Bab 4
Bagaimana Menghabiskan Hari Libur
3
Setelah itu kami jalan-jalan di Keyaki Mall sebentar.
Seperti yang dikatakan Ichinose, tidak membeli apa pun, hanya melihat-lihat toko tanpa tujuan.
Setengah hari yang kuhabiskan untuk melihat dengan jelas rutinitasnya.
Lalu ketika waktu makan siang tiba, kami keluar dari Kayaki Mall bersama-sama.
“Sudah mulai hujan ya?”
Hujan telah turun sejak tadi, meskipun tidak deras.
“Iya, sepertinya.”
Karena kami sama-sama membawa payung, kami berjalan dengan payung di atas kepala kami.
“Maaf sudah memintamu menemaniku hari ini.”
“Nggak. Aku tahu sekarang bahwa ada orang-orang yang mengkhawatirkanku.”
Ketika aku bilang ingin bertemu dan mengajaknya jalan, semua itu hanyalah untuk mendapatkan informasi dari Ichinose.
Dari sudut pandang Ichinose sekarang, walaupun dia marah, itu tak ada gunanya.
“Terima kasih, Ayanokōji-kun.”
Tapi dia tidak mengeluh sama sekali, malah mengucapkan terima kasih.
“Tidak usah terima kasih. Aku agak menyesal sebab aku seharusnya bertanya langsung padamu daripada memutar-mutar seperti ini, Ichinose.”
“Jangan bilang begitu. Karena kamu tidak bertanya langsung.... kita jadi bisa menghabiskan waktu bersama.”
Gumam Ichinose, pipinya memerah karena malu.
“Apakah Karuizawa-san tidak marah? Kamu sudah bicarakan tentang hari ini dengannya, kan? Tidak peduli apa alasannya, kurasa dia pasti tidak senang jika kamu menghabiskan waktu seharian dengan gadis lain.”
Ichinose mengkhawatirkan Kei yang berada dalam posisi yang bertentangan dengan perasaannya sendiri.
Apakah dia sungguh khawatir atau hanya kepalsuan.
“Mungkin begitu.”
Genangan mulai terbentuk dalam perjalanan pulang, dan setiap kali berjalan terpercik air sedikit.
Keheningan yang datang tiba-tiba. Tapi tidak seperti pagi tadi, perasaan canggung itu telah berkurang.
“Boleh aku bertanya? Yang mengaku itu Ayanokōji-kun? Atau Karuizawa-san?”
Matanya yang mengintip ke arahku.
Aku tak bisa memberikan jawaban yang diinginkan Ichinose atas pertanyaan tersebut.
“Aku.”
“Oh, begitu. Jadi Ayanokōji-kun yang menyukainya ya. ...Aku iri.”
Dulu aku tidak pernah menyangka bahwa akan tiba waktunya aku akan membicarakan hal seperti ini dengan Ichinose.
Namun Ichinose yang berjalan di sebelahku tampak tenang, atau lebih tepatnya siap menerima segala hal.
Normalnya, dia akan bersikap seperti itu apabila dia telah merelakan perasaannya terhadapku.
Bukannya aku kepedean, tapi jika kulihat baik-baik, perasaan cinta Ichinose terhadapku masih kuat.
Lalu bagaimana kondisi mental Ichinose sekarang?
Hanya pura-pura kuat? Atau sudah ada di ambang menyerah?
Apa pun yang kuasumsikan, tidak ada yang terasa pas di kepalaku. Anehnya, setelah mendengar tentang Kei, terasa seperti ada kilauan di mata Ichinose.
“Apakah aku menyebabkan kesalahpahaman yang tidak perlu?”
“Ternyata tidak mudah. Aku sudah menjelaskannya dengan baik, sepertinya dia marah sedikit.”
“Begitu ya. Jika Ayanokōji-kun tidak keberatan, aku bisa menjelaskan siatuasinya, loh?”
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu, Ichinose. Ini adalah tanggung jawabku karena aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik sebelumnya.”
“Tapi———”
Yah, meskipun situasi diem-dieman kami mungkin akan terus berlanjut untuk sementara.
Momen hening kembali terjadi dan tetap seperti itu sampai akhir.
Akhirnya kami tiba di lobi asrama, dan kami berdua masuk ke dalam lift yang turun.
“Hari ini sangat menyenangkan. Terima kasih, Ayanokōji-kun.”
Katanya setelah aku turun setibanya di lantai empat, kemudian dia melambaikan tangannya.
“Sampai jumpa, Ichinose.”
Hingga pintu tertutup, aku dan Ichinose terus saling menatap tanpa mengalihkan tatapan selama beberapa detik.
Akhirnya Ichinose tidak terlihat lagi.
Setelah kembali ke kamar, aku menghubungi Kanzaki melalui aplikasi chat untuk memberikan laporan.
Kalau Ichinose belum menyerah untuk naik ke kelas A.
Kalau dia keluar dari OSIS untuk lebih fokus pada pertarungan mendatang. Aku juga menambahkan kalau dia juga berencana untuk mengumumkan pengunduran dirinya dari OSIS Senin besok.
Setelah menerima laporanku, balasan dari Kanzaki adalah apakah dari sudut pandangku hal-hal tersebut adalah niat aslinya atau bukan.
Setidaknya dari yang aku lihat, aku tidak merasakan adanya kebohongan.
Terlebih lagi, aku melihat sekilas agresivitas yang tidak biasa dari Ichinose yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Sekarang belum jelas apakah itu akan menjadi hal yang baik atau buruk, tapi firasatku mengatakan bahwa aku bisa melihat sisi lain dari Ichinose yang berbeda dari sebelumnya.
Aku memberi tahu untuk menambah jumlah teman yang dapat memberikan pendapat pada Ichinose sambil terus mendukung dan mengawasinya.
Kanzaki mengirimkan pesan rasa terima kasih yang mendalam, mungkin karena dia sudah bisa merasa lega.
“Tidak ada kabar dari Kei.”
(Tln: kabar di sana berupa pesan atau panggilan)
Aku bisa saja yang memberitahunya kalau urusanku sudah selesai, tapi toh kami akan bertemu besok di sekolah.
Aku bisa berikan penjelasan tambahan yang cukup pada saat itu.
Pikirku begitu, jadi kuputuskan untuk aku pun tidak menghubunginya hari ini dan membiarkannya seperti itu.
Wah, ichinose mulai agresif nih kayaknya. Mau berubah ke mode pelakor kah ? Wkwkwk
ReplyDeleteBiar ceritanya tambah seru
kalo putus sama kei trus jadian ke honami gw drop dh ni LN
ReplyDeleteN/B : kalo ke sakayanagi masih ok :3
Kira" Apa tjuan ayanokoji buat dketin ichinose yak?
ReplyDelete