Bab 6
Sudah Diperkirakan Dan Di Luar Perkiraan
1
Setelah menyelesaikan ujian khusus yang termasuk waktu tunggu yang lama, para siswa sudah bisa merasa lega.
“Anak-anak, kalian sudah bekerja keras. Hasil ujian akan diumumkan besok, tapi kegiatan belajar berakhir hari ini. Liburan musim dingin mulai besok, jangan terlalu berlebihan tapi ya. Itu saja untuk hari ini.”
Kata-kata selamat dari Chabashira-sensei sebelum kami diizinkan pulang. Hanya tinggal menunggu upacara penutupan besok.
Setelah melewati waktu yang melehkan, banyak siswa akan bisa berleha-leha mulai sekarang. Beberapa siswa mungkin akan memeriksa seberapa banyak soal yang bisa mereka jawab, tapi Horikita tidak memimpin untuk mengumpulkan opini dan melakukan penilaian. Ia menyadari kalau mereka tidak bisa menebak skor lawan. Terlebih lagi, hasilnya akan keluar besok jadi itu tidak ada gunanya.
“Eng... hei.”
Kei yang diam-diam mendekatiku, berbicara padaku dengan suara pelan.
“Ada apa?”
“Um... Sudah waktunya, aku juga, buat maafin———.”
Katanya sambil terlihat takut, atau mungkin bingung.
Tapi tak lama kemudian, Horikita juga datang ke tempat dudukku.
“Ayanokōji-kun, bisa bicara sebentar?”
“Maaf, Horikita-san, bisa nanti saja?”
“Aku mau saja kalau bisa begitu. Tapi sayangnya ini masalah OSIS. Wakil ketua Kiriyama, bukan, mantan wakil ketua, memanggilnya. Dia ingin kami berkumpul di ruang OSIS sekarang juga.”
Untuk membuktikan kalau yang ia katakan itu benar, Horikita menunjukkan pesan di ponselnya.
Di belakang Horikita, Kushida yang tersenyum juga berdiri agak jauh.
“Maaf ya, Kei. Kita akan bicara setelah ini selesai. Hubungi aku kapan saja.”
“U-un. Selamat jalan...”
(Tln: nice ending. Kuharap ini jadi kalimat terakhir Kei buat Kiyo. Aku bakal kecewa banget kalau setelah ini Kinugasa bikin Kei yang merengek ke Kiyo. Mending dari sini lanjut dijauhin)
Aku meninggalkan Kei dan pergi dari kelas bersama Horikita dan Kushida.
“Baru juga selesai ujian khusus dan sekarang harus nanganin masalah OSIS lagi. Ada Nagumo-senpai juga kayaknya.”
“Mereka berdua itu sudah bukan lagi anggota OSIS. Jadi tidak perlu menuruti apa kata mereka, bukan?”
“Nggak bisa begitulah. Meskipun mereka bukan lagi anggota OSIS, mereka masih senior kita. Selain itu, kali ini terkait dengan kasus Kiryūin-senpai. Soal masalah itu, kan?”
“Rupanya begitu. Jadi soal itu ya.”
Alur ini adalah kejadian yang sudah diperkirakan, setelah beberapa kali kubicarakan dengan Kiryūin semalam.
Tapi aku tidak menyangka Kiriyama akan memberi tahu Horikita tentang hal ini.
Rencana awalnya adalah hanya Kiriyama, Nagumo dan aku, yang dipanggil oleh Kiryūin.
“Hei hei. Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi ada apa dengan Kiryūin-senpai?”
“Benar, Kushida-san juga perlu———”
“Biar aku yang menceritakannya. Ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu juga, Horikita.”
“Sesuatu yang harus kau sampaikan padaku?”
“Itu tentang kesaksian yang kuperoleh dari pihak ketiga tentang kasus penguntilan ini.”
Aga dari Kelas A dan ada juga Nanase yang baru saja bergabung bersamaan dengan Kushida.
Jadi seluruh anggota OSIS ditambahkan ke dalam anggota minimal yang aku perkirakan.
Rupanya ada skenario orang lain yang bercampur dalam kasus kali ini.
“Entah kenapa, karena ini tugas pertamaku untuk OSIS. Aku datang buru-buru sebagai sekretaris.”
Katanya, sambil memeluk buku catatannya dengan hati-hati.
“Apakah itu untuk mencatat?”
“Ya. Kudengar tugas sekretaris adalah mencatat.”
“Itu benar sih, tapi seharusnya ada buku catatan di ruang OSIS untuk mencatat rapat, kan?”
“Eh, benarkah? Aku malah beli sendiri...”
Tampaknya antusiasmenya untuk menjadi anggota OSIS sangat tinggi sampai dia terlalu terburu-buru.
“Yah, itu bukan masalah besar, tapi jika ada bukti pembelian nanti kirimkan padaku. Akan aku ganti.”
“Ba-baik. Maaf.”
Horikita memberitahunya bahwa biaya buku catatan itu akan diganti dari anggaran OSIS.
“Ayo kita masuk dulu.”
Nagumo sudah tiba di ruang OSIS dan menunggu di dalam bersama Kiriyama.
Ia tidak duduk di kursi ketua OSIS tempat ia selalu duduki, tapi berdiri.
“Maaf ya, Horikita. Siswa tahun kedua pasti capek setelah ujian khusus.”
“Tidak apa-apa. Tetapi apa ini terkait kasus Kiryūin-senpai...”
