Bab 5
Mendekati Ujian Khusus
5
Saat hanya tinggal beberapa menit sebelum waktu yang ditentukan.
Seorang siswa laki-laki mendekati kami tepat ketika minuman di cangkir kami habis.
“Asahina, apa dia Ayanokōji?”
“Eh? Tachibana-kun? Iya tuh, kenapa...”
“Maaf menggangu sebentar.”
Seorang siswa bernama Tachibana menarik kursi dengan kasar dan duduk dengan tangan kosong.
Kemudian dia langsung menempatkan lengannya di atas meja, dan mencondongkan tubuhnya ke depan untuk bicara.
“Ada perlu apa kau dengan Yamanaka?”
Tachibana Kento. Kelas D tahun ketiga yang berarti dia adalah teman sekelas Yamanaka.
Kukira Anzai yang bakal datang, tapi ternyata siswa baru lagi ya.
“Tunggu, eh? Kenapa kamu tahu itu...”
“Jadi kamu menerima pesan dari Yamanaka-senpai. Dan dia memintamu untuk menemui kami, ya?”
“Ha? Akulah yang sedang bertanya.”
Dia tidak terlihat kehilangan sikap percaya dirinya, mungkin karena statusnya sebagai senpai.
Mungkin ia adalah seseorang yang secara fisik dan mental lebih unggul daripada Anzai.
“Tebakannya benar begitu dia mengirimmu sebagai penggantinya. Ini tentang Kiryūin-senpai?”
“Apa hubungannya denganmu?”
“Tidak ada hubungannya langsung denganku, tapi Kiryūin-senpai memintaku untuk memastikan kebenarannya.”
“Kau pikir kau ini detektif? Kalau begitu sampaikan ini padanya, semua seperti yang kukatakan sebelumnya.”
“Jadi benar diperintakah oleh Nagumo-senpai untuk memfitnahnya dengan tuduhan mencuri?”
“Ya, benar.”
“Hei, benarkah itu, Tachibana-kun? Aku tidak percaya Miyabi akan melakukan hal seperti itu.”
“Kau tidak percaya? Nagumo itu orang yang akan memerintahkan orang lain untuk melakukan hal seperti itu tanpa ragu. Dia itu memperbudak dan memanfaatkan kami sesukan hatinya.”
Dari yang terlihat, dapat disimpulkan bahwa mereka setidaknya berbeda dari faksi yang mendukung Nagumo.
Bahkan mereka bisa disebut sebagai faksi anti-Nagumo.
“Kami tidak punya pilihan selain mematuhinya mau kami tidak suka sekalipun. Sama seperti Yamanaka.”
Tachibana memiringkan kepalanya sedikit sembari mengembuskan napas panjang.
“Jika kau sudah paham, jangan pernah coba temui Yamanaka lagi. Oke?”
“Aku minta maaf, tapi itu tidak bisa. Nagumo-senpai tidak mau mengakui tuduhan itu.”
“Terserah jika kau tidak percaya, tapi itulah faktanya. Kami tidak bisa melawan Nagumo, asal kau tahu.”
“Aku sudah dengar. Karena kalian terikat perjanjian dengan Nagumo-senpai, kan?”
Tachibana memelototi Asahina dan menunjukkan ekspresi tidak percaya kalau dia sampai membicarakan hal itu.
“Berarti kau sudah paham, bukan?”
“Seharusnya ada cara mengumpulkan poin pribadi dan mendistribusikannya kembali menjadi uang dalam jumlah besar untuk pindah kelas secara terpisah untuk setiap kelas. Kenapa juga banyak sekali orang sampai harus mengikuti perintah Nagumo?”
“Kau tidak paham. Sebelum kami ditawari perjanjian, kami di Kelas D dan Kelas C tidak memiliki cukup poin kelas yang layak. Sekalipun kami seluruh kelas bekerja sama selama satu tahun, kami tidak akan pernah bisa mengumpulkan 20 juta. Peluang lulus sebagai Kelas A itu 0. Tapi jika kami menandatangani perjanjian, kami boleh memenangkan ujian khusus secukupnya. Dengan kata lain, kami akan mendapatkan poin kelas. Ya kali kami tidak menandatangani perjanjian itu? Selain itu, jika seluruh kelas mengabaikan perjanjian Nagumo, kami harus terus melawannya sekuat tenaga. Apa jadinya jika seperti itu? Poin kelas yang tersisa akan dia ambil dan poin pribadi yang diberikan setiap bulan akan selamanya 0.”
Tanpa membuang kesempatan, Nagumo benar-benar memanfaatkan kekuatan dan keunggulan kelasnya.
“Kami mendapatkan kehidupan sekolah yang stabil dan bahkan kesempatan untuk lulus sebagai kelas A jika kami diakui oleh Nagumo. Hanya orang bodoh seperti Kiryūin yang bisa menolak ini.”
Dengan menjadi bawahan Nagumo, poin kelas bisa dipertahankan sampai batas tertentu.
Meskipun 75% dari uang mereka akan dieksploitasi, mereka masih akan memiliki uang saku setiap bulannya.
Setelah perjanjian ditandatangani, karena isinya itulah yang membuat mereka sulit untuk mengingkarinya.
Ketika satu atau dua orang memberontak, mereka akan ditemukan karena ada yang mengadu.
“Jadi biarpun Nagumo menghabiskan banyak uang, tidak ada yang bisa mengeluh, ya.”
