-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 9 Bab 2 Part 1 Indonesia

Bab 2
Anggota OSIS Baru


1


Horikita membawa Kushida menaiki tangga dan pindah ke gedung khusus yang kosong di jam segini.

“Seharusnya tidak ada yang lihat di sekitar sini.”

Di sini saja gak papa, kan? Mencoba mendapatkan persetujuan Kushida.

“Yah, tentu.”

Kushida menghela napas dalam-dalam dan berat, mungkin sebenarnya dia bahkan tidak ingin ikut ke sini.

“Ini tempat yang aman yaa. Kalau ada orang yang mendekat, kita akan langsung tahu, hm hm.”

“Kamu benar-benar mengikuti kami ke mana pun ya, Amasawa-san.”

“Habis aku penasaran dengan kelanjutannya. Kushida-senpai jadi masuk OSIS atau tidak.”

Dia tidak akan pergi sampai dia tahu bagaimana hasilnya.

“Ah~ menyebalkan. Horikita memang menyebalkan, tapi sekarang kamu tiga kali lebih menyebalkan.”

Kushida terlihat emosi setelah tidak perlu lagi untuk tetap bersikap baik karena sudah terbebas dari tatapan publik, dan wajah aslinya muncul tanpa peringatan.

“Ternyata kamu juga sangat dibenci olehnya ya, Amasawa-san.”

Karena tiga kali dari Horikita yang sadar jika dirinya adalah orang yang paling dia benci itu lumayan banyak.

Tatapan dingin diarahkan padanya tanpa ragu, dan Amasawa menunjukkan senyum terlebarnya hari ini.

“Aha, aku suka banget lihat ekspresimu itu...”

Boro-boro takut, Amasawa malah menyatukan telapak tangannya senang seolah sudah waktunya untuk bersenang-senang.

“Kamu pasti senang ya. Jumlah orang yang tahu jati dirimu sudah bertambah. Dengan Ayanokōji-senpai dan Horikita-senpai ada di pihakmu, kamu tidak akan takut lagi sama aku, kan?”

“Aku tidak tahu apakah kamu ingin mempermainkan kondisi mentalku atau apa, tapi bisakah kamu berhenti melakukan hal-hal yang tidak berguna?”

“Gak mau~. Malah jika perlu, aku bisa kali gangguin Kushida-senpai lagi.”

Keputusan Amasawa untuk tetap tinggal di sekolah, apakah tujuannya itu untuk mencari kegembiraan dan kesenangan dengan menjahili Kushida? Apakah tujuan dia berkunjung ke kelas tahun kedua itu memang benar untuk bertemu Kushida?

“Apa kau tipe orang yang berpikir kalau dirimu tidak akan pernah dikeluarkan?”

“Eeh? Apa ada orang yang bisa mengeluarkanku? Kalau ada aku ingin melihatnya.”

“Sudah hentikan kalian. Terutama kamu Amasawa-san, kejahilanmu sudah terlalu berlebihan.”

Dia benar, Amasawa hari ini terlalu menonjolkan sisi jahatnya dalam memprovokasi Kushida.

Aku juga tak ingin terlibat dalam pemilihan anggota OSIS terlalu lama.

“Lebih dari ini akan menghambat Horikita. Aku mau kau hentikan itu.”

Aku dengan ringan ikut menegur Amasawa....

“———Okee. Kalau Ayanokōji-senpai bilang begitu, maka aku akan menjadi gadis yang baik.”

Ia mengangkat kedua tangan untuk mengumumkan bahwa ia tidak akan menjahili Kushida lagi.

“Kushida-san. Abaikan saja dia... sekali lagi bisakah aku memintamu untuk masuk ke OSIS?”

“Nggak.”

“Benar-benar nggak?”

“Benar-benar nggak mau. Bolehkah aku pulang?”

Melihat Kushida mencoba untuk pergi dari sini, aku memutuskan untuk sedikit mengambil tindakan.

“Horikita. Mungkin kamu harus memberikan hadiah yang lebih jelas kepada Kushida?”

“...Hadiah yang lebih jelas?”

“Masuk OSIS memang akan memberikan manfaat bagi Kushida. Tapi di saat yang sama, Horikita, kau juga menerima manfaat yang sama. Pihak yang diajak untuk masuk OSIS pasti akan sedikit timbul ketidakpuasan. Kau juga berpikir begitu, kan, Kushida?”

“Yah, begitulah...”

Meskipun Kushida melihatku dengan tajam, tatapan matanya berkeliaran tidak jelas.

“Kau pikir itu mudah untuk meminta bantuan secara cuma-cuma?”

Dengan mengikuti arahanku, Kushida melontarkan kata-kata tersebut kepada Horikita.

“Jadi apa kau akan mempertimbangkannya jika ada syarat tertentu? Tapi aku akan menolak permintaan untuk dikeluarkan seperti yang sudah-sudah.”

