Bab 5
Mendekati Ujian Khusus
4
Memesan teh hangat, Asahina memegang cangkir dengan kedua tangannya dan membawa cangkir itu ke mulutnya sambil menunjukkan ekspresi nikmat.
“Jadi tentang pembicaraan sebelumnya. Itu berarti ketidakpuasan dan perlawanan terhadap Nagumo-senpai semakin meningkat dari hari ke hari, ya?”
“Ya. Aku tidak tahu persis berapa banyak orangnya. Pada dasarnya, informasi semacam itu tidak sampai ke Kelas A. Karena aku dekat dengan Moeka, dia memberi tahuku sedikit tentang itu. Ayanokōji-kun tidak tahu soal perjanjian yang dibuat Miyabi dengan siswa tahun ketiga, kan?”
“Kupikir dia menggunakan semacam metode untuk mengikat teman seangkatan, tapi aku tidak tahu aslinya.”
“Kalau begitu, mari kita mulai dari sana.”
Katanya, dan setelah sedikit waspada, memastikan tidak ada orang di sekitar, Asahina menjelaskan dengan rinci isi dari perjanjian tersebut.
Untuk pertama kalinya, isi perjanjian yang dibuat oleh Nagumo Miyabi dengan banyak siswa tahun ketiga diungkapkan.
• 75% dari poin pribadi yang diperoleh setiap bulan akan diserahkan ke Nagumo sendiri.
• Patuhi instruksi dari Nagumo Miyabi dan jangan melakukan tindakan yang memusuhinya.
• Mereka yang telah mengumpulkan jumlah poin yang ditentukan perorangnya dan diakui berhak untuk memperoleh tiket.
• Dana akan diserahkan sehari sebelum finalisasi kelas.
• Jika melawan Nagumo setelah memperoleh tiket, hak tersebut akan dicabut.
• Siswa yang memenuhi 5 syarat di atas berhak mengikuti pertempuran tiket senilai 20 juta yen.
Dan satu lagi.
“Sepertinya Miyabi akan meninggalkan puluhan juta poin dan membiarkan mereka mengundinya di akhir. Dia bilang akan memberikan 2 atau 3 tiket, dan siswa yang telah menandatangani kontrak akan mengundinya.”
Dengan kata lain kesempatan untuk masuk ke kelas A masih ada hingga akhir, bahkan jika seseorang tidak bisa memberikan kontribusi.
Saat posisi Kelas A yang dipimpin Nagumo terjamin, ia menawarkan perjanjian kepada siswa dari kelas yang lebih rendah. Karena mustahil untuk mengumpulkan 20 juta poin sendiri, ia mengambil poin pribadi dari banyak siswa itu dan mengubahnya menjadi tiket pindah kelas untuk ditawarkan kepada mereka.
Bagi para siswa Kelas B kebawah, peluang untuk lulus sebagai kelas A biasanya sama dengan 0%, tapi dengan melakukan redistribusi kekayaan, peluang itu dapat meningkat menjadi beberapa persen.
Faktanya, beberapa siswa seperti Kiriyama sudah memperoleh hak itu, jadi bisa dikatakan bahwa efeknya ada. Meskipun tingkat eksploitasi 75% itu sangat tinggi, hal itu penting untuk mencapai tujuan memberikan tiket Kelas A kepada sebanyak mungkin siswa. Dan di saat yang sama, ini juga menguntungkan Nagumo. Dengan mencegah siswa menangani uang dalam jumlah besar, ini juga bisa mencegah munculnya pemberontakan.
“Jadi ini dipaksakan ke kelas B ke bawah ya?”
“Ya. Hanya Miyabi yang tahu persis berapa banyak siswa yang menandatangani perjanjian. Tapi, mungkin hampir semua siswa setuju, kurasa. Selain itu, meskipun tidak termasuk dalam perjanjian itu, kami di kelas A juga memberikan 50% poin kami kepada Miyabi.”