Tanpa menyebutkan apa yang ku jelaskan, Horikita bertanya pada Nagumo yang tidak tahu apa-apa.
“Ya. Aku dapat telepon dari Kiriyama. Kiryūin akan mengajukan keluhan ke OSIS, jadi kita perlu menyiapkan tempat untuknya.”
“Mengajukan keluhan ke OSIS...?”
Aku baru mendengarnya. Mengajukan keluhan ke OSIS? Kenapa Kiryūin memilih cara itu?
“Meskipun begitu, kau juga memanggil Ayanokōji ya, Kiriyama?”
“Karena dia adalah salah satu orang yang berada di sana saat itu. Menurutku itu perlu. Untuk mencegah tersebarnya rumor buruk tanpa tahu apa-apa.”
“Yah, terserah sih. Ini adalah keberuntungan kecil karena aku bisa melihat panggung debut Suzune.”
Kata Nagumo mendesak Horikita untuk duduk di kursi ketua OSIS.
“...Permisi.”
Horikita membungkuk sopan dan duduk di kursi itu.
“Akhirnya, kau memilih Kushida sebagai wakil ketua OSIS, ya?”
“Ya. Aku juga mempertimbangkan untuk meminta Aga-kun siswa tahun pertama yang sudah lama terdaftar, tapi aku menilai kalau Kushida-san lebih paham tentang sekolah ini adalah pilihan yang tepat. Apa ada masalah?”
“Nggak ada. Aku tidak punya keluhan dengan pilihan ketua OSIS.”
Horikita, yang telah menduduki jabatannya sebagai ketua OSIS, dan Kushida, yang baru ditunjuk sebagai wakil ketua OSIS, duduk dengan wajah serius, tanpa terlihat bercanda.
“Tapi memanggil seseorang dan kemudian datang terlambat, dia benar-benar punya nyali ya.”
Beberapa menit kemudian, Kiryūin Fūka memasuki ke ruangan sidang sebagai peserta terakhir.
“Maaf membuatmu menunggu, ketua OSIS baru.”
“Silakan duduk.”
“Tidak, terima kasih. Aku akan bicara sambil berdiri. Tidak apa-apa, kan?”
“Baiklah. Kalau begitu langsung saja, ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepadamu, Kiryūin-senpai.”
“Tanyakan apa saja.”
“Sepertinya kamu sudah memutuskan untuk mengajukan keluhan ke OSIS, nah aku ingin mendengar tentang isi keluhannya.”
Horikita melanjutkan sambil terus bersikap seolah ia tidak mendengar apapun.
“Keluhan?”
Kiryūin memiringkan kepalanya heran, tapi Kiriyama segera mendesaknya untuk bicara.
“Waktunya sudah mundur karena keterlambatanmu. Aku ingin kau bicara tanpa buang-buang waktu.”
“Yaelah, dasar tidak sabaran. Yah sudahlah, ijinkan aku untuk menjelaskan situasinya kembali.”
Kiryūin menceritakan bahwa dirinya hampir dijebak menjadi tersangka penguntilan oleh Yamanaka, siswa tahun ketiga ketika sedang berbelanja di Keyaki Mall sepulang sekolah. Untungnya, Kiryūin menyadari dan mencegahnya saat ia hendak menyembunyikan barang curian di tasnya. Penguntilan itu sendiri tidak berhasil dilakukan.
“Aku tidak percaya kalau Yamanaka melakukan itu atas dasar dendam pribadi.”
Kiryūin melirik ke arah Nagumo.
“Waktu si Yamanaka itu kutanyai, dia ngaku kalau dia telah diperintahkan untuk melakukan kejahatan oleh seseorang.”
“Siapa orang itu?”
“Mantan ketua OSIS, Nagumo Miyabi yang ada di sini.”
Anggota OSIS tahun pertama yang baru pertama kali mendengarnya menoleh dengan kaget ke arah Nagumo.
Beberapa kejadian telah terjadi, yang berpusat pada Kiryūin Fūka.
(Tln: kejadian di sana merujuk ke kejadian besar/serius)
Bukan, itu adalah tindakan yang bisa disebut sebagai kejadian kecil.
Entah itu atas kehendak Yamanaka sendiri atau bukan.
Jika itu atas kehendaknya, maka dia harus dihukum setelah mendengar alasan dia melakukan itu, jika bukan kehendaknya, pelaku yang sebenarnya perlu dicari.
Akan kulihat apakah pekerjaan pertamanya sebagai ketua OSIS berakhir dengan baik atau tidak.
“Kiryūin-senpai bilang begitu, tapi apakah Nagumo-senpai memiliki bantahan?”
“Tentu saja ada. Tapi sayangnya, Kiryūin, aku tidak memberikan perintah semacam itu pada Yamanaka loh. Jika kejadian semacam ini terungkap, itu akan merusak kredibilitasku. Tak ada satu pun manfaatnya.”
“Apa iya? Kamu selalu ingin melakukan pertarungan serius denganku. Namun aku tidak pernah meladenimu selama tiga tahun. Mungkin kamu marah karena hal itu, kan? Atau bisa saja kamu ingin memprovokasiku agar mau bertarung denganmu.”
Sejauh ini sama seperti sebelumnya, pendapat tidak menemui titik temu.
“Memang aku tertarik untuk bertanding denganmu. Tapi, ketertarikaku padamu yang tidak pernah punya niat untuk bertarung sudah lama hilang.”