Mungkin itu juga salah satu pilihan untuk Kushida, tapi tentu saja tidak realistis.

Aku ingin tahu syarat seperti apa yang akan membuat Kushida masuk OSIS.

“Jika kau benar-benar ingin aku membantumu, mintalah sambil berlutut.”

“...Berlutut?”

“Ya. Jika kamu menunjukkan sikapmu dan berkata, kumohon Kushida-san, akan kupertimbangkan lagi, tidak, aku akan masuk OSIS.”

Kushida berjanji akan masuk OSIS tanpa berbelit-belit dengan jawaban yang ambigu.

Tentu saja, dia mengucapkan itu dengan keyakinan bahwa Horikita tidak akan berlutut di sini.

Horikita juga memiliki harga diri yang tinggi meski tidak setinggi Kushida.

Sekalipun demi kelas, dia tidak akan berlutut dalam situasi ini.

“Oh. Berlutut, itulah syarat darimu. Aku mengerti.”

Horikita bergumam dan duduk di lantai lorong yang dingin, berlutut.

“Ha? Kau bercanda?”

“Jika aku berlutut, kamu akan masuk OSIS. Kamu tadi sudah janji, kan? Ayanokōji-kun dan Amasawa-san juga dengar sebagai saksi. Sekaranglah satu-satunya kesempatanmu untuk membatalkannya, oke?”

Seolah-olah dia benar-benar akan bersujud agar dia mau masuk ke OSIS.

Tanda-tanda seperti itu tercium dari Horikita, dan Kushida yang seharusnya unggul kehilangan kata-kata.

“...Kamu menggertak, kan? Tidak mungkin kamu akan berlutut padaku.”

“Aku bisa mengerti kenapa kau berpikir begitu, tapi sebenarnya aku tidak sebenci itu padamu, Kushida-san. Jika dengan bersujud akan memberikan nilai plus untuk kelas, itu sudah cukup berharga.”

Menatapnya dengan tajam dari posisi lebih rendah, Horikita menjawab dengan serius.

Amasawa yang menyatakan bahwa dia tidak akan mengganggu diam-diam mengamati situasi tersebut.

“Tidak, kau tidak akan bisa berlutut. Tidak bisa.”

Setelah menebak-nebak, meski ragu, kesimpulan yang diperoleh oleh Kushida adalah [Tidak bisa].

“Oh... lalu yang harus kulakukan adalah berlutut dan memintamu untuk masuk OSIS.”

Kata Horikita sambil perlahan mengulurkan kedua tangannya di lantai koridor.

Tapi, gerakannya berhenti sebelum menyentuh.

Dan tidak peduli berapa detik berlalu, gerakan itu tidak dilanjutkan.

“Tuh kan ada apa, Horikita-san? Bukannya kau mau berlutut?”

Tanya Kushida dengan senang hati karena mengira Horikita sudah menyerah pada rasa malunya.

“Aku mau tanya satu hal dulu. Apa kau sudah puas dengan hal yang membosankan seperti bersujud ini?”

“Hah?”

“Hanya dengan menundukkan kepalaku di sini, kau akan bekerja untukku. Jelas sekali kalau akulah yang akan diuntungkan, bukan kamu.”

Di tempat ini, hanya untuk sesaat aku dapat melihat di mataku Horikita yang sedang bersujud.

Tapi di saat yang sama, Kushida harus membayar harga untuk mendukung Horikita yang akan memimpin dirinya dan menjalankan OSIS. Itu bukanlah pertukaran yang murah.

“Aku tahu kamu membenciku. Aku pun mengerti keinginanmu untuk membuatku berlutut. Tapi menurutku, kesenangan dan kenikmatan sejati hanya bisa diperoleh dengan menciptakan situasi di mana aku sendiri yang harus menundukkan kepalaku, bukan memaksaku untuk berlutut. Bukan begitu?”

Ini adalah taktik yang dicoba oleh Horikita.

Horikita pasti tidak ingin berlutut kepada Kushida.

Dengan kata lain, tebakan Kushida itu benar. Tetapi Horikita terlihat sangat mengkhayati dan sepertinya tidak keberatan untuk berlutut di tempat ini.

“Aku tidak paham. Jika kau tidak keberatan berlutut, kamu tinggal lakukan saja, bukan? Masa bodoh dengan kesenangan atau kegembiraan, cukup bersujud saja dan rekrut aku, bukan?”

Di sisi lain, Kushida tidak dengan mudah percaya. Lagipula wajar jika dia mengejar hal tersebut karena dia tidak akan masuk OSIS tanpa adanya syarat pertukaran.