Hanya kelas A yang kemenangannya sudah pasti yang dapat menggunakan poin pribadi mereka sepenuhnya setiap bulan. Meskipun itu adalah hak yang memang diberikan kepada mereka, siswa dari kelas di bawahnya pasti akan merasa tidak puas.
Karena Nagumo memahami hal itu, dia melakukan penyesuaian dan mengendalikannya dengan baik.
Kelas A mendominasi tahun ketiga. Oleh karena itu, meskipun tingkat sumbangannya hanya 50%, jumlah itu masih lebih besar dari 75% yang dikumpulkan dari tiga kelas. Bagi Nagumo yang memiliki kekuasaan hingga ia bahkan dapat dengan bebas memutuskan hasil ujian khusus, ia adalah raja yang mengendalikan segalanya.
“Aku hanya kebetulan ditempatkan di kelas B yang sama dengan Miyabi. Miyabi bekerja keras untuk naik ke kelas A dan menciptakan lingkungan seperti sekarang. Aku tahu aku tidak berhak untuk mengatakan hal seperti ini karena aku hanya menerima keuntungan dari kerja kerasnya itu...”
Meskipun ia ragu-ragu, ia mencoba mengeluarkan kata-kata yang berat dari dalam dirinya.
“Biarpun secara tidak langsung, karena lingkungan yang diciptakan Miyabi, Moeka dikeluarkan dari sekolah. Saat aku memikirkan itu, air mataku mulai mengalir...”
Mungkin inilah alasan Asahina menangis di gedung sekolah tadi.
Sepertinya masalah Suchi ini tidak ada kaitannya langsung dengan Kiryūin, tapi ungkapan tidak langsung, yang baru saja dikatakan Asahina mungkin bisa kupakai.
“Asahina-senpai, bisa tolong bantu aku?”
“Bantu? Apa maksudmu?”
“Bagaimana hubunganmu dengan Yamanaka-senpai dari kelas D tahun ketiga?”
“Yamanaka-san? Kami hanya pernah ngobrol biasa, tapi bukan berarti kami dekat. Jadi, kurasa aku tidak bisa membantumu...”
Bukan berarti mereka dekat, mendengar kata-kata itu justru aku lebih senang.
“Kalau jawabanmu adalah kalian memiliki hubungan pertemanan yang mendalam atau kalian bersahabat aku malah repot. Karena mendengar pendapat objektifmu sebagai siswa tahun ketiga tentang Yamanaka-senpai itu lebih penting bagiku.”
“Begitu ya?”
Aku mengeluarkan ponselku dan menampilkan OAA Yamanaka Ikuko dari kelas D tahun ketiga.
Tipe tipikal kelas D, dengan semua kemampuannya di bawah rata-rata. Tak ada kemampuan yang menonjol.
“Apakah dia punya banyak teman?”
“Hmm, aku tidak yakin. Aku pikir dia berteman baik dengan para gadis di kelasnya, tapi dia bukan tipe yang populer atau dikenal oleh semua orang.”
Aku tidak berniat mengandalkan penilaian Asahina saja, tapi setelah mendengarnya, tampaknya aku dapat menyimpulkan bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang melebihi apa yang telah ditunjukkan oleh OAA.
“Tolong jangan dipublikasikan apa yang akan aku katakan ini.”
“Kok lucu ya. Yang dibicarakan sama-sama rahasia soalnya.”
“Iya, ya.”
Aku memberitahu Asahina tentang insiden di mana Kiryūin hampir dituduh menguntil.
Asahina awalnya terkejut, tapi kemudian memahami situasinya.
“Begitu ya. Jadi itu sebabnya Ayanokōji-kun ingin mendengar pendapatku untuk menyelidiki tahun ketiga.”
“Karena hanya Asahina-senpai satu-satunya orang yang bisa kupercaya.”
“Rasanya aku agak senang. Karena aku sering ada di samping Miyabi, jadi aku lebih seringnya diragukan.”
Yah, jika dipikir secara normal, wajar saja jika dia dianggap bersekutu dengan Nagumo.