“Fufufu. Apa itu benar?”
Keduanya tidak mau menerima argumen satu sama lain.
“Kiriyama-senpai adalah teman sekelasnya Kiryūin-senpai. Dan sudah mendukung Nagumo-senpai sebagai wakil ketua OSIS selama ini. Apa pendapatmu setelah mendengarkan perkataan mereka berdua?”
Horikita bertanya pada Kiryama yang dipilih sebagai orang ketiga yang dekat dengan mereka.
“Aku bisa memahami perasaan Kiryūin yang marah karena dijebak sebagai penguntil. Tapi kupikir Nagumo tidak terlibat dalam kasus ini. Jika Nagumo benar-benar serius ingin menjebaknya, maka dia pasti akan memilih cara yang lebih efektif.”
“Apa itu, bukan hanya karena kamu terlalu percaya pada Nagumo?”
Kiryūin tertawa tipis sambil meletakkan tangannya di pinggulnya untuk memprovokasi Kiriyama.
“Mengingat prestasi yang telah diraih oleh Nagumo di sekolah ini, jelas itu bukan karena aku terlalu percaya padanya.”
“Lalu dalam kasus ini, kenapa Yamanaka-senpai mencoba memicu kejadian tersebut? Tanpa disadari dan tanpa diketahui, apakah dia semakin membenci Kiryūin-senpai dan akhirnya melakukan hal tersebut? Kalau pun itu benar, kenapa dia mencoba menyalahkan Nagumo-senpai? Bagaimana menurutmu tentang itu?”
“Aku tidak tahu kebenarannya, tapi Yamanaka tidak mungkin melakukan itu atas kehendaknya sendirian.”
“Jadi bukan pelaku tunggal.”
“Kasta Yamanaka itu cukup rendah di antara siswa tahun ketiga. Sekalipun itu bukan Nagumo, dia bisa saja dimanipulasi dengan imbalan poin pribadi.”
Pendapat Kiriyama adalah bahwa pelakunya bukan Nagumo atau Yamanaka, melainkan ada pihak ketiga yang bersembunyi di balik kegelapan.
“Jika itu benar, berarti kita perlu mencari tahu siapa pelaku sebenarnya.”
“Ya. Tapi itu akan sulit untuk menemukannya. Saat dipaksa mengaku oleh Kiryūin, dia tidak dengan jujur mengakui, dan malah menyebutkan nama Nagumo. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki tekad yang kuat.”
“Apa kamu tahu alasannya? Kushida-san.”
Tanya Horikita kepada Kushida yang telah mendengarkan pembicaraan mereka.
“Bagi Yamanaka-san, menyalahkan Nagumo-senpai sebagai siswa tahun ketiga hanya akan merugikan diri sendiri. Tapi jika dia tetap menyebutkan namanya... itu berarti dia sangat ingin melindungi pelaku sebenarnya.”
“Tepat sekali. Itu berarti dia lebih takut pada pelaku yang sebenarnya daripada takut pada Nagumo, yang seharusnya paling ditakuti.”
“Aku tidak paham. Aku tidak bisa memikirkan siswa mana pun yang lebih ditakuti daripada Nagumo? Mungkin dia hanya coba menggiring kita untuk percaya bahwa ada pelaku sebenarnya?”
Bagi Kiryūin, yang terus mencurigai Nagumo, Kiriyama hanyalah orang lain berpihak pada Nagumo.
Mengingat sulitnya menemukan pelaku sebenarnya, kecurigaan semakin meningkat.
“Kau sendiri apa tidak hanya ingin menganggapku sebagai pelakunya?”
“Karena tidak ada kandidat lain apa boleh buat.”
“Harap diam dulu untuk kalian berdua. Jelas bahwa percakapan kalian tidak akan mencapai solusi apa pun.”
Seperti yang dikatakan, pembicaraan antara Kiryūin dan Nagumo tidak akan pernah menemui titik temu.
“Jika Kiryama-senpai, bagaimana kamu menangani kasus ini?”
“Penyelidikan atau pengusutan lebih lanjut mungkin harus dihindari. Tapi meskipun hanya sebuah percobaan, tindakan Yamanaka tidak bisa diterima. Dia harus minta maaf pada Kiryūin sekali lagi dan membayar sejumlah ganti rugi semampu dia. Kupikir itu adalah tindakan yang layak untuk diambil.”
“Jadi tidak perlu melaporkannya ke pihak sekolah?”
“Jika Yamanaka bertindak atas kehendaknya sendiri, maka harus dilaporkan. Tapi jika ini dilaporkan sebelum tahu siapa pelaku sebenarnya, Yamanaka sendiri yang akan menanggung semua kejahatan. Bukan begitu?”
“Memang benar juga. Meskipun sekolah melakukan investigasi, itu tidak menjamin pelaku sebenarnya akan ditemukan...”
Meskipun sudah dapat dipastikan bahwa Nagumo tidak bersalah, apakah solusi itu bisa diterima?
“Yang kuinginkan hanyalah permintaan maaf dari pelaku yang sebenarnya?”
“Kesimpulannya adalah kau tidak bisa menuntut itu. Atau mungkin kau bisa menemukan pelaku sebenarnya? Tapi aku tidak ingat mendengar satupun informasi baru selama beberapa minggu terakhir. Atau kau bisa dapat informasi yang berharga dari Anzai yang kau ancam dengan kekerasan?”