“Jika ada yang membuatku enggan untuk bersujud, itu karena Kushida-san pasti akan menyesalinya. Jika aku menundukkan kepalaku di sini, mau tidak mau kamu akan masuk ke OSIS. Tapi aku tidak ingin kamu menjadi pengurus dengan motivasi yang rendah seperti itu.”

Dia ingin memanfaatkan sepenuhnya kemampuan Kushida Kikyō setelah dia masuk OSIS.

Dengan kata lain, jika dia sendiri tidak ingin masuk OSIS, hal itu tidak bisa diwujudkan.

“Bikin aku berlutut padamu di kehidupan pribadimu yang menjaga jarak dariku itu sulit. Tapi jika kau masuk OSIS, mau tidak mau kamu akan menghabiskan lebih banyak waktu denganku, dan kamu akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menunjukkan bakatmu. Saat itu terjadi, akan ada saatnya aku ingin mengandalkanmu. Jika itu terjadi, aku mungkin harus bersujud dan meminta bantuanmu lebih dari sekali.”

Daripada bersujud karena diminta Kushida, buatlah situasi di mana Horikita sendiri yang bersujud.

Pernyataan yang terkesan provokatif itu sepertinya memukul Kushida lebih keras dari yang diperkirakan.

“Itu tidak akan mengubah fakta kalau aku bekerja untukmu, bukan?”

“Kau sepertinya berpikir kita adalah ketua OSIS dan bawahan, tapi itu salah. Bukan posisi yang menentukan kedudukan kita yang sebenarnya, melainkan individu itu sendiri. Kita hanya perlu membangun hubungan di mana wakil ketua OSIS memiliki kekuasaan dan suara yang lebih kuat daripada ketua OSIS, bukan?”

Itu adalah adalah satu-satunya cara, Horikita masih dalam posisi duduk menggiring pemikiran Kushida.

“Seorang anggota baru yang tiba-tiba menjadi wakil ketua. Dan orang berbakat yang bisa memanipulasiku, si ketua OSIS. Bukankah itu cap terbaik untuk memuaskan keinginanmu akan pengakuan?”

Karena analisis Kushida telah selesai, Horikita tahu apa yang ia harapkan dan ia inginkan.

Dari perspektif itu, sekali lagi menjadi jelas bahwa Kushida sangat cocok untuk OSIS.

“Aku tidak menyukainya.”

“Tak apa jika kamu tidak menyukainya sekarang. Itu hanya masalah sepele.”

Masih dengan ekspresi tegas, Kushida mengalihkan tatapannya dari Horikita yang siap untuk menundukkan kepalanya kapan saja.

“Jika aku masuk OSIS, posisiku akan menjadi lebih kuat. Itu bukan tawaran yang buruk.”

“Ya, betul sekali. Tidak menarik untuk memaksakan syarat pertukaran.”

“Aku benci terhasut oleh kata-katamu, tapi aku akan menggunakanmu sebagaimana kau menggunakanku.”

“Yah———”

Horikita tersenyum tipis hendak menarik tangannya yang terulur, tapi———.

“Tapi begini, Horikita-san. Aku, kayaknya tetap ingin melihatmu berlutut di sini juga.”

Jawab Kushida yang berbalik dengan senyum lebar.

“...Tapi itu, tidak akan membuatku berlutut dalam arti yang sebenarnya, loh?”

“Gak papa. Aku akan mendapatkannya di lain waktu. Berlututlah untuk hari ini.”

Meskipun sejauh ini semuanya berjalan lancar bagi Horikita, dia salah perhitungan di saat-saat terakhir.

Sikap positif Kushida telah mengekspos karakternya yang lebih buruk dan membalikkan keadaan tanpa celah.

“Gimana? Nyerah? Kalau begitu aku tidak akan masuk OSIS.”

Begitu Kushida merasa dirinya berada di atas angin, dia terus menekan tanpa henti.

Situasinya tidak menguntungkan Horikita yang ingin memasukkan Kushida, yang awalnya enggan, ke dalam OSIS tanpa imbalan.

Jika dia menolak berlutut di sini, Kushida mungkin membuang keuntungannya.

Pada saat dia berpikir begitu, pertandingan mungkin sudah berakhir.

“...Ayanokōji-kun. Dan Amasawa-san.”

“Iya apaa?”

“Maaf, bisakah kalian pergi sebentar?”

Horikita yang jelas-jelas sedang dalam suasana hati buruk, memerintahkan kami untuk menyingkir.

Itu berarti dia tidak bisa menunjukkan kepada lebih dari satu orang sebuah penghinaan seperti berlutut.

Aku menarik paksa lengan Amasawa yang ingin melihat, dan meninggalkan tempat ini.

Tujuan Horikita untuk membuat dia masuk ke dalam OSIS atas kemauannya sendiri berhasil tercapai dengan gemilang.

Namun dia harus membayar harga yang mahal.

Related Posts

Related Posts

Post a Comment