“Dari sudut pandangmu, apa pendapatmu mengenai kejadian ini, Asahina-senpai?”
“Hmm, yah.... Terus terang, aku hanya bicara sama Kiryūin-san beberapa kali selama tiga tahun ini, jadi aku tidak tahu banyak tentang dirinya, tapi mungkin dia orangnya seperti yang kamu bayangkan, Ayanokōji-kun.”
“Kayaknya.”
“Aku tidak bilang kalau dia pasti tidak punya musuh, tapi bukan berarti seseorang akan membuatnya seperti menguntil untuk membalas dendam ya. Apalagi jika itu terungkap, orang itu mungkin akan dikeluarkan dari sekolah, bukan?”
“Faktanya Kiryūin-senpai segera menyadarinya dan dia pun gagal. Jika itu langsung dilaporkan ke sekolah, kemungkinan besar dia akan dikeluarkan seperti yang kamu katakan, Asahina-senpai.”
Dengan kata lain, kejadian ini sejak awal memang sudah terjadi sesuatu yang tidak masuk akal.
“Tapi———oh begitu. Aku agak paham sekarang.”
“Paham?”
“Un. Mungkin itu tepat setelah dia hampir dituduh sebagai penguntil. Dalam perjalanan pulang, aku melihat Kiryūin-san marah banget saat dia menjatuhkan seorang anak laki-laki dan menginjaknya.”
“Menjatuhkan dan menginjaknya, ya?”
Kiryūin sih biasanya terlihat anggun dan kalem. Jadi sulit membayangkan dia melakukan hal semacam itu.
“Apa mungkin anak itu menghalanginya agar tidak bertemu Yamanaka-san ya? Dia minta sambil berteriak, di mana Yamanaka? Keliahatan sangat marah. Dia terus memaksanya untuk bicara.”
Aku tidak tahu kenapa dia berusaha melindungi Yamanaka, tapi aku turut prihatin.
Itu pasti pengalaman yang cukup menakutkan.
“Ngomong-ngomong, siapa yang ditanyainya itu?”
“Kayaknya Anzai-kun yang dari kelas D juga?
Nama baru muncul di sini. Entah ia menghalanginya karena ia yang memanipulasi Yamanaka, atau ia hanya berusaha melindunginya dari Kiryūin karena dia adalah teman sekelasnya. Masih sulit untuk menyimpulkan.
“Aku ingin bicara dengan Yamanaka-senpai, bisakah Asahina-senpai memanggilkannya untukku?”
“Eh? Ah, un. Itu tidak sulit sih...”
“Kalau begitu tolong.”
Mungkin aku harus bertemu dan bicara langsung dengan Yamanaka, orang yang benar-benar mencoba menjebak Kiryūin.
Ketika Asahina-senpai menghubunginya lewat chat, sepertinya Yamanaka-senpai langsung membacanya.
“Sekarang dia ada di Keyaki Mall. Bolehkah kubalas kalau Ayanokōji-kun ingin bertemu dengannya?”
Setelah aku mengangguk kalau itu tidak masalah, ia menuliskannya dan mengirimnya.
“Udah dibaca sih, tapi belum dibalas, tunggu bentar ya.”
Asahina-senpai terus menatap ponselnya tak lama kemudian, dan setelah beberapa menit ia dapat balasan pesan.
“Jika kamu mau menunggu, dia akan datang sekitar 30 menit lagi.”
“Baiklah, aku akan menunggu.”
Jika aku memintanya untuk menyampaikan hal itu, maka sudah dipastikan bahwa Yamanaka-senpai akan datang ke sini.
“Terima kasih banyak.”
“Ini bukan masalah besar. Aku juga penasaran ingin tahu kebenarannya.”
Karena aku punya waktu luang, aku putuskan untuk menanyai Asahina-senpai soal kehidupan sekolahnya selama ini, ujian khusus, dan kejadian-kejadian lainnya sembari menunggu.