Setelah mendengar pernyataan dari Wakil Ketua OSIS Kiriyama, Kiryūin mengangkat bahu. Mungkin tidak sampai melukainya, tapi dia pasti melakukan serangan yang abu-abu. Meskipun ada sedikit ruang untuk simpati, Kiryūin bisa mendapat masalah jika hal itu diangkat.
“Ayanokōji-kun. Kamu tempo hari bertemu Asahina-senpai, bukan?”
Di sini Horikita mengangkat topik yang kuceritakan padanya tadi. Penyebutan nama Asahina, teman dekat Nagumo, membuat Nagumo yang diminta untuk diam, mengalihkan pandangannya ke arahku.
“Melalui Asahina-senpai, aku mendengar semua situasi di tahun ketiga. Aku mencari tahu perjanjian apa yang dipaksakan Nagumo-senpai pada para siswa tahun ketiga, dan seperti apa hubungan mereka dengannya. Serta seperti apa perasaan mereka miliki padanya.”
“Sebelum datang ke ruang OSIS, aku menerima laporan rinci itu dari Ayanokōji-kun. Dan ketika ngobrol dengan Asahina-senpai, dia juga menyelidiki lebih lanjut tentang Yamanaka-senpai.”
“Ho? Itu baru Ayanokōji, aku bisa mengandalkanmu jika aku perlu sesuatu.”
Aku telah melaporkan itu ke Kiryūin, tapi dia dengan sengaja membuatnya seolah-olah dia baru pertama kali mendengar hal itu.
“Jadi kau menggerakan Ayanokōji ya, Kiryūin?”
“Apa kau keberatan, Nagumo?”
“Nggak. Hanya saja, berarti———”
Nagumo hendak melanjutkan sesutu yang mungkin dia pikirkan, tapi dia segera menahannya.
(Tln: Nagumo mungkin sadar kalau Kiryūin memegang kelemahan Kiyotaka)
“Maaf. Tidak usah dipikirkan, lanjutkan saja, Suzune. Ini adalah kasus pertamamu sebagai Ketua OSIS.”
Dia menunjukkan sikap mengawasi kembali karena tidak mau melakukan hal-hal yang tidak perlu.
“Dia tidak bisa bertemu dengan Yamanaka-senpai, tapi sebagai gantinya, ada seseorang yang mendatangi Ayanokōji-kun. Dia adalah Tachibana-senpai dari kelas D tahun ketiga yang sama dengannya. Kenapa dia yang seharusnya tidak ada hubungannya muncul? Sepertinya itu untuk mencegah Yamanaka-senpai mengungkapkan yang sebenarnya.”
“Jadi Yamanaka dan Tachibana itu terhubung?”
Tanya Nagumo pada Horikita denagn sikap seolah-olah dia tidak tahu apa-apa.
“Kata Ayanokōji-kun, waktu tanya Tachibana-senpai soal kebenarannya, jawaban dia sama. Kalau dia disuruh oleh Nagumo-senpai untuk memasukkan barang ke dalam tas Kiryūin-senpai.”
“Jelas aku tidak pernah membicarakan hal seperti itu dengan Tachibana. Sebaliknya, aku bahkan tak ingat pernah berbicara dengannya selama satu bulan terakhir. Mungkin saja Tachibana adalah pelaku sebenarnya.”
“Yah, yang bisa kamu katakan cuman itu.”
Respon yang wajar dari Kiryūin terhadap tanggapan Nagumo.
“Kiryūin-senpai, apa kamu memiliki hubungan yang mendalam dengan Tachibana-senpai?”
“Sama sekali tidak. Aku bahkan lebih tidak memiliki hubungan dengan dia daripada Nagumo.”
“Dengan kata lain, dia memiliki motif yang lebih kecil daripada Yamanaka-senpai untuk dianggap sebagai pelaku sebenarnya?”
“Jadi Tachibana-senpai juga diperintahkan oleh seseorang, sama seperti Yamanaka-senpai?”
Nanase yang telah mencatat rapat sampai sejauh ini, bertanya kepada Horikita tentang hal itu.
Tapi Horikita diam dan tidak menjawab pertanyaan itu.
Semua orang pasti terkejut karena mereka mengira Horikita akan langsung menjawab pertanyaan itu.
“Laporan yang kamu terima bukan hanya itu, kan? Tolong lanjutkan, Ketua OSIS.”
Desak Kiryūin, tapi Horikita juga tidak menjawabnya.
Dan itu wajar. Karena aku tidak memberitahunya inti dari kesimpulannya.
Karena aku hanya memberikan informasi yang sama dengan apa yang diketahui Asahina yang ada di sana bersama Tachibana tempo hari.
Jika dia meminta bantuan, aku akan membantunya.
Tapi sebelum itu, aku ingin lihat apakah pemikiran Horikita dapat membawanya pada suatu kesimpulan.
“Nagumo-senpai bilang bahwa dia bukan pelakunya. Sementara itu, Yamanaka-senpai dan Tachibana-senpai konsisten bilang bahwa mereka menerima perintah dari Nagumo-senpai. Ini jelas adalah kontradiksi.”
“Di antara mereka pasti ada yang berbohong, kan?”
“Wajar untuk berpikir demikian. Tapi pertama-tama, aku ingin mempercayai perkataan mereka dulu.”
“Mempercayai pernyataan yang kontradiksi itu apa tidak sulit, ya?”
