dasar atau pengetahuan umum, tidak akan timbul masalah.
“Kau pernah bilang kan. Satu-satunya hal yang kau kuasai adalah matematika?”
“Aku tidak ingat.”
Dasar. Setelah menggerutu seperti itu, dia mengangguk setuju dengan usulan tersebut.
“Kalau begitu sepakat. Hanya dengan adanya siswa dengan kemampuan akademik B yang bisa dengan pasti menjawab lima soal sulit, beban pasti akan berkurang”
Ini akan menjadi salah satu pengalaman penting bagi Horikita untuk menjadi seorang pemimpin.
Lebih penting daripada menang atau kalah, aku ingin dia belajar sesuatu dalam ujian khusus ini.
“Tidak lupa aku bersimpati. Kamu ditunjuk sebagai ketua OSIS pada saat yang sulit.”
Jika memungkinkan, ini adalah masalah yang pasti ingin dia urus di saat dia tidak terlalu sibuk.
“Apa boleh buat. Ketika aku memutuskan untuk bergabung dengan OSIS, hal-hal seperti ini akan selalu terjadi.”
Awal mulanya seperti akulah (bukan aku juga sih) yang mendorongnya masuk ke OSIS.
Meskipun ada beberapa hal yang dikhawatirkannya, Horikita yang berjalan di sampingku tampak cukup optimis.
“Tidak ada gunanya berpikiran negatif. Aku akan jalani dengan berpikiran positif. Jika aku menjadi ketua OSIS, evaluasiku dari sekolah akan meningkat daripada sekarang, dan aku akan diberikan wewenang tertentu. Aku tidak akan menyalahgunakan wewenang, tapi aku akan bermain di area abu-abu yang dekat dengan itu.”
Tekad untuk menggunakan segala cara sampai batas tertentu untuk naik ke kelas A.
Itu bagus. Dalam kasus Horikita, mungkin ada baiknya untuk menjadi lebih serakah.
“Kamu juga boleh bantu, loh? Memilih anggota baru OSIS.”
“Jangan mengulanginya terus.”
“Kupikir kamu sudah lupa.”
“Aku akan terus menolak.”
Nagumo memintaku untuk membantu, semoga saja dia sudah dapat orangnya sebelum dia mengetahui fakta itu.
Intinya Ayanokouji mau bilang "Ga ada soal yg ga bisa gue jawab. Harusnya itu sudah cukup membantu".
ReplyDeletePro emang beda.
😎😎
ReplyDeleteIchinose ini kalau dipikir-pikir kasian juga ya. Dari semua heroine bahkan char cowok yg pernah interaksi intens sama ayano, hampir semuanya berprogress dan berkembang jadi individu yg lebih baik. Mulai dari kei, horikita, sudo, bahkan sampai kushida. Tapi si Ichinose ini dari yg awalnya terkesan perfeksionis malah sekarang kayak jadi labil, rapuh dan kurang likeable. Mana abis ini keknya mau dijadiin "mainan" pula sama si MC a*su ini wkwkwk
ReplyDeletebener bener kayak gua njir sumpah
ReplyDelete