“Yah... bukan berarti kami tidak punya keluhan. Tapi, seperti katamu, kami tidak bisa mengeluh. Orang yang memiliki kemampuan masih mending. Tapi bagi orang-orang sepertiku yang tidak memiliki harapan untuk kelas A tanpa mengandalkan orang lain, undian adalah pilihan terakhir yang tersisa.”
Meskipun poin pribadinya harus dieksploitasi tanpa henti hingga lulus, dia akan bertaruh pada undian.
Jika tiket hanya satu, dan peluang menang hanya sekitar satu per seratus, itu tidak buruk, bukan?
Meskipun hanya ada satu tiket, lumayan juga kalau masih ada peluang sekitar 1 banding 100, ya?
“Jadi salah satu perintahnya adalah untuk membuat Kiryūin-senpai dituduh mencuri.”
Tachibana menunduk sebentar, lalu mengangguk pelan.
“Aku adalah salah satu penghubung. Katanya jika kami bisa menjebak Kiryūin dengan tuduhan menguntil, dia akan mengapresiasi kami.”
“Aku tidak begitu mengerti tentang penghubung itu. Semakin banyak orang yang terlibat, semakin mudah untuk terungkap fakta kalau kalian coba menuduhnya menguntil. Selain itu, jika banyak orang dilibatkan dalam satu peristiwa, kontribusi setiap orang secara alami akan tersebar.”
Lebih mudah dan lebih kecil resikonya bagi Nagumo apabila dia meminta langsung gadis yang tidak memiliki harapan seperti Yamanaka sejak awal.
Buat apa Nagumo menyerahkan tongkat estafet dari dirinya ke Tachibana, dan dari Tachibana ke Yamanaka.
Poin ini yang mengganjal di pikiranku, dan aku tidak dapat memahaminya dengan jelas.
Selain itu, jika ditanya apakah ucapan Tachibana ini patut dipercayai sepenuhnya, maka jawabannya tidak.
Meskipun terlihat seperti dia berkata jujur, dia terlalu terbuka dan mengungkapkan segalanya.
“Kau disuruh ketua OSIS Nagumo untuk tutup mulut, kan?”
“Te-tentu sajalah. Tapi jika terpaksa apa boleh buat, kami tak akan disalahkan meski menyebutkan namanya. Meski agak aneh mengatakannya sendiri... tapi baik aku maupun Yamanaka kurang bertanggung jawab...”
Dia dengan mudah mengakui kesalahannya setelah ditekan. Saat pertama kali muncul ia sangat percaya diri, tapi ia menunjukkan sisi lemahnya seperti ada bagian yang ia tidak ingin itu ketahuan.
“Tachibana-senpai. Kamu mungkin bukan pelaku langsung. Tapi jika masalah ini tersebar, maka sekolah akan menghukummu selayaknya pelaku asli, apa kamu siap untuk itu?”
“Ha? Tidak mungkin Nagumo akan membiarkan hal ini tersebar.”
“Nagumo-senpai mungkin tidak akan, tapi Kiryūin-senpai sangat marah. Jika dia mau, dia akan menghajar siapa pun, kamu yang sudah mengenalnya selama tiga tahun pasti tahu itu, bukan?”
“Itu... Anzai juga sangat ketakutan.”
“Kamu menerima perintah dari Ketua OSIS Nagumo. Lalu memilih Yamanaka-senpai sebagai gadis yang bisa mendekati Kiryūin-senpai dan memberinya tawaran. Kau membujuknya dengan janji kalau dia akan diakui jika dia berhasil. Itulah kebenaran yang sesungguhnya. Bisakah kamu bersumpah bahwa itu sama sekali tidak ada yang salah?”
Aku aktifkan mode perekaman video di ponselku dan mengarahkan kamera ke arah wajah Tachibana.
“Ka-kan sudah kubilang...”
“Kau bersumpah?”
Saat aku menanyakannya lagi sambil mendekatkan ponselku, Tachibana menepisnya dengan kuat.
Kemudian dia dengan paksa mematikan rekaman.
“Sudah kubilang tidak ada yang salah, bukan?”
“Kalau begitu tidak perlu panik, kan? Kenapa kamu menolak direkam?”
“Itu... um... ah, sudahlah!”
“Ah, tunggu Tachibana-kun!?”
Asahina mencoba menghentikannya, tapi dia pergi dari tempat ini tanpa menoleh ke belakang.
“Aku merasa dia ingin mengatakan sesuatu... tapi apa itu ya?”
“Tak apa. Dari reaksinya tadi, aku dapat membuat tebakan kasar.”
“Be-benarkah? Jadi kamu sudah tahu siapa yang memberi perintah ke Tachibana-kun dan yang lainnya?”
Tachibana dengan patuh menaati perintah itu dan menjalankannya.
Ketika dia gagal dan diinterogasi oleh Kiryūin, nama Nagumo disebutkan.
Meskipun risikonya adalah posisinya menjadi tidak pasti, dia tidak mengakui apa pun selain fakta itu.
“Terima kasih banyak untuk hari ini, Asahina-senpai. Dengan ini misterinya akan segera terpecahkan.”
“Y-ya. Aku senang jika Ayanokōji-kun sudah tahu... tapi bisakah kamu memberitahuku?”
“Lebih baik jangan untuk saat ini. Karena aku tidak ingin melibatkan Asahina-senpai.”
Meskipun dia sepertinya sangat penasaran dari tadi, lebih baik aku simpan dulu untuk saat ini.
Kalo tebakan gue yg nyuruh itu ya Asahina.
ReplyDeleteBerasa nonton scenenya conan pas berhasil ngungkap kasus, tapi disimpen dulu. nunggu mori nya siap dibius wkwk
ReplyDelete