-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 9.5 Bab 1 Intro Indonesia

Bab 1

Lagu Kesepian


24 Desember. Hari pertama liburan musim dingin.

Di pagi hari, aku terbangun dengan perasaan sedikit aneh.

“...Aku bermimpi aneh.”

Gumamku sambil perlahan bangun dari tempat tidur.

Aku sepertinya sedikit berkeringat saat tidur.

Biasanya, aku tidak begitu memikirkan mimpi yang kualami.

Baik itu mimpi indah maupun buruk, meski berbeda-beda, itu tetaplah mimpi dan bukan kenyataan.

Dan manusia pada dasarnya adalah makhluk yang melupakan mimpinya.

Meskipun bisa saja ada pengecualian di dunia ini, aku juga termasuk orang yang sering lupa.

Walaupun saat baru terbangun aku masih ingat, tapi dengan cepat itu hilang dari ingatan.

“———Guru wali kelasku terlihat seperti bunny girl...”

Berusaha mengingat atau melupakannya itu pada dasarnya sia-sia.

Mungkin perkataanku itu akan membuat orang lain memiringkan kepala jika mereka mendengarnya.

Tidak, kupikir bunny girl bukanlah inti dari mimpiku itu.

Usaha apa pun untuk menggali lebih dalam mimpi itu adalah sia-sia.

Aku segera menyerah untuk mengingat mimpi itu.

Karena sekolah libur, aku menyiapkan diri dengan santai dalam waktu yang berlalu dengan lambat.

Ada sikat gigi dan gelas yang berbeda warna yang diletakkan di wastafel.

Kehidupan sehari-hariku kembali normal setelah Kei yang selama ini hidup bersamaku menjauhiku.

Namun, itu bukan berarti hubungan kami berakhir.

Periode ini seperti diem-dieman sebagai sepasang couple yang disebabkan oleh kesalahpahaman yang terjadi.

Sama sekali tidak ada perubahan emosional dalam diriku sebagai akibat dari peristiwa itu.

Tentu saja, semua ini adalah bagian dari rencana yang sengaja aku susun, namun jika ini adalah sesuatu yang tak terduga, apakah aku akan sedikit terguncang?

“...Entahlah.”

Pada dasarnya, perubahan emosi terjadi jika orang lain tersebut sangat penting bagi diriku. Tanpa itu, emosi tidak akan tergerak.

Jika arti dari keberadaanku sendiri dipertaruhkan, aku tidak perlu ragu untuk menyakiti atau meninggalkan kekasihku jika itu dibutuhkan. Tentu saja, hal yang sama berlaku untuk pasanganku, ia pun berhak melakukan itu.

Namun, aku percaya bahwa terlepas dari emosiku, aku masih memiliki tanggung jawab sebagai kekasih.

Selama kami berbagi waktu bersama, jika waktu itu dibuat tidak menyenangkan, maka itu adalah tanggung jawab bersama.

Selain itu, karena aku menerima waktu yang kuanggap paling berharga dalam hidupku, lebih baik aku membuatnya menyenangkan daripada tidak.

Tentu saja, ini adalah pemikiran yang didasarkan pada moralitas kehidupan masyarakat.

Membuatnya terlibat dalam eksperimenku tanpa henti dan terus memberinya ketidakstabilan mental dan beban bukanlah tindakan yang bijaksana.

Aku tidak membawa kami ke dalam keadaan diem-dieman ini tanpa berpikir, aku punya rencana.

Itu adalah pergi untuk membeli hadiah Natal yang telah aku janjikan sebelum hubungan kami memburuk.

Rencana itu sendiri masih ada karena itu belum dibatalkan.

Seharusnya hari ini aku punya rencana untuk kencan dengan Kei di pagi hari.

Sepertinya di luar sedang turun hujan, dan cuaca buruk terus berlanjut sejak sebelum liburan musim dingin. Ini sedikit mengecewakan, tapi hari Natal besok juga tidak akan cerah, karena hujan diperkirakan akan turun sepanjang hari.

Cuaca adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan, jadi apa boleh buat, tapi ada hal yang lebih tidak terduga daripada itu.

Aku melihat kalender meja yang ditaruh di kamarku. Kalender bulan Desember. Tanggal 24 dan 25 dikelilingi oleh tanda hati dengan pena warna pink, tapi———

Itu terjadi tadi malam di akhir semester kedua.

Aku coba menghubungi Kei secara langsung untuk bertemu pada tanggal 24, tapi teleponnya tidak bisa dihubungi.

Menunggu sebentar, aku coba mengirim pesan, dan menunggu balasan darinya, tapi pesanku tetap tidak terbaca.

Setelah bingung harus gimana selama sekitar satu jam, akhirnya aku mendapatkan panggilan balik.

Kata-kata pertama dari Kei yang terdengar lemah dan disertai batuk yang keras adalah [influenza].

Influenza musiman adalah penyakit flu yang dapat menyebar dan menyerang siapa saja tanpa memandang usia.

Biasanya ini mulai meningkat secara signifikan pada pertengahan November hingga Desember, jadi tidak terlalu aneh jika dia terserang flu di waktu ini.

Sialnya, dia jatuh sakit tiba-tiba dan harus terbaring di tempat tidur.

Meski dalam keadaan lemah, Kei pasti sangat ingin memenuhi janji kami itu di tanggal 24.

Namun, influenza menyebar melalui percikan yang tersebar di sekitar. Jika dia memaksakan diri untuk pergi ke Keyaki Mall, orang lain akan tertular karena tindakan egoisnya.