Nanase yang terus mencatat rapat, menghentikan penanya dan menggumamkan itu.
“Biasanya memang sulit. Tapi bagaimana jika kedua belah pihak benar-benar tidak berbohong? Mungkin ada kondisi tertentu yang akan membuatnya tidak kontradiksi lagi.”
(Tln: btw ini ketos ribet amat. Perasaan pas Manabu ngurus masalah Sudou yang mikir itu Kiyotaka, kenapa sekarang malah ketosnya yang mikir?)
Seiring berjalannya diskusi ini, Horikita sepertinya telah menarik satu kemungkinan.
“Pelaku yang sebenarnya memberitahu Tachibana-senpai bahwa dia ingin memintanya untuk melakukan tugas tertentu atas perintah Nagumo-senpai. Tachibana-senpai dan Yamanaka-senpai terus bersikeras bahwa itu benar karena mereka mempercayai kata-kata si pelaku. Tapi permintaannya tersebut merupakan tindak kriminal. Normalnya, mereka harusnya mulai dengan memastikan apakah perintah itu benar atau tidak dengan bertemu langsung dengan Nagumo-senpai.”
Sangatlah wajar jika mereka ingin memiliki jaminan dan kepastian mengenai imbalan yang akan diterima.
“Tapi itu tidak dilakukan. Kenapa kira-kira? Mungkin karena pelaku yang sebenarnya juga dianggap sebagai seseorang yang dapat dipercaya oleh Yamanaka-senpai dan Tachibana-senpai. Juru bicara Nagumo-senpai. Dan memiliki kekuasaan.”
Di sekolah ini, hanya ada satu orang yang bisa membuat pernyataan seperti itu.
“Dalam kasus ini. Orang yang sebenarnya mengatur di belakang layar—bukanlah Nagumo-senpai, melainkan Wakil Ketua OSIS Kiriyama. Benar kamu, kan?”
Semua mata langsung tertuju pada Kiriyama.
“Aku? Kenapa kau sampai pada kesimpulan seperti itu?”
Kiriyama dengan tenang mempertanyakan alasan kenapa namanya disebutkan.
“Kamu tidak mengerti dengan penjelasan barusan? Jika aku mengatur informasi, kesimpulan itu adalah yang paling masuk akal.”
“Tidak ada jaminan bahwa informasi yang diberikan Ayanokōji itu benar. Nagumo sudah menjanjikanku tiket untuk naik ke kelas A. Aku tidak akan pernah melakukan pemberontakan.”
Saat Kiriyama membela dirinya, seseorang yang tak terduga mendukungnya.
“Kupikir deduksi ketua OSIS ini sangat menarik, tapi Kiriyama benar. Alasan terbesar aku tidak mencurigai Kiriyama. Seekor anjing yang telah dijinakkan tidak akan menggigit tuannya.”
“Lalu, bolehkah aku memanggil Yamanaka-senpai dan Tachibana-senpai sebagai saksi baru sekarang?”
Horikita bertanya pada Nagumo atas kesediaannya untuk menerima saksi baru.
“Kaulah ketua OSIS-nya. Lakukan saja sesukamu.”
“Baiklah.”
“Tunggu.”
Kiriyama-lah yang menghentikannya.
“Apa saksi-saksi tersebut tahu kalau mereka akan dipanggil ke sini?”
“Tidak. Aku baru mau menghubungi mereka sekarang dan bernegosiasi.”
Kiriyama memelototi Horikita dan diriku yang terlibat dalam masalah ini.
Jika hipotesis bahwa Kiriyama = pelaku sebenarnya tidak dimunculkan, ia mungkin dapat melewati ini tanpa menarik perhatian.
Tapi untuk menghilangkan kecurigaan yang muncul ini, ia tidak akan bisa menghindari serangan pertanyaan.
Jika mereka diseret ke tempat di mana semua tokoh utama ada disini, apakah mereka bisa menyembunyikan keberadaan Kiriyama tanpa perencanaan sebelumnya? Terus berbohong dan mengelak di tempat ini tidaklah mudah.
“Salahkah jika aku memanggil mereka?”
Tanya Horikita kepada Kiriyama.
Jika mereka tidak ingin diseret-seret, maka cukup seret saja mereka keluar.
Itu adalah cara tercepat dan termudah.
“Itu...”
“Kenapa panik, Kiriyama? Kau kan tidak terlibat jadi santai saja.”
Kata Nagumo dengan santai kepada Kiriyama, tapi terlihat tekad dalam matanya. Meskipun sepertinya dia tidak pernah mencurigai Kiriyama sampai beberapa saat lalu, tapi dia menyadari bahwa situasinya telah berubah.
“...Baiklah. Kita cukupkan sampai di sini saja.”
Kata Kiriyama dengan pasrah setelah ia menyadari bahwa tidak ada jalan keluar lagi.
“Maksudnya itu apa?”
“Tidak perlu memanggil saksi. Aku akui kalau aku yang memberikan perintah kepada Tachibana kali ini.”
“Jadi kamu pelakunya ya. Bisa beritahu aku, kenapa kamu melakukan ini?”
Kiriyama tidak terlihat panik sama sekali, mungkin karena dia sudah mengambil keputusan.
“Aku sudah melakukan sesuatu yang buruk padamu, Kiryūin, tapi aku membutuhkanmu untuk mencapai tujuanku.”
“Kenapa harus aku?”
“Sebuah pesan dari Nagumo, menyuruhnya untuk melakukan pekerjaan untuk menambah poin, Tachibana langsung menerimanya tanpa ragu. Karena sudah mendekati akhir semester kedua dan dia sangat tidak sabar. Dia bahkan tidak mencurigainya.”
Jika itu berasal dari Kiriyama, Wakil Ketua OSIS yang merupakan rekan dekat Nagumo, wajar saja jika dia mempercayainya.
“Alur kebohongannya itu seperti ini. Jika mereka dapat menjebak Kiryūin dengan tuduhan mengutil tanpa disadari olehnya, mereka akan diberi tiket ke Kelas A. Jika gagal tentu saja batal, tapi setidaknya mereka akan diberi poin.”
“Kebohongan yang berani. Jika Yamanaka berhasil, kebohonganmu akan langsung terbongkar.”
Apa yang dikatakan Nagumo itu benar. Tachibana dan Yamanaka akan segera pergi meminta tiket sebagai imbalan. Dan pasti tidak butuh waktu lama bagi orang-orang di sekitar untuk mengetahui bahwa Kiriyama telah memberikan pesan palsu.
“Kami berada di kelas yang sama selama 3 tahun, jadi aku sangat mengenal kepribadian dan kemampuan Kiryūin. Aku pikir tidak mungkin bagi seseorang sekelas Yamanaka untuk melakukan itu tanpa ia sadari.”
Jadi itu alasan kenapa harus Kiryūin. Dia memilih target yang harus pasti gagal jika rencana itu dijalankan.
“Jadi kamu sudah tahu sejak awal bahwa mereka akan ketahuan ya. Tapi aku tidak paham. Ini terlalu rumit hanya untuk tujuan membuatku marah, dan tidak ada untungnya buatmu.”
“Tujuannya adalah untuk menjebak Kiryūin-senpai sebagai pelaku penguntilan. Jadi dari sana kita sudah keliru.”
Sambil menulis catatan rapat, Nanase mengangguk seolah-olah ia baru paham.
“Benar. Ketika kamu menanyai Yamanaka dan dia menyebutkan nama Nagumo, aku juga sudah tahu yang pertama akan kamu lakukan adalah meminta janji temu dengan Nagumo melalui aku, teman sekelasmu, untuk bicara langsung dengannya. Tujuanku yang sebenarnya adalah mengatur jadwal janji temu itu agar berbenturan dengan janji yang lain.”
Pada saat itu, dalam situasi itu, karena aku juga ada di sana, tujuan Kiriyama pun langsung terlihat.
“Pemilihan ketua OSIS. Sepertinya tujuan Kiriyama-senpai adalah untuk menghancurkan itu lebih awal ya.”
“Seperti yang diharapkan, Ayanokōji. Tidak heran kau ditandai oleh Horikita-senpai.”
Nagumo yang telah menguraikan situasi, juga dapat memahami maksud dan tujuan Kiriyama.
“Jadi kamu ingin mengorek masa lalu Honami yang pernah menguntil, agar ia mengundurkan diri ya.”
“Ya. Aku bisa saja secara pribadi mengungkapkan masalah masa lalunya, tapi aku menilai itu terlalu lemah. Aku tahu Kiryūin yang membenci kejahatan semacam itu akan tanpa ampun mengeluarkan kata-kata yang akan menusuk hati Ichinose yang tidak tahu apa-apa.”
Sambil sedikit terkejut, Kiryūin memberikan tepukan ringan pada Kiriyama.
“Sepertinya aku benar-benar dipermainkan olehmu. Kau berhasil mengakaliku sekali loh, Kiriyama.”
Setelah belajar dari Horikita Manabu dan menjadi tangan kanan Nagumo sebagai wakil ketua OSIS, tujuan dan perkiraaan Kiriyama tampaknya sangat akurat. Dia menggunakan Kiryūin untuk melukai harga diri Ichinose dengan kedok kebetulan, dan membuatnya merasa tidak layak menjadi ketua OSIS. Kemampuan Kiryūin sama kuatnya dengan Horikita Manabu, tapi dia adalah orang yang eksentrik dan penyendiri yang tidak memiliki teman. Karena itulah, ia memiliki titik lemah yang sangat rentan dalam konteks perang informasi. Kiriyama mengetahui dengan sangat baik kepribadian Nagumo dan Kiryūin, yang mana itu menjadi dasar dari strateginya.
“Yang paling tak terduga adalah keputusan Ichinose untuk keluar dari OSIS pada saat itu. Seandainya aku tahu tentang itu sejak awal, aku tidak perlu mengambil risiko.”
Bahkan tanpa menarik hal-hal terkati penguntilan itu, pemilihan ketua OSIS sudah pasti jadi milik Horikita.
“Kenapa, Kiriyama? Kenapa kamu mengambil risiko demi menghentikan pemilihan OSIS?”
“Kau tidak paham ya, Nagumo? Itu karena aku tidak tahan dengan tindakan egoismu. Bagaimana jadinya jika Ichinose tidak memiliki niat untuk keluar dari OSIS dan pemilihan OSIS tetap dilakukan? Kau akan pertaruhkan banyak poin pribadi untuk bertarung dengan Ayanokōji. Dan kau bahkan tidak akan ragu untuk membeli suara dengan poin jika kau ingin memenangkan pertandingan.”