Sebelum diketahui bahwa dia menderita influenza, tampaknya Kei sudah merasakan tidak enak, ia meminta maaf karena tidak bisa menjaga kondisi tubuhnya dengan baik.

Tentu saja, aku tidak bisa menyalahkan dia karena terkena flu, jadi aku menyuruhnya untuk beristirahat dan memulihkan kondisinya terlebih dahulu. Di sisi lain, aku juga menyampaikan bahwa janjiku masih ada dan kami sepakat untuk bertemu di lain waktu.

Jika Kei mengatakan, [Aku ingin membatalkan janji itu] sebelum itu terlaksana, kemungkinan itu akan terjadi di masa depan, tapi tidak untuk saat ini.

Kalaupun ia berubah pikiran, pasti karena pengaruh dari pihak ketiga, tapi mengingat Kei sangat bergantung padaku, ia tidak akan menerima saran tersebut.

Jika ada harapan untuk memperbaiki hubungan kami, kurasa tidak mungkin ia akan mengabaikan pilihan tersebut sebagai jalan keluar.

Aku tidak tahu apakah flunya akan sembuh dengan cepat, tapi pada tahap ini aku persingkat pembicaraan dengan perkiraan itu akan sembuh di akhir tahun. Mudah sekali ditebak bahwa ada banyak hal yang ingin ia tanyakan tentang hubungan kami dan kondisi saat ini, tapi mengingat Kei sedang dalam kondisi demam tinggi, ia pasti merasa sangat lelah dan tidak mampu berbicara dengan jelas, jadi aku menyuruhnya untuk beristirahat saja dulu dan mengakhiri panggilan dengan singkat.

Setelah itu, aku menanyakan berbagai hal, ia bilang tidak ada masalah karena temannya sudah membelikan barang-barang yang mungkin diperlukannya saat ia terbaring sakit. Sepertinya sudah diatur persiapan untuk mengatasi keadaan darurat di tengah malam, dan itu sangat membantu karena ada aturan jam malam.

———Itulah yang terjadi tadi malam, tanggal 23.

Pagi ini baru kuketahui kalau ternyata ada beberapa siswa yang mengalami gejala influenza dari setiap tahun ajaran. Untungnya tahun kedua berhasil melewati ujian khusus tanpa masalah. Walau mungkin ada beberapa yang berjuang dengan kondisi kesehatan yang tidak baik selama ujian, tanpa diketahui oleh orang lain.

Selama beberapa hari ini, aku tidak memiliki kontak langsung dengan Kei, jadi kondisi kesehatanku tidak ada perubahan untuk sekarang.

Masalahnya adalah bagaimana aku menghabiskan hari ini.

Rencanaku untuk malam Natal hari ini dan besok sepenuhnya telah terhapus.

[Selamat pagi, Ayanokōji-kun. Kudengar Karuizawa-san terkena flu, apa dia baik-baik saja?]

Ponselku menerima pesan dari Ichinose. Tak lama kemudian pesan berikutnya juga masuk.

[Sepertinya beberapa orang lain juga merasa tidak enak badan. Ayanokōji-kun baik-baik saja?]

Ichinose memang memiliki jaringan informasi yang luas, cepat sekali dia tahunya.

Sepertinya dia juga mengetahui kondisi terkini kesehatan Kei.

[Sayang sekali, tapi kurasa dia akan terbaring untuk sementara waktu]

[Begitu ya... pasti kamu khawatir. Kalau kamu butuh bantuan, beritahu saja aku]

[Terima kasih]

Setelah beberapa kali pertukaran pesan seperti itu, dia bertanya apa rencanaku hari ini.

Awalnya hari ini aku kosongkan untuk bersama Kei, tapi.... Karena aku ada urusan untuk mengambil sesuatu di Keyaki Mall, rencanaku untuk pergi tidak berubah.

[Kupikir aku akan pergi ke gym]

Kukira aku memang akan kesana dan juga karena aku tidak sedang ingin untuk bertemu dengan siapa pun, aku menjawab seperti itu.

[Ah, begitu ya. Eng, sekitar jam berapa itu?]

[Aku tidak ada kerjaan lain, jadi mungkin aku akan pergi sekitar siang hari]

[Begitu ya. Aku juga rencananya mau pergi ke gym sekitar waktu makan siang, tapi mungkin lebih baik aku membatalkannya, ya?]

[Kenapa?]

[Habisnya, bukankah itu seperti janjian? Tentu saja, itu hanya kebetulan]

Kami berdua ingin pergi ke gym di waktu yang sama secara kebetulan.

Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hal seperti itu.

Mungkin itu pertimbangannya terhadap Kei pacarku, tapi itu terlalu berlebihan.

Sebaliknya, jika ia coba mengatur ulang rencananya di sini, kurasa tindakan itu justru lebih terlihat kecentilan.

[Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan pergi sesuai rencana. Jika kita ketemu di gym, mari kita latihan sama-sama]

Setelah kubalas begitu, pesanku langsung terbaca, dan dia mengirimkan stiker yang seperti karakter maskot (?) yang memegang papan bertulisakan [OK].

Baiklah, untuk saat ini aku akan menunda persiapan untuk pergi seperti berganti pakaian dan menata rambut.

Waktunya baru lewat jam 9.

Mari kita habiskan waktu pagi dengan santai sambil dengan mencuci pakaian dan membersihkan kamar.

Related Posts

Related Posts

2 comments

  1. Chabasira make kostum bunny girl di mimpi kiyo? omoshiroi😋

    ReplyDelete
  2. Aslinya ayano cinta sama chabashira. Buktinya sampe ngipi"
    Cuma dia belom sadar aja

    ReplyDelete