Nagumo memang memiliki banyak uang. Jika dia merasa kesulitan, tidak mengherankan jika dia memilih untuk membeli suara.
“Aku tidak mengerti. Buat dirimu yang sudah pasti menang, uang yang kuhamburkan itu bukan urusanmu, kan?”
“Bukan urusanku? Aku memang telah mendapatkan tiket ke Kelas A darimu. Tapi, menurutmu betapa besar beban mental yang kutanggung selama ini? Setiap hari aku selalu dicemburui dan dibenci oleh teman-teman sekelasku. Itu adalah waktu yang menyiksa.”
Matanya memelototi Nagumo berisikan kemarahan serius yang belum pernah ditunjukkan oleh Kiriyama sebelumnya.
“Kau bisa menambah jumlah siswa yang bisa naik ke kelas A jika kau mengalihkan poin pribadi yang kau gunakan untuk hiburanmu pada siswa seangkatan. Tapi malah, kau mengalokasikan poin pribadi yang diperoleh oleh para siswa tahun ketiga dengan darah dan keringat mereka sendiri hanya untuk keserakahanmu sendiri dan keinginanmu untuk bertarung? Yang benar saja.”
Untuk mencegah kebocoran poin pribadi yang tidak perlu. Itu adalah tujuan Kiriyama.
“Aku tidak tahu loh, Kiriyama. Aku menyangka kamu peduli pada orang lain. Kupikir semua orang yang kuberi tiket adalah orang-orang egois kompeten yang hanya peduli dirinya sendiri asalkan mereka bisa lulus sebagai kelas A, itu sudah cukup.”
Nagumo memuji Kiriyama seolah dia terkesan.
Tapi apakah semua orang menganggap ini sebagai pujian, itu masalah lain.
“Dari Horikita-senpai ke Ayanokōji. Pertarungan lain yang tidak perlu yang kalian lakukan tidak ada bagusnya sama sekali untuk tahun ketiga.”
“Aku paham maksudmu. Tapi, Kiriyama, kau sudah siap untuk menerima akibat dari tindakanmu yang telah mengkhianatiku, kan?”
Nagumo punya wewenang untuk mencabut haknya. Tiket Kiriyama akan dicabut karena telah membangkang.
“Aku bertindak atas dasar perjanjian. Lakukan saja sesukamu.”
“Aku akan serahkan hukuman untuk Kiriyama pada Nagumo. Itu sudah cukup untuk menghukumnya.”
Setelah menyimpulkan itu, Kiryūin hendak pergi dari ruang OSIS.
“Tunggu sebentar, Kiryūin-senpai. Pembicaraannya belum selesai.”
“Kupikir giliran ketua OSIS sudah berakhir?”
“Tidak, tidak bisa begitu. Kasus ini sudah dibawa ke OSIS. Kupikir Nagumo-senpai tidak memiliki hak untuk menghukum Kiriyama-senpai secara pribadi. Selain itu, masih ada misteri yang belum terpecahkan.”
“Misteri? Memangnya masih ada lagi?”
“Kiriyama-senpai mencoba menjebak Kiryūin-senpai sebagai penguntil. Dan saat hal tersebut terungkap, dia memutuskan untuk membawa masalah ini ke OSIS. Tujuannya adalah untuk menghentikan pemilihan OSIS. Dan untuk membangkitkan trauma mengutil dalam diri Ichinose-san agar ia akan mengundurkan diri.”
Itu juga pengakuan dari orang yang bersangkutan, jadi asumsi ini pastinya tidak salah.
“Tetapi dia seharusnya tidak perlu mengambil risiko seperti itu. Jika dia ingin menghentikan pemilihan OSIS, ada banyak cara lain. Jika dia ingin memanfaatkan masa lalunya soal menguntil, dia bisa mendekati Ichinose-san tanpa ada yang melihat dan memintanya untuk mundur. Padahal itu lebih aman dan pasti berhasil.”
“Kiriyama tidak memikirkan ide itu———rasanya sulit dipercaya, ya?”
Kiryūin yang tertarik, kembali ke posisi semula.
“Aku masih mempertanyakan kenapa ia mengambil risiko seperti itu. Mungkin Kiriyama-senpai sudah siap untuk terungkap kalau dirinya adalah pelaku sebenarnya di tempat ini?”
Kiriyama tidak menjawab, hanya menatap Horikita yang merupakan ketua OSIS.
“Menurutku dia ingin mempublikasikan kasus ini dan mengangkat masalah ini. Bukan hanya memanggilku, dia mengumpulkan seluruh anggota OSIS di sini hari ini. Memanggil Ayanokōji-kun. Semuanya adalah perintah dari Kiriyama-senpai, di awal aku sudah bilang, bukan?”
Kukira Kiryūin yang memiliki ide untuk mengajukan keluhan ke OSIS, tapi karena ia memiringkan kepalanya saat ditanya Horikita segera setelah memasuki ruangan, itu berarti adalah ide Kiriyama.
Kiriyama juga mendesaknya untuk berbicara agar kecurigaan itu terlupakan.
“Horikita. Untuk sesaat kehadiranmu terlihat seperti Horikita-senpai, jadi rasanya aneh.”
Kata Kiriyama sebagai pujian karena tebakannya tepat.
“Aku tidak tahu seberapa efektif itu, tapi itu benar. Semakin banyak siswa yang tidak puas dengan Nagumo. Jika aku memberitahunya tentang hal itu, dia pasti tidak akan mendengarkan pendapatku. Apakah aku salah?”
“Mungkin.”
Nagumo tidak menyangkal, melainkan mengiyakan. Mungkin dia telah mengabaikan keluhan itu selama ini.
“Cara yang dia gunakan memang banyak salahnya, tapi inilah kebenarannya. Nagumo-senpai.”
“Bagaimana, Nagumo? Apa kau akan menyerahkan semua tanggung jawab atas keegoisanmu hanya pada Kiriyama?”
“Yah. Aku memang berasumsi bahwa aku tidak ada hubungannya dengan ini, tapi dari apa yang kudengar, ternyata tidak juga.”
Aku penasaran dengan keputusan apa yang akan ia ambil, tapi Nagumo menoleh dari Kiriyama ke Horikita.
“Kau-lah yang menemukan kebenarannya, Suzune. Karena itu, kau harus menilai dan memberikan putusan sebagai kasus yang harus ditangani oleh OSIS.”
“...Apa aku boleh memutuskannya sendiri?”
“Kamu duduk di sana bukan hanya untuk pajangan, kan? Aku akan mengikuti keputusanmu.”
Setelah menyaksikan semuanya, keputusan seperti apa yang akan diambil Horikita?
“Baiklah, sebagai Ketua OSIS, berikut ini putusanku. Pertama, Kiriyama-senpai harus meminta maaf secara tulus kepada Kiryūin-senpai atas kasus ini. Dan apa pun keadaan yang melatarbelakanginya, fakta bahwa kamu mencoba melibatkan Yamanaka-senpai dan Tachibana-senpai dalam kejahatan tersebut harus ditanggapi dengan serius. Tapi karena melaporkan ini ke sekolah akan menimbulkan konsekuensi serius, aku ingin kamu merenungkan perbuatanmu dengan skors sukarela selama kurang lebih satu minggu.”
OSIS tidak punya hak untuk menjatuhkan hukuman seperti menskors atau mengeluarkan siswa. Jika ingin membuat keputusan seperti itu, persetujuan dari pihak sekolah sangat diperlukan. Karena itulah skors sukarela.
Terserah mau pura-pura sakit atau alasan lainnya, pokoknya ia harus merenungkan tindakannya di asrama.
“Selain itu, meskipun Nangumo-senpai tidak secara langsung bertanggung jawab atas hal ini, menurutku dia memiliki tanggung jawab manajemen karena perjanjian itu. Kupikir kamu berhak mencabut hak Kiriyama-senpai untuk pindah kelas, tapi tolong berjanjilah untuk tidak melakukannya kali ini.”
“Itu permintaan yang tegas.”
“Kamu bisa menolaknya. Tapi kamu akan mengikuti keputusanku, kan?”
“Aku juga tidak bisa terlalu menyalahkan Kiriyama atas kasus kali ini. Tapi apakah itu cukup?”
“Tidak. Karena tidak ada jaminan bahwa hal yang sama tidak akan terulang lagi di masa depan jika hanya berakhir seperti ini. Poin pribadi yang dikumpulkan oleh siswa tahun ketiga kedepannya hanya akan digunakan untuk kepentingan siswa tahun ketiga. Aku juga akan menambahkan syarat tersebut.”
Sampai saat ini, Nagumo telah bertindak semaunya sendiri layaknya seorang raja.
Dia pasti sudah menggunakan banyak poin pribadi tanpa sepengetahuan kami dan menghabiskan banyak uang untuk bermain api melawan Horikita Manabu dan tahun ajaran lain. Sekarang, itu dilarang.
“Jika itu adalah keinginan OSIS, maka aku akan mematuhinya.”
“Mudah sekali kau diatur Nagumo, kupikir kau tidak akan menerima syarat itu.”
“Pada dasarnya, apa yang dikatakan oleh Suzune, atau harus kupanggil Ketua OSIS, itu benar.”
Apa dia ketua OSIS yang jauh lebih tepat daripada yang kukira?
“Apa kau benar-benar puas dengan itu, Nagumo? Kau punya kekuatan untuk menjatuhkanku.”
“Keputusan ini dibuat oleh ketua OSIS. Tidak sopan untuk menentangnya.”
Atau mungkin Nagumo juga menghargai sifat asli Kiriyama yang telah ia tunjukkan.
“Kau serius ingin mengakhiri ini begini saja?”
“Dari kasus ini, aku akhirnya mengerti. Bahwa aku tidak diberkati.”
(Tln: ‘diberkati’ dengan pertemuan. Konteksnya mungkin lawan sepadan)
Nagumo tampak bosan seolah-olah menyerah akan sesuatu. Tapi ia tidak membicarakannya lebih lanjut. Di sisi lain, ekspresi Kiriyama tidak menunjukkan bahwa dia telah menyerah atau merasa lega setelah semuanya terbongkar. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih jauh dari itu, terlihat seperti itu dalam ekspresinya.
“Demikian, kasus ini dianggap selesai. Sekali lagi, tolong jangan bicarakan masalah ini kepada siapa pun.”
Dengan pernyataan ketua OSIS, seluruh rangkaian insiden ini terselesaikan. Tapi aku tidak tahu apakah ini benar-benar sudah berakhir. Aku ingin tahu apa ekspresi penuh makna yang ditunjukkan Kiriyama di bagian akhir itu.
Akhirnya upload juga
ReplyDeleteMakasih banyak , min